***
"Hyung," panggil Jiyong kepada seorang teman segrupnya– siapa lagi kalau bukan Choi Seunghyun?
"Hm?" Seunghyun hanya menggumam untuk menjawab pertanyaan itu.
"Apa yang akan kau katakan pada seorang yang selalu bilang kalau dia ingin mati?"
"Aku tidak akan mengatakan apapun," jawab Seunghyun, memunculkan rasa penasaran Jiyong. "Orang yang bilang dia ingin mati, sebenarnya adalah orang yang paling takut untuk mati. Sebagian hati nuraninya tidak ingin mati, tapi sebagian lainnya merasa kalau mati adalah solusi. Sudah ada perdebatan hebat dalam dirinya, kau tidak perlu menjadi tokoh tambahan dalam perdebatan itu. Hanya diam saja disisinya, dengarkan saja, tidak perlu mendudukan atau membantahnya. Pergi saat dia minta pergi, dan tetap disana saat dia ingin begitu,"
"Aku ingin membantunya," ucap Jiyong kemudian. "Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Kalau dia sakit, aku bisa mencarikannya obat. Kalau dia punya masalah ekonomi, aku bisa membantunya. Kalau masalahnya berhubungan dengan karir, kurasa aku juga bisa membantunya. Tapi dia sudah memiliki segalanya. Lisa sempurna. Hidupnya sempurna. Dia pandai berolahraga, tubuhnya kuat, dia selalu menjadi si peringkat pertama. Dia juga berbakat, kurasa dia bisa melakukan segala hal sendiri. Tapi dia selalu menutup dirinya,"
"Kenapa? Dia punya segalanya, tapi dia kesepian?" tanya Seunghyun dan Jiyong menggelengkan kepalanya.
"Dia tidak punya banyak waktu untuk dirinya sendiri. Dia punya dua orang kakak. Kakak pertamanya selalu butuh bantuan– untuk sekedar melakukan hal-hal sepele. Ibunya selalu memintanya membantu kakak pertamanya itu. Lalu kakak keduanya, suka pergi sendirian, jadi dia mengajak Lisa. Tapi setiap kali mereka pergi bersama, tidak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan. Mereka tidak bisa melakukan apa yang Lisa inginkan. Lalu sang ayah selalu membuatnya terjebak dalam liburan keluarga yang membosankan itu. Lisa menyebutnya mengasuh, bukan berlibur, karena hanya dia yang tidak menikmati liburan itu. Lisa harus selalu mengalah karena kedua kakaknya punya gangguan perilaku, pola tidur dan pola makan. Kedua kakaknya rutin menemui psikiater,"
"Kalau dia merasa tertekan dengan keadaannya, kenapa dia tidak menemui psikiater juga?"
"Bagaimana dia bisa melakukannya? Kedua orangtuanya bisa bertahan karenanya. Kalau dia juga menemui psikiater, kedua orangtuanya pasti akan sangat tertekan. Kenapa ketiga putriku bisa depresi seperti ini? Bagaimanapun ia harus bertahan agar kedua orangtuanya tidak menyalahkan diri mereka sendiri,"
"Kalau memang itu pilihannya, seharusnya ia tidak boleh mengeluh," santai Seunghyun. "Itu menyebalkan, seperti kau ingin diet, tapi mengeluh karena tidak bisa makan burger,"
Jiyong hanya diam. Tanpa sadar, ia justru merasa kalau Seunghyun tengah mengatakan sesuatu yang sangat keterlaluan sekarang. Tanpa sadar, pria itu mulai marah.
"Kau tidak setuju denganku? Tapi memang begitu keadaannya, karena itu yang aku rasakan. Aku yakin gadis itu juga tahu kalau ia menyebalkan, ia tahu kalau ia tidak bisa bersosialisasi seperti orang lain, ia tahu kalau orang-orang tidak menyukainya, karena itu dia lebih suka sendirian,"
Sekarang, Seunghyun menunjukkan handphone pada Jiyong. Ia menunjukkan sebuah video yang Lisa unggah beberapa menit lalu. Dalam video itu, Lisa mengerucutkan bibirnya, ia memberitahu orang-orang yang melihatnya kalau ia sudah bosan menunggu bus.
"Apa menurutmu dia benar-benar ingin mengatakan itu? Busnya sangat lama, haruskah aku naik taksi saja? Lisa bukan tipe gadis yang akan menanyakan pertanyaan itu," susul Seunghyun setelah Jiyong melihat video itu.
"Dia melakukan itu karena bosan, dia melakukan apapun yang diinginkannya," balas Jiyong– masih belum menemukan apa yang sebenarnya Seunghyun bicarakan.
Sekarang, Seunghyun menghela nafasnya. Pria di sebelahnya itu sudah tidak bisa melihat hal lain selain apa yang menarik perhatiannya. Jiyong sudah tidak bisa melihat apapun selain gadis yang beberapa hari terakhir ini selalu ia bicarakan.
Pada akhirnya, Seunghyun harus menjelaskan alasan Lisa mengunggah video singkat itu, seorang anak pelatihan di YG dirundung beberapa gadis karena ketahuan berkencan dengan Bobby iKon.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicide Letter
FanfictionKalau kalian menemukan surat ini sebelum 27 Maret, tolong telepon aku. Tolong selamatkan aku. Lalisa Jung, +82 2 xxx xxxx