“Abisin buburnya.”
“Iyaa.” Gue pun membuka bungkus bubur yang terbuat dari sterofoam dan mulai memakannya dengan sendok pelastik yang sudah di sediakan.
“Mmm, jadi semuanya berapa kak?”
“Lo pikir gue gojek?”
“Setidaknya aku ada niat untuk ganti, ya udah kalo ga mau.”
“Gak lebih dari gocap.”
“Apa itu artinya aku harus bayar gocap ke kak Radith?”
“Kalo mau itung itungan, sama biaya jasa pengganti perban lo tadi, semuanya dua juta lima ratus.”
“Buseh, mahal amat.”
“Ya mahal, makannya lo adalah pasien yang paling beruntung dapet dokter ganteng kayak gue.”
“Narsis ya anda sekarang. Haha.”
“Udah baikan? Kalo gitu gue mau caw sekarang.”
“Hati-hati, dan, terima kasih banyak kak Radith.” Gue menghentikan kegiatan makan gue.
“Kalo nanti malem suhu badan lo naik, lo mending hubungin keluarga lo biar lo di rawat. Itu luka karena besi, kita gatau nanti bakal ada infeksi atau nggak nya. Hati hati aja.”
“Iya, kak Radith juga hati-hati dijalan.”
“Oke, gue balik. Lanjutin makannya.”
Gue mengangguk, namun tetap gue menunggu hingga kak Radith benar-benar pergi.
“Ibu kos nya balik kapan?” katanya sambil memakai sepatu.
“Mmm, masih lama kayaknya karena keluar kota.”
Selesai memakai sepatu, kak Radith menanyakan ponsel gue. “Hp lo?”
“Hah?” ucap gue, bingung.
“Liat hape lo.”
“Kenapa?” gue pun menyodorkan hp gue kepadanya.
Dia terlihat sedang mengotak ngatik sesuatu, dan setiap gue mengintipnya, kak Radith selalu berhasil mengelak.
“Nih.” Kemudian kak Radith menyerahkan kembali ponsel gue.
“Jangan coba-coba untuk chat random lagi apalagi ke cowok.” Lanjutnya.
“Kalo bapak kos?”
“Yang bukan lo kenal. Inget, lo beruntung semalem perginya sama gue, gue gabisa ngebayangin gimana lo sekarang andaikata bukan sama gue.”
“Okey..”
“Dan satu hal lagi.”
“Apa?”
“Apa lo ga ada baju yang lebih tebel dari ini, Diana?”
“Ada.”
“Pake jaket tiap keluar kamar.”
“OK.”
“Oke, gue balik.”
“Hati-hati kak.”
Setelah itu kak Radith bahkan ga lagi nengok-nengok ke belakang. Gue pun segera masuk kedalam kamar dan berteriak kesenangan sekencang kencang nya seperti orang gila. Tapi gue rasa, gue memang sudah gila sejak awal. Dan jika itu benar maka gue adalah orang gila yang gila karena terlalu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMENIN GUE MAKAN MALEM YOK!
Ficțiune adolescențiKisah kegabutan gadis remaja yang minta di temenin makan malem