***
Lisa lebih nyaman bicara dengan Jiyong melalui telepon, itu alasan mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Jiyong mengenali wajah Lisa, tentu saja karena gadis itu rutin memanjakan para pengikutnya dengan foto-fotonya. Sedangkan Lisa? Siapa yang tidak mengenal seorang G Dragon? Mustahil Lisa tidak mengenalinya. Namun akhir-akhir ini sedikit berbeda, rasa penasaran perlahan-lahan terpupuk dalam dirinya. Seolah ada tunas baru yang mulai tumbuh, Lisa mulai melupakan tunas lamanya yang mulai busuk.
Kwon Jiyong yang sering meneleponnya, berbeda dari bayangannya. Pria itu berbeda dari cerita orang-orang, pria itu berbeda dari penampilannya. Kenapa dia bisa sangat berbeda? Dia datang dan pergi sesukanya. Ia hanya mengatakan apa yang ada di kepalanya. Ia melakukan apa pun yang membuatnya merasa nyaman. Tanpa banyak bertanya, tanpa sempat tersinggung dan tanpa keragu-raguan, Jiyong membuat Lisa luar biasa penasaran.
"Kau menelepon saat tengah malam, ada apa?" tanya Lisa pagi ini. Ia baru saja membuka matanya, masih meringkuk di ranjang setelah semalam sibuk dengan laporan kuliahnya.
"Ah itu? Aku sedang dalam perjalan pulang saat meneleponmu. Aku menyetir sendiri dan sedikit mengantuk, jadi meneleponmu. Sepertinya kau sudah tidur semalam,"
"Maaf, aku tidak tahu kalau ada telepon," jawab Lisa yang akhirnya bangun dari tidurnya. Gadis itu duduk di ranjangnya, kemudian menatap jam di atas nakasnya. "Oppa sudah bangun? Ini baru jam tujuh pagi,"
"Tidak," jawab Jiyong. "Sebenarnya, aku terbangun karena teleponmu,"
"Ah? Kalau begitu aku matikan, lanjutkan saja tidurmu," ucap Lisa yang kemudian mematikan panggilannya setelah Jiyong mengiyakan. Gadis itu kini harus kembali pada kenyataan dan kesibukannya. Ia harus kembali menyelesaikan apa yang sudah ia mulai– kuliah dan semua tugasnya.
Kira-kira di jam makan siang, Lisa yang tengah melangkah masuk ke sebuah restoran menghentikan langkahnya karena bertukar tatap dengan seorang yang ia kenal– Jiyong. Lisa pikir, Jiyong masih tidur karena ia tidak menghubunginya lagi sejak pagi tadi. Seorang wanita dengan seragam lantas mendekat, menyapa Lisa kemudian mengatakan kalau ia akan menyiapkan meja terbaik untuk Lisa– karena si pelayan tahu kalau Lisa memang datang untuk mempromosikan restoran sup itu.
Bersamaan dengan tawaran si pelayan, Jiyong bangkit dan Lisa pun melihatnya. Pria itu tengah makan siang bersama beberapa orang seusianya– mungkin manager dan pengawalnya. "Boleh aku duduk disana?" tanya Lisa, sembari menatap Jiyong dan sang pelayan bergantian. Ada satu kursi kosong di meja Jiyong, dan ia membiarkan Lisa mengambil tempat itu.
"Siapa-"
"Ah, kenalkan, ini Lisa, temanku," potong Jiyong yang tentu mengenalkan Lisa tanpa basa-basi. "Dan Lisa, kenalkan ini Sonho managerku dan dia Haesol, produser baru di agensi," lanjutnya setelah ia memotong suara Haesol.
"Kau tidak kenal Lalisa Jung? Dia sangat terkenal," komentar Sonho usai ia menjabat serta menyapa Lisa yang baru saja bergabung. "Dia seorang food blogger terkenal, dia sudah makan di banyak restoran bagus," tutur Sonho sebelum obrolan itu menjadi lebih menyenangkan karena Lisa menanggapi mereka semua dengan suasana hati yang masih bagus. Tanpa banyak latihan, Lisa bisa berbaur dengan obrolan profesional yang sedang Jiyong lakukan. Haesol, yang sebenarnya terkenal dengan nama Zion T tengah ada disana untuk berdiskusi dengan Jiyong perihal lagu yang akan mereka nyanyikan bersama.
"Untuk ukuran seorang food blogger, bukankah makanmu terlalu sedikit? Kau takut jadi gemuk?" tanya Haesol, seperti seorang pria blak-blakan yang sama sekali tidak menyaring ucapannya. Jiyong dan Sonho sedikit terkejut, pasalnya pertanyaan atau ucapan mengenai berat badan tidak pantas dibicarakan dengan seorang wanita.
"Makanannya bukan seleraku," jawab Lisa yang berhenti menyentuh makanannya setelah menghabiskan satu per empat bagian makanannya. "Tapi tempatnya bagus untuk berfoto," tambah Lisa yang kemudian meraih handphonenya, ia mengambil foto dirinya sendiri– tanpa melibatkan tiga pria itu dalam frame fotonya– kemudian menunjukannya pada Haesol. "Pencahayaannya sempurna bukan? Walaupun tanpa filter,"
Tidak lama setelah Lisa berfoto, seorang manager restoran datang. Pria itu berambut hitam dengan potongan yang cukup pendek. Tidak seperti pegawai-pegawai lain yang memakai seragam merah, pria itu memakai kaus serta jaket hitam. Ia menyapa Lisa, juga Jiyong dan teman-temannya.
"Apa kau Lalisa Jung?" tanya pria itu dan Lisa menganggukan kepalanya.
"Park Seroyi?" balas Lisa dan pria itu menganggukan kepalanya. "Yiseo eonni bilang tempat ini bagus, tapi sayang sekali masakannya bukan seleraku. Aku bisa menulis apapun yang ku mau kan?"
Pria itu mengiyakan Lisa, ia juga berterima kasih karena Lisa sudah mau datang kesana. Namun ia tidak menduga kalau Lisa akan mengajak temannya kesana– Jiyong dan dua pria lainnya.
"Tidak, kami datang terpisah. Hanya kebetulan bertemu disini. Omong-omong kau tidak mencari manager baru? Sepertinya Yiseo eonni sudah sangat sibuk. Aku bisa menggantikannya,"
Si pemilik restoran lantas tertawa. Cukup sekali saja ia mempekerjakan seorang gadis kasar seperti Jo Yiseo. Ia tidak ingin ada Yiseo kedua di restorannya, dilihat dari kepribadian mereka, kedua gadis itu bisa membuat tekanan semakin besar atau justru bertengkar disana.
Setelah sedikit berbasa-basi dengan pemilik restoran itu, Lisa kembali bergabung dengan obrolan Jiyong dan teman-temannya. Mereka tengah membahas perasaan yang selama ini mengganggu Haesol. Mereka tengah membicarakan lagu yang ingin Haesol tulis.
"Kita berbeda hyung, kau sudah punya banyak fans sementara aku-"
"Sebenarnya aku tidak terlalu nyaman punya banyak fans," ucap Jiyong sembari meletakan kembali gelas yang sebelumnya ia pegang. Pria itu hendak meminum air dalam gelasnya, namun mengurungkan niatnya setelah mendengar ucapan Haesol.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicide Letter
FanfictionKalau kalian menemukan surat ini sebelum 27 Maret, tolong telepon aku. Tolong selamatkan aku. Lalisa Jung, +82 2 xxx xxxx