3

2K 250 5
                                    

***

Aurora, sudah menunggu di minimarket dekat gedung YG Ent. ditangannya, sudah ada sepotong sosis bakar dan sebotol susu coklat. Gadis itu menunggu sendirian disana, sembari mengeluh karena teman-temannya yang terlambat datang. Ia dan teman-temannya berjanji untuk bertemu di depan gedung YG Ent. minggu ini mereka punya misi untuk mencari rumah Kim Bobby, rapper iKon– setelah dua minggu lalu mereka berhasil menemukan rumah Kim Hanbin.

Sosisnya sudah habis ketika sebuah bus akhirnya berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri dan empat gadis lainnya turun. "Kenapa kalian lama sekali!" keluh Aurora dengan jaket denim baru yang melekat di tubuhnya.

"Jaket baru?" tegur Deri, sama sekali tidak peduli dengan keluhan temannya yang sudah menunggu tiga puluh menit itu. "Sudah habis berapa sosis? Tidak jadi menabung?" tambahnya sembari memperhatikan beberapa bungkus sosis kosong yang keluar dari saku jaket temannya.

"Eomma baru saja membelikanku jaket baru, bagus kan? Seperti jaket yang dipakai Lalisa Jung," pamer Aurora, yang sekarang justru menunjukan sebuah foto di handphonenya. "Tapi sepertinya ini benar-benar jaket Lalisa Jung, lihat ini," ucap Aurora yang sekarang menunjukan secarik kertas pada teman-temannya. Dalam kertas itu, tertulis sebuah surat panjang dengan sebuah nomor telepon di bagian bawahnya.

Hampir setiap hari aku mendapat pesan dari kakakku, sepertinya dia sedang sibuk dengan pekerjaannya, karena itu dia mengirimiku pesan dan memintaku untuk mengantarkan makanan untuknya. Sekali dua kali, aku tidak keberatan. Tapi kenapa dia selalu memintaku datang padanya? Dia bisa memesan makanannya sendiri, dia juga bisa memasak sendiri. Sebenarnya itu merepotkan, tapi eomma bilang, eonni merindukanku, eonni ingin dekat denganku jadi dia memintaku datang.

Eonni bilang, aku bisa memberitahunya kalau aku lelah dan ingin pergi liburan. Tapi pergi liburan bersamanya sangat tidak menyenangkan. Aku merasa seperti jadi seorang pengasuh saat pergi bersamanya. Karena orang-orang mengenalinya, harus selalu aku yang memesan makanan, harus aku yang membuat reservasi, harus aku yang melayaninya– karena dia sibuk dengan kenalan-kenalannya. Itu bukan sesuatu yang berat, itu mudah dilakukan tapi ada saat dimana aku ingin melarikan diri.

Bersabarlah, eonni sibuk, tapi dia meyayangimu– eomma selalu bilang begitu. Tapi aku ingin melarikan diri.

Bawakan aku makanan– eonni selalu bilang begitu. Benarkah dia menyayangiku? Bukan hanya ingin memperbudakku?

Kalau kau lelah, pergilah berlibur dengan eonni-eonnimu– appa selalu bilang begitu, tapi pergi dengan eonni justru lebih mirip mengasuh daripada berlibur.

Aku ingin melarikan diri, aku ingin mati saja, tolong aku.

"Siapa itu Lalisa Jung?" tanya Deri setelah membaca surat yang temannya berikan.

"Namanya sama dengan nama narablog yang terkenal itu. Katanya kakaknya idol, mungkin dia adik Krystal Jung? Nama mereka sama," jawab Aurora dengan sangat santai. "Ada nomor teleponnya, haruskah kita menelponnya?"

"Kalau aku tidak mengenalnya, berarti dia belum seberapa terkenal," acuh Deri yang sekarang mulai sibuk dengan kameranya, bersiap-siap siapa tahu yang ia tunggu muncul– Kim Bobby.

Tanpa mendengarkan Deri dan beberapa temannya yang lain, Aurora menelepon nomor dalam kertas itu, namun belum sampai panggilannya terjawab Deri dan teman-temannya yang lain sudah lebih dulu berteriak.

"Itu Bobby oppa!"

***

Suicide LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang