***
Dalam layar TV LED yang sengaja dipasang di dekat pintu ruang operasi salah satu rumah sakit, nama Lisa tertulis. Sudah tiga jam operasi berlangsung, namun Lisa masih terus berbaring di atas meja operasi dengan tubuh penuh luka. Kepalanya tengah di bedah sekarang.
Di luar, kedua orangtuanya duduk, berharap putri mereka akan baik-baik saja. Jessica dan Krystal Jung juga ada disana, terlihat begitu khawatir. Pemandangan yang sangat wajar ketika seorang anggota keluarga terluka, keluarga lainnya akan ada disana, menunggu dengan khawatir. Namun yang sedikit menarik, di depan pintu ruang operasi itu, G Dragon pun ada disana.
Jiyong menghubungi Jessica ketika ia sama sekali tidak bisa menelepon Lisa. Awalnya Jessica tidak menjawab panggilan Jiyong, namun sembilan puluh menit lalu, Jessica menjawab panggilan Jiyong dan mengatakan pada pria itu kalau Lalisa Jung– adiknya– baru saja dilarikan ke rumah sakit karena terlibat kecelakaan.
"Tanggal lima Desember," ucap tuan Jung tiba-tiba. "Bagaimana kalau kita pergi berlibur tanggal lima Desember nanti? Lisa pasti sudah sembuh saat itu," lanjutnya, menarik perhatian istri, kedua anaknya serta Jiyong dan managernya. Awalnya mereka semua terkejut, namun Jessica segera menanggapi ucapan itu dengan harapan-harapan positifnya.
"Tentu saja, bagaimana kalau kita pergi ke Hawaii? Lisa senang berada disana," susul Jessica.
"Jangan Hawaii, itu terlalu jauh, Lisa akan lelah kalau pergi terlalu jauh. Bagaimana kalau Jeju saja? Disana hangat dan tidak terlalu jauh," tambah Krystal.
"Kenapa harus ke Jeju? Lisa akan lebih senang kalau kita pergi ke Hawaii," bantah Jessica, membuat pertengkaran kecil diantara ia dan adiknya– Krystal.
Tuan dan nyonya Jung lantas ikut mengeluarkan pendapat mereka, Jessica ingin pergi ke Hawaii, Krystal ingin ke Jeju, tuan Jung bersedia pergi kemanapun yang Lisa inginkan sedang nyonya Jung tidak ingin pergi kemanapun sampai Lisa benar-benar pulih– nyonya Jung ingin mengundur tanggal liburan mereka. Jiyong yang melihat, tidak tahu situasi macam apa saat itu. Entah itu situasi gila atau justru lucu, semua orang terlihat tidak waras. Tapi anehnya, Jiyong justru merasa kalau situasi itu sangat menenangkan. Ia merasa mereka tengah melalukan sesuatu yang lebih besar daripada doa, mereka berasumsi kalau Lisa pasti akan hidup.
"Jiyong oppa, kau berkencan dengan Lisa kan?" tanya Krystal dengan wajah batunya. "Menurutmu kemana Lisa ingin pergi? Dia pasti ingin pergi ke Jeju kan?" desak gadis itu membahas masa depan dan semua orang telah memainkan peran mereka dengan baik.
"Mungkin Jeju? Boleh aku ikut bersama kalian?" tanya Jiyong, bergabung dalam energi penuh harapan itu.
Berselang dua jam, harapan-harapan itu menjadi kenyataan. Lisa mampu berjuang dalam operasinya. Operasi selesai dengan baik, namun Lisa belum cukup kuat untuk bangun dari biusnya. Begitu operasi selesai, ada semakin banyak orang yang datang. Lisa masih berada di ruang perawatan intensif, semua orang menunggu di luar sementara nyonya Jung masuk dengan pakaian sterilnya. Melalui pintu dan dinding kaca, semua orang berharap Lisa akan baik-baik saja.
"Kita harus bicara sebentar," ucap Sonho, berbisik pada Jiyong. Di tempat yang cukup jauh dari para anggota keluarga, Sonho lantas memberitahu Jiyong mengenai informasi yang baru saja ia dengar. "Jennie Kim yang menabrak Lisa. Ia marah karena Lisa membuat debutnya tertunda. Sekarang, dia ada di kantor polisi," lapor Sonho, membuat Jiyong hampir jatuh karena kakinya yang tiba-tiba saja lemas.
"Dia ingin bunuh diri, tapi akhirnya justru di bunuh?" gumam Jiyong, bersamaan dengan berbunyinya alarm darurat dari ruang rawat Lisa. Beberapa dokter dan perawat berlari di belakang Jiyong, berusaha keras untuk menyelamatkan si pasien, namun Tuhan berkata sebaliknya. Tuhan tidak mengizinkan Lisa untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Gadis itu meninggal setelah semua mengizinkan semua orang berusaha sekuat tenaga mereka.
Tanpa diminta, tanpa dipaksa, tanpa memberi konfirmasi apapun, tanpa mengatakan apapun, Jiyong berada di dekat Lisa sampai gadis itu benar-benar di makamkan. Pihak agensi sama sekali tidak tahu apa arti Lisa bagi Jiyong, namun pria itu terlihat sangat kehilangan. Seperti seorang sahabat karib, Jiyong tidak pernah meninggalkan tempat upacara pemakamannya.
"Jiyongie?" tegur nyonya Jung setelah ia merasa lebih baik– tepatnya di hari keempat upacara pemakaman putrinya. "Terimakasih karena sudah membantu disini, aku tidak mengenalmu sebelumnya. Aku tidak tahu kalau kau dekat dengan Lisa. Kami semua tidak tahu kalau Lisa punya orang sebaik dirimu disisinya. Terimakasih banyak,"
"Aku mencintainya," gumam Jiyong. "Tapi belum sempat memberitahunya, maaf,"
"Jangan meminta maaf," sanggah nyonya Jung. "Lisa sempat sadar setelah operasi, hanya sebentar, tapi dari semua orang, dia justru menyebut namamu. Ia berterimakasih padamu, dia bilang berkatmu hari-hari terakhirnya terasa sangat menyenangkan. Dia bilang, kau pernah menyelamatkannya. Terimakasih banyak."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicide Letter
FanfictionKalau kalian menemukan surat ini sebelum 27 Maret, tolong telepon aku. Tolong selamatkan aku. Lalisa Jung, +82 2 xxx xxxx