***
Matahari terbit seperti kemarin, seperti minggu lalu, seperti bulan lalu, seperti tahun lalu, seperti biasanya. Sebagian orang bangun dari tidur mereka seperti biasanya, sebagian tersenyum dan sebagian lainnya mengeluh. Pagi tidak pernah berubah bagi sebagian besar penduduk bumi. Selalu datang di waktu dan dengan cara yang sama, walau sesekali suasananya berbeda. Tapi pagi ini, seorang wanita pemilik toko pakaian bekas mendapatkan sesuatu yang tidak biasa.
Setumpuk pakaian yang terlihat mahal ada di depan pintu tokonya. Entah ada orang yang menjatuhkan pakaian-pakaian itu, atau sengaja membuangnya, tapi si pemilik toko merasa beruntung dengan pakaian-pakaian itu.
"Wah... Aku bisa menjual pakaian-pakaian ini dengan harga mahal," serunya seraya membawa pakaian-pakaian itu masuk ke dalam tokonya tanpa banyak berfikir sebelumnya. Tanpa menaruh rasa curiga sama sekali.
Milov, nama akrab si pemilik toko pakaian itu menggantung beberapa pakaian yang masih bersih. Hanya ada satu pakaian yang kotor karena debu di depan tokonya– karena itu ia membersihkan pakaian itu sebelum memajangnya di toko. Pakaian berdebu itu berupa sebuah jaket tebal dengan bulu-bulu halus di kerahnya. Milov pikir, jaket itu akan sangat hangat di tubuhnya, ia coba jaket itu sebelum membuka tokonya, ia rogoh saku jaketnya dan selembar kertas di saku itu menarik perhatiannya. Kertas itu berwarna merah muda, dilipat empat kali dengan lipatan yang sama rata. Seperti sebuah surat kaleng yang sengaja di taruh dalam jaket itu.
Aku memiliki segalanya. Uang, kasih sayang orangtuaku, kasih sayang keluargaku, juga kasih sayang dari teman-teman yang selalu penasaran. Aku tahu caranya jadi sukses, mendapat nilai bagus di sekolah, masuk ke universitas bagus, kemudian bekerja di perusahaan yang bagus. Sangat mudah, setidaknya untukku.
Aku tidak mengalami sesuatu yang buruk, tapi hidup terasa sangat melelahkan. Jadi aku berharap dunia bisa segera berakhir. Semua orang pasti tahu caranya untuk sukses, kita hanya perlu bekerja seperti orang gila. Aku pun begitu, dunia terlalu mudah ditebak, membosankan dan melelahkan. Aku harap dunia bisa hancur secepatnya.
Aku tahu ini gila, aku tahu isi kepalaku bermasalah. Selamatkan aku sebelum 27 Maret.
Lalisa Jung, +82 2 xxx xxxx.
"Sampah," gumam Milov, yang sekarang justru meremas kertas di tangannya itu, lalu melemparkannya ke tempat sampah. "Dia seharusnya bersyukur dengan hidupnya, pembawa sial," tambahnya, yang sekarang memutuskan untuk menjual jaket bulu itu alih-alih menyimpannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicide Letter
FanfictionKalau kalian menemukan surat ini sebelum 27 Maret, tolong telepon aku. Tolong selamatkan aku. Lalisa Jung, +82 2 xxx xxxx