Chapter 2.4 : Tangis Lautan

138 35 47
                                    

Kraken, siapa yang tidak kenal dengan makhluk mitologi legendaris dari cerita rakyat Skandinavia yang satu ini? Digambarkan dengan wujudnya, yang menyerupai cumi-cumi atau gurita berukuran besar bak raksasa, membuatnya hampir ditakuti oleh seluruh pelaut yang menyusuri lautan dunia.

Sejak tragedi 11 tahun lalu, makhluk mitologi ini telah bangun dari tidur panjang untuk menterror kapal-kapal yang bertemu dengannya. Sejak saat itulah para Ace dari berbagai penjuru dunia, mulai memburunya karena dianggap sebagai ancaman bagi umat manusia sampai saat ini.

****

Dinding di kawasan antara Gerbang Byakko dan Seiryu.

Kepulan asap hitam pekat itu, kini mulai memudar di sekitar dinding hampir beberapa meter jauhnya. Dibaliknya, terdapat beberapa Armada kapal kelas tempur sedang bersiaga di tempat. Jika pandangan dialihkan sedikit ke atas, maka terlihatlah sosok Monster laut bak gurita raksasa berduri yang tidak lain adalah Kraken tengah berada di atas dinding sembari menggeliatkan puluhan tentakelnya ke sana sini, tanpa henti.

Tidak jauh dari sisi kiri Monster laut itu, terdapat pula segerombolan orang membawa Arma kini tengah kewalahan, separuh dari mereka pun sudah ada yang tumbang terpapar tak berdaya. Jika dilihat dari seragam almameter merah yang mereka kenakan, mereka itu adalah siswa-siswi dari akademi.

Salah satu siswi di antara mereka yang memakai topi kadet, tampak tengah memopong seorang siswi bersurai kuncir kuda berwarna ungu yang tidak lain adalah Ketua OSIS, Amaya.

“Ketua. Tolong jangan terlalu paksakan diri Anda seperti itu lagi.” serunya yang tidak lain adalah Wakil Ketua OSIS, Shiizaki Shion.

“Shion ... aku masih bisa bergerak, aku harus menyelesaikan urusanku dengan Monster itu,”

Amaya mencoba berontak.

“Jangan Ketua. Dengan kondisi Anda yang sekarang. Saya tidak bisa biarkan.” kini siswi itu mengambil sebuah walky talky dari balik kantong seragamnya. Lalu menggunakannya, “di sini pihak akademi! Kami sudah berada di jarak yang aman. Kalian diperbolehkan menembak.” serunya.

Meski agak samar, sahutan dari balik walky talky itu masih cukup terdengar jelas oleh Shion.

“Dimengerti! Kami akan segera menembak!”

Seketika putaran gear dari masing-masing meriam utama Armada kapal kini mengarah ke arah Kraken, bersiap untuk menembak. Dari balik ruang utama salah satu kapal, terlihat jelas seorang Kapten tengah bersiap untuk mengeluarkan aba-aba sembari memandangi musuh dengan teropong kecilnya.

“Bidik ... tembak!” teriaknya.

Dhuum!! Dhuum!! Dhuum!!

Dentuman besar dari masing-masing meriam pun dilantunkan. Semua peluru besar itu, kini dengan cepatnya menghujani tubuh Kraken berkali-kali yang mengakibat ledakan besar bercampur kepulan api dan asap hitam terus terjadi kepadanya. Meski begitu, tidak ada perlawanan balik dari makhluk mitologi yang satu ini. Apa serangan itu tidak mempan kepadanya? Yes, itu mungkin. Malahan ia terlihat seperti membiarkan serangan-serangan itu terus menurus menghujani tubuhnya.

Akibat serangan beruntun itu, dalam jangka waktu yang sebentar, kepulan asap hitam yang menutupi penuh tubuhnya semakin lama semakin memudar ditiup angin. Kini raut wajah serta tubuh keras berduri dipenuhi tentakel dari makhluk mitologi yang satu ini pun mulai terlihat kembali.

Setiap sorotan mata, mau itu dari para kru kapal ataupun dari kelompok Amaya, kini semuanya memancarkan rasa tak percaya setelah melihat tubuh Kraken yang mereka serang itu tak mengalami luka sedikit pun.

“M-mustahil ... kenapa lagi-lagi tidak mempan begini?”

“Sial!!”

Sang kapten menghentakkan tangan kanannnya yang mengepal ke atas meja, rasa kesal tak percaya kini memenuhi dirinya.

Last Period : Struggle Of Future WizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang