Bagian 7

8 0 0
                                    

Iya memang kamu tahu betul bagaimana rasanya bahagia. Tidak hanya untuk dirimu saja. Tapi untuk orang sekitarmu juga. Semua tingkahmu itu tidak jarang membuat kami semua merasa bahagia. Menatap matamu saja sudah membuatku merasa bahagia akan pertemuan kita yang terkadang cukup singkat. Tidak jarang juga kamu buat aku tertawa akan pembahasan obrolan yang kamu buat sedikit nyeleneh. Membahas berbagai macam hal yang hanya kamu dan aku tau. Lalu kamu buat aku lebih membuka mulut lebih lebar dengan tingkahmu yang sedikit konyol itu. Tapi aku senang dengan semua yang sudah kamu berikan padaku dan masih saja membekas di dalam pikiranku.

Aku tidak terlalu asing dengan kata sedih. Apapun yang berkaitan dengan hidupku saja sudah biasa mempertemukan ku dengannya. Aku tidak bermaksud membuatmu ikut serta merasakan sedih. Tapi mau tidak mau memang harus kita rasakan bersama. Sudah memang salahku yang masih saja bertingkah seperti layaknya anak kecil yang belum pantas mengenal kisah cinta. Tidak jarang aku yang sedikit egois ini membuatmu khawatir dengan mengabaikan semua kabarmu yang selalu saja menungguku untuk mengabarimu. Apalagi saat pertemuan singkat kita hanya tinggal hitungan beberapa jam saja. Pasti aku menangis. Kalau saja kamu kumpulkan semua air mata yang sudah ku buang, mungkin bisa dibuat garam satu plastik.

Betapa bahagianya aku saat ku tau kabarmu yang menyertakan foto tiket perjalanan pulang mu kerumah. Tidak ada yang mampu menandinginya. Bahkan kumpulan uang yang sudah ku tabung pun menjadi sangat bersemangat untuk ku habiskan bersamamu. Padahal tidak banyak uang ku yang keluar kalau sedang pergi bersamamu. Karna layaknya seorang pria sudah memang harus membayarkan semua yang harus dibayarkan. Tapi aku tidak ingin membuatmu sangat memikirkan keuanganmu. Karna aku tau kalau menyisihkan waktumu saja sudah banyak menyita aktivitas penting mu disana. Jadi aku terkadang membayarkan belanjaan kita diam-diam. Agar kamu bisa menghemat sedikit uang untuk hidup di kotamu.

Sudah berapa lama kita tidak berbincang hangat ? Masihkah kamu ingin bertemu denganku ? Kurasa tidak. Karna sebagian dari dirimu sudah sangat membenciku. Aku yang sudah dibutakan oleh dunia. Salahku juga yang dengan tidak terlalu bersemangat memperjuangkan kisah cinta kita. Maaf jika itu membuatmu merasakan pahit nya menjalin cinta denganku. Tapi kuharap kamu sudah memaafkanku. Aku tidak meminta kamu untuk melupakanku. Simpan saja kenangan masa lalu kita di dalam sudut jauh pikiranmu dan dengan tenang tidak akan mengganggu aktivitas pentingmu.

Sama-sama, Rindu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang