Chapter 2.2 : Serizawa Enzu

179 48 98
                                    

Haruki PoV

Byuur...

“....”

“...........”

“..................”

“......................”

“Dingin....”

Kucoba membuka mata perlahan, yang pertama kali kulihat kini hanyalah hamparan dari dalamnya lautan yang kelam penuh ketenangan. Hal ini bukanlah suatu yang asing, melainkan suatu yang sering terjadi kepada diriku.

“Ah ... lagi-lagi aku ... tenggelam, ya?”

Dinginnya air, menusuk seluruh sendi-sendi dalam tubuhku yang kini tenggelam ke dalam lautan keputusasaan. Perlahan kucoba berupaya sebisa mungkin menggerakkan seluruh panca indra, namun tetap saja hasilnya percuma. Tidak ada yang bisa kugerakkan sekarang. Semuanya terasa kaku layaknya boneka.

Di kala kupaksakan tuk bergerak, lagi-lagi dinginnya air menusuk seluruh tubuhku bak sebuah tombak. Jika aku sampai ke dasar lautan keputusasaan nan gelap ini, maka amarah dan kebencian lagi-lagi akan mengisi seluruh pikiranku.

“Ha...ru....”

Bagiku, itu bukanlah suatu yang menyenangkan ataupun membanggakan, melainkan kutukan. Benar sekali, kutukan dari Sang Pencipta kepada pengikutnya yang sudah terjerumus dalam jurang kesesatan. Itulah yang kurasakan selama ini. Dan saat ini, lagi-lagi aku akan segera ke dasar keputusasaannya, kembali merasakan semua yang pernah kulupakan. Kalau boleh jujur, mengatakannya saja sudah memuakkan bagiku apa lagi merasakannya.

“Ha...ru....”

Bunuh, bunuh, bunuh, dan bunuh, terus bunuh itulah emosi yang kurasakan saat berada di dasarnya. Aku selalu melupakan segalanya jika sudah berada di sana, yang kutahu saat berada di sana hanyalah kehampaan. Kehampaan yang membuatku ingin tidur sejenak, lelah melihat dunia yang sudah berada di ambang kehancuran ini.

“Ha...ru....”

Di ambang keputusasaan ini, aku mendengar beberapa kali suara yang terkesan samar-samar dari permukaan laut. Aku melihat sosoknya yang berupa bayangan hitam itu di permukaan, seraya ia mencoba memanggilku. Aku memaksakan tanganku untuk bergerak mencoba menggapainya.

“Haru....”

Semakin lama panggilan dari sosok bayangan hitam itu semakin jelas memanggilku. Entah kenapa aku merasa mengenali suaranya. Suara yang membuatku nostalgia akan sesuatu, sesuatu yang telah hilang dari dalam diriku.

“Haru ... waktunya bangun....”

Kali ini, panggilannya itu membuat tubuh kakuku perlahan terangkat ke permukaan, semakin cepat bahkan terus semakin cepat membuatku semakin dekat menuju ke arah sosok tersebut. Sebuah perasaan lega seketika mengisi seluruh jiwaku, kedamaian yang tidak pernah aku rasakan datang meresap. Sebelum menyadarinya, seluruh kesadaranku ditelan oleh cahaya putih terang keemasaan yang muncul dari sosok bayangan hitam yang berada di permukaan itu.

––––

Saat Haruki tersadar, ia mendapati dirinya terbaring di sebuah kasur. Perlahan ia membuka matanya, yang ia tatapi pertama kali adalah langit-langit ruangan yang serasa asing baginya. Tanpa pemuda ini sadari, tangan kanannya dari tadi sudah mengulur ke arah langit-langit ruangan seraya ingin menggapainya.

“Aku ... ada di mana?”

“Kamu ada di UKS, lho.”

Sadar ada yang menyahut dari samping kanannya, Haruki pun menolahkan wajahnya ke arah sosok tersebut, setelah melihatnya ia merasa famillar dengan sosok gadis berkepang ini.

Last Period : Struggle Of Future WizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang