Senin, 16 Juni 2105. Kota Terapung New Tokyo, Jepang.
Duk! Duk! Duk!
Suara ketukan pintu, kini terdengar dari depan ruang apartemen yang ditinggali Haruki.
"Ichinose-kun! Sudah pagi, lho! Cepat bangun! Nanti kamu bisa terlambat ikut upacara penyambutannya!"
Nampak sesosok gadis berseragam almameter merah tua, anak dari pemilik apartemen ini, sedari tadi berdiri di depan pintu itu sambil menjinjing sebuah bekal makan siang yang dibalut kain.
Tak mau lama-lama menunggu orang yang di dalam, gadis itu pun meletakkan bekal yang ia bawa di samping pintu, "Kalau begitu, aku letakan bekalmu di sini, ya!"
Sebelum pergi dari tempat itu, ia sempat berpesan kepadanya. "Jangan lupa untuk tidak terlambat ke upacara penyambutannya, ya!
****
Di dalam ruangannya, hanya ada secercah cahaya mentari yang sempat masuk, itu pun masuknya dari celah-celah tirai jendela yang kini masih bertutupan melindungi sang mentari. Situasi seperti ini sudah dipastikan menandakan bahwa pemuda ini masih tertidur dengan lelapnya, ditambah AC yang menyala semalaman membuatnya kini tidak ingin lepas dari selimut. Dilihat dari mana pun juga, ia seperti beruang yang sedang berhibernasi selama musim dingin.
Kriiing....! Kriiing....!
Sebuah alarm tua pun berbunyi, yang menandakan jam 07:30. Karena berisik, pemuda ini pun terbangun lalu bersegera mematikannya.
"Ah, sepertinya ... aku salah mengatur alarm ini," lirihnya lelap sembari memegang itu alarm.
Perlahan namun pasti, ia pun memaksakan kedua kakinya beranjak dari kasur menuju ke kamar mandi.
Di kala menggosok gigi, ia memandang dirinya yang kini ada di dalam cermin. Nampak jelas dari pakaiannya yang urak-urakan itu, ia baru saja bertarung dengan kasurnya untuk bisa tidur dengan nyenyak. Matanya yang terlihat sangat lesu juga sudah menandakan bahwa pemuda ini tidak ingin menghidupkan hari pertamanya untuk bersekolah.
Namanya adalah Ichinose Haruki, tak ada hal yang menarik dari pemuda berambut hitam urak-urakan dengan tinggi 172cm ini, kecuali tatapannya yang selalu datar dan jarang sekali tertarik terhadap apa pun di sekelilingnya. Meski ia memiliki memiliki temperamen buruk, tapi kini ia belajar untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar dengan caranya sendiri.
Dengan mengenakan seragam almameter merah tua, Haruki pun telah selesai bersiap. Kini ia melihat sebuah brosur di atas mejanya. Nampak di broser itu tertulis "Pendaftaran Masuk ke Akademi Sihir White Knight" dan secarik kertas kecil yang disisipkan di sampingnya yang bertulis "yang semangat, ya....! Dari Aikawa".
Dari isinya sudah dipastikan kalau ucapan tersebut tertuju kepada pemuda ini. Bukannya senang, respon yang diberikannya malah berupa tatapan yang begitu datar dan tak bersahabat. Bukan berarti ia benci atau semacamnya. Karena ada alasan tertentu, ia hanya tidak bisa lagi mengekspresikan wajahnya dengan benar sampai sekarang.
Kini pemuda ini pun beranjak pergi menuju ke pintu depan untuk mengambil sepatunya.
"Sekolah itu akan membawakanmu kebahagiaan'kah ... Huuh ... apakah yang anda katakan itu benar, Bu guru?" gumamnya.
Sembari menghela napas, Haruki pun menutup pintunya. Saat hendak menguncinya, kini ia menemukan sebuah kotak makan siang dibalut kain di samping pintu. Karena tahu betul siapa yang menaruh bekal itu di sana, tanpa basa-basi lagi pemuda ini langsung membawa bekal itu bersamanya. Bukan berarti karena suka, melainkan ia hanya berusaha menghormati kerja keras dari gadis yang sudah membuatkannya bekal makan siang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Period : Struggle Of Future Wizard
AcciónSejak tenggelamnya seluruh daratan, berbagai peristiwa aneh pun mulai bermunculan. Di antaranya adalah kedatangan para Monster laut dan Armada misterius dari kabut yang disebut "Nevoa". Orang-orang menyebut masa yang kini mereka hadapi itu dengan se...