Sama-sama, Rindu.

Bagian 1

Halo, teruntuk kamu yang sedang membaca suratku ini. Pada seseorang yang ingin sekali bertemu denganku. Kuberitahu sesuatu. Menurutku ini cukup penting bagimu. Tapi tidak bagiku. Karna kita sama-sama tahu. Kalau sesuatu yang dipaksakan, cepat atau lambat ia akan gusar. Entah karna tersedak. Atau mungkin karna lelah. Tersedak karna keadaan yang sangat tidak mendukung. Lelah karna berjuang untuk hal yang cukup tidak memungkinkan.

Aku tahu kalau sedari awal ini sudah menjadi beban bagimu. Kita bak langit dan bumi jika dipersatukan. Bagaikan hidup di luar bumi tanpa oksigen jika bertahan. Apakah kamu mengerti ? kurasa tidak. Bukan, ini bukan salahmu karna telah mencintaiku. Bukan salahmu juga yang telah membuatku merasakan indahnya dunia serasa milik kita berdua. Itu semua karna aku yang mempersilahkan hati kita untuk bersatu. Tidak hanya salah satu diantara kita.

Dengan berat hati ku ucapkan kata maaf yang sedalam dalam-dalamnya. Bukan karna aku yang telah menyembunyikan semua yang telah terjadi sebelum kita akhirnya berpisah untuk selamanya. Melainkan karna aku sudah cukup lelah dengan semua beban yang sudah kuterima. Aku yakin kamu pun juga sudah tahu akan sedikit bebanku. Tapi itu tidak semua. Melainkan hanya sebagian saja. Kuharap kamu mengerti dengan semua keadaanku ini.

Aku tidak pernah menginginkan kita berpisah. Aku mengatakan itu hanya untuk membuatmu membenciku. Karna hanya dengan cara itulah kamu benar-benar mengerti akan keadaan kita. Aku mengerti dengan semua kekesalan mu pada saat itu. Tapi yang harus kamu tahu. Aku sangat sayang padamu. Jujur, iya, aku rindu kamu. Aku ingin kita kembali seperti dahulu. Bisakah kita mengulang kembali saat-saat itu ? Dimana kamu dan aku menjadi satu dalam sebuah ikatan asmara. Dan menumbuhkan kembali rasa cinta diantara kita.