Sebuah Pensil Alis Dan Sebuah Pensil Faber Castell

30 4 0
                                    

Seminggu kemudian, gue tak juga mendapatkan kabar dari kak Radith. Setiap chat gue hanya di read dan sekalipun dibalas hanya satu atau dua huruf atau sekedar mengirim stiker juga emoticon nyebelin.

Seminggu setelahnya gue mulai biasa aja alias nggak terlalu berharap seperti kemarin. Namun saat gue berusaha untuk tidak kembali berharap, si kampret ini malah memutar balik keadaan. Kak Radith ngechat gue tiba-tiba dan memberi harapan baru.

“Di”
Kata dia, WA gue.

“Y”
Balas gue, sok cuek.

“Dua hari kedepan ada acara?”

Waduh, apa ini?

“Ga kemana mana.
Knp?”

“Ikut gue kondangan mau?”

EEEEHH?! Bentar, kondangan, KONDANGAN?!

“Ngapain?”

“Menghadiri acara pernikahan.”

Duwh! Iyee gue tau.
“Kenapa?”

“Mau g?”

“Knp aku harus mau?”

“Lah, yaudah kalo ga mau.” balasnya.

Yee ga niat banget lo nawarinnya.
“Kalo mau?”

“Acara nya besok lusa.”

“Oke, terus?”

“Tar gue kabarin lg.
“Thanks.
“Kalo bisa
“Lo harus

Gue masih terus menunggu kak Radith selesai mengetik

“Gajadi
“Lupain.

Ck, bikin orang penasaran aja.
“Harus apa?”

“Oke anggep aja kita impas, Karena waktu itu gue udah nemenin lo makan malem, sekarang lo temenin gue kondangan. Masa lo gatau sih harus apa?”

“Harus apa?”

“Kalo lo butuh gaun baru, gue ada.
“Punya mama gw.
“Intinya kalo lo butuh apa-apa bilang gw.

Cih, dasar. Senyum gue mengembang seketika.
“Aku butuh Asus ROG”

“Tidak ada hubungannya, malih.” gue yakin dia pasti sedang kesal.

“Kalo gitu aku butuh make up.”

“Apa lo mau gue sewain MUA?”

“Ga perlu, cukup beliin make up nya aja.”

“Gue gatau, gue bahkan gabisa bedain mana pensil alis mana pensil Faber Castell."

GUE NGAKAK DEMI APAPUN

“Tar sore gue pulang kerja sekalian mampir ke kosan lo, abis itu kita cari make up macam apa yang lo mau.”

“Ok.”

Padahal sejujurnya gue juga tidak begitu banyak mengetahui tentang make up. Tapi ini, demi apa? Mumpung gratis kan?

TEMENIN GUE MAKAN MALEM YOK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang