Beberapa jam kemudian, bel sekolah pun berbunyi, yang menandakan jam pelajaran telah usai. Banyak siswa-siswi keluar dari ruang kelasnya untuk menghabis masa luang mereka, ada yang di kantin untuk mencari makanan, dan ada juga di taman untuk menghirup udara segar. Sedangkan di kelasnya Haruki, hanya tersisa beberapa orang siswa saja lagi yang tidak keluar kelas–termasuk Haruki dan Reiha.
Kini terlihat beberapa orang siswi, sedang mendekati tempat duduknya Reiha.
“Tachibana-san, mau ikut kami ke kantin?” tanya salah seorang siswi yang mewakili.
“Eh? Ah, maaf lain kali aja ya, soalnya ada laporan yang harus aku antarkan,” tolak Reiha sembari tersenyum.
“Begitu ya? Kalau begitu kami duluan, ya!”
Dengan melambaikan tangannya, beberapa siswi itu pun beranjak pergi dari hadapannya gadis bersurai merah tua yang kelihatan sibuk ini.
Sebelum berangkat memenuhi alasannya, untuk sebentar Reiha menolehkan kembali wajahnya ke arah Haruki yang dari tadi menelungkupkan wajahnya ke atas meja. Setelah melihat sosok lesu tersebut untuk sesaat, gadis ini pun berdiri dari tempat duduknya, kemudian beranjak pergi meninggalkan kelas untuk mengantarkan beberapa laporannya ke kantor.
“Yo! Ichinose-kun!” teriak seorang siswa dengan menepuk bahunya beberapa kali.
Merasa ada yang menepuk bahunya, Haruki yang dari tadi bertelungkup pun perlahan mengangkat wajahnya. Tampak tatapannya yang begitu lesu seolah tidak ingin memulai pembicaraan dengan siswa di depannya itu. Ia malahan berpikir kalau siswa itu mengganggunya untuk tidur.
“Eh? Siapa?”
“Eiyuuzaki Ryouta! Bukankah aku sudah memperkenalkan diriku tadi!”
“Ah, berisik!” siapa pun pasti akan kesal, jika ada yang mengganggu orang lagi tidur, benar, kan? Apalagi orang yang mengganggu itu dari tadi mengeluar nada bicara yang berkesan nyaring, pasti ingin menonjoknya, bukan? Itu pun yang dirasakan oleh Haruki, meski begitu ia tetap berusaha untuk menutupi kekesalannya untuk sekarang, “oh ... Eiyuuzaki, ya? Ada apa?”
“Haha! Jangan formal begitu, Teman! Karena kita akan saling kenal untuk ke depannya, sebaiknya panggil aku Ryouta saja, sebagai gantinya aku akan memanggilmu Haruki, gimana?”
Mendengar permintaan dari siswa yang bernama belakang Ryouta ini, sebenarnya tidak begitu diperdulikan oleh Haruki–kecuali dianggap musuh. Malahan ia ingin membuat orang ini segera mengakhiri percakapannya dengan segala cara termasuk menerima permintaannya. Karena bakal merepotkan jika menolak permintaan orang ini sekarang.
“Oke, oke ... Ryouta. Ada apa?”
"Sejak perkenalanmu tadi ... aku terus memperhatikanmu, tatapanmu itu ... apa kamu pernah mengalami sesuatu yang buruk?” tanyanya penasaran.
"Hah, apa maksudmu?" kening Haruki mengerut.
“Aku ini memiliki keahlian Mata Batin, yang bisa mengetahui sesuatu hanya dari raut wajah seseorang dan juga dapat memprediksi masa depan. Kau tidak bisa mengelabuiku begitu saja ya!” tandas Ryouta sembari memunculkan senyuman yang berkesan sinis untuk sesaat meyakinkan Haruki.
Haruki pun perlahan menghela napas panjang. Tatapannya yang terlihat lesu seperti biasa berubah seketika menjadi sedikit serius dibanding sebelumnya, karena ini menyangkut masalahnya, jadi pemuda yang satu ini tidak akan tinggal diam begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Period : Struggle Of Future Wizard
AcciónSejak tenggelamnya seluruh daratan, berbagai peristiwa aneh pun mulai bermunculan. Di antaranya adalah kedatangan para Monster laut dan Armada misterius dari kabut yang disebut "Nevoa". Orang-orang menyebut masa yang kini mereka hadapi itu dengan se...