13

1.5K 228 3
                                    

***

"Kenapa aku tidak nyaman dengan mereka? Uhm... Pertama karena mereka banyak menuntut," ucap Jiyong, jauh lebih serius daripada sebelumnya. Biasanya orang-orang tidak akan membicarakan isi gelap kepala mereka kepada orang lain, namun siang ini Jiyong justru melakukannya. Di depan Haesol juga Lisa. "Sebagian besar dari mereka ingin seluruh keputusan dalam hidupku sesuai dengan keinginan mereka. Kalau aku berkencan dengan orang yang tidak mereka sukai, mereka akan marah. Kalau aku melakukan apa yang tidak mereka suka, mereka juga akan marah. Dan kau tahu alasannya? Mereka berfikir, kalau mereka lah yang menghidupiku. Memang, mereka membeli karya-karyaku tapi benarkah karena itu aku bisa hidup?"

"Tentu tidak," jawab Lisa. "Bukan fans yang menghidupimu. Karyamu yang melakukannya. Mereka tidak akan memberimu uang secara cuma-cuma kalau kau tidak berkarya,"

"Bukankah itu jadi terdengar terlalu... Uhm, seorang publik figur harus menghargai fansnya, bukan begitu?" gumam Haesol dan Jiyong menganggukan kepalanya.

"Aku menghargai mereka, aku juga mencoba untuk memahami mereka. Aku hanya sedikit berharap mereka bisa melakukan hal yang sama untukku. Sebagai teman, bukan fans," jawab Jiyong yang justru membuat Lisa terkekeh karenanya. "Kenapa kau tertawa? Kau ingin bilang keinginanku bodoh? Oh ayolah, sedikit berharap tidak ada salahnya, bukan?" keluh Jiyong sembari mendorong pelan bahu Lisa yang masih terkekeh. Keduanya seolah berdebat dengan sesuatu yang tidak begitu penting.

"Oppa," ucap Lisa di sela kekehannya. "Apa kau tahu Gandhi? Orang India yang terkenal karena perdamaian dan kesabarannya? Dia yang berhasil berdamai dengan Inggris tanpa kekerasan. Kalian tahu kan?"

Jiyong dan dua temannya mengangguk, lantas bertanya ada apa dengan pria itu dan Lisa mengatakan kalau Gandhi tewas karena di bunuh fansnya.

"Gandhi yang sangat hebat itu dibunuh oleh fansnya karena ia memutuskan untuk berteman dengan lawan politiknya. Seseorang yang awalnya mencintaimu, sangat mencintaimu, bisa jadi sangat mengerikan saat ia kecewa padamu, iya kan?" cerita Lisa membuat Jiyong lantas merubah posisi duduknya– mencari lagi posisi yang nyaman untuk duduk di kursinya setelah ia mendengar sesuatu yang mengerikan. "Kasus yang hampir sama juga terjadi pada John Lennon, kalian tahu kan? Dia ditembak fansnya,"

"Kenapa kau menceritakan itu padaku?" tanya Haesol, membuat Lisa lagi-lagi mengembangkan senyum cantiknya.

"Aku hanya ingin bilang, jangan terlalu sedih karena tidak punya banyak fans fanatik. Jangan terlalu menuruti mereka, jangan terlalu bergantung pada mereka. Bukan fans yang menghidupimu, tapi karyamu. Selama kau tetap berkarya, walaupun kau menikah atau berkencan, tetap akan ada orang yang menyukai karyamu," jawab Lisa yang kemudian menunjukan beberapa video di akun Instagramnya. "Mereka bilang aku jahat karena tidak membantu orang-orang yang dirundung itu. Tapi mereka yang bilang begitu tetap mengikuti akunku,"

"Wah... Kau benar-benar sombong," ledek Jiyong dan Lisa menaikan bahunya.

"Bukankah aku pantas untuk sombong?" lanjut Lisa sekaligus mengakhiri obrolan mereka siang itu. Lisa bilang ia punya janji dengan seorang temannya dan harus pergi lebih dulu.

Jiyong menawarkan diri untuk mengantar Lisa, namun gadis itu menolak dan bilang kalau ia akan pergi dengan taksi. Karena Lisa menolak diantar, Jiyong bersikeras untuk membayar makanan mereka. Sonho dan Haesol menaikan alis mereka, sedikit heran melihat sikap tidak biasa itu, namun keduanya baru bertanya setelah mereka berpisah dengan Lisa.

Lisa sedang menunggu taksi sembari mengunggah foto yang baru saja ia dapatkan. Sedang Jiyong pergi bersama dua rekannya dengan mobilnya. Saat itu, Sonho mengemudi, Haesol duduk disebelah Sonho dan Jiyong duduk di kursi belakang sembari bermain dengan handphonenya. Di persimpangan jalan, Jiyong melihat foto yang Lisa unggah.

Dalam fotonya itu, Lisa menulis "makanannya tidak terlalu cocok dengan suasana hatiku saat ini, tapi tempatnya sempurna untuk berfoto, kuberi tempat ini bintang tiga" dalam fotonya dan Jiyong tertawa melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam fotonya itu, Lisa menulis "makanannya tidak terlalu cocok dengan suasana hatiku saat ini, tapi tempatnya sempurna untuk berfoto, kuberi tempat ini bintang tiga" dalam fotonya dan Jiyong tertawa melihatnya. Ada dua alasan Jiyong tertawa, pertama karena ia yang mengambil foto itu dan alasan keduanya adalah kejujuran Lisa dalam keterangan foto itu. Orang-orang pasti akan marah kalau bukan Lisa yang menulis itu. Gadis cantik yang terkenal sangat jahat itu memang sering menulis kata-kata sinis untuk orang lain.

Sembari terkekeh, Jiyong menulis komentar di foto itu. Ia menulis "siapapun yang mengambil fotonya, dia pasti sangat hebat karena bisa membuatmu terlihat begitu cantik" dalam kolom komentar foto itu. Sialnya– sangat sial– Jiyong salah memilih akun untuk mengunggah komentar itu.

***

Suicide LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang