Bertemu Calon Pacar

46 4 2
                                    

Gue punya banyak strategi untuk mendapatkan pacar, mulai dari mengikuti kencan buta, chat random nomor WA dari grup angkatan, sampai naro nomor gw sendiri di kolom komentar awreceh. Hingga suatu ketika, gue di dm oleh salah satu idola gue. Akun pemilik instagram yang followers nya mencapai ribuan, dia adalah seorang seniman ganteng dengan dom yang sama dengan gue. Kami sering dm dm an, mention mentionan, sampai akhirnya gue di follback! Aww seneng banget..

Tiba lah saat nya, gue mengajak dia ketemuan langsung. Basa basinya si, gue minta ditemenin makan malem sama doi, mmmm by the way namanya Radith umur nya tiga tahun lebih tua dari gue. Meskipun pada awalnya gue harus memelas dan sempat curhat panjang lebar, namun pada akhirnya doi setuju untuk menemani gue makan malem di salah satu café.

Ga butuh waktu lama untuk berdandan, gue pun segera menuju tempat yang sudah di janjikan dengan menaiki ojek online. Dan tak sampai sepuluh menit, gue sudah sampai di tempat tersebut. Gue memperhatikan sekitar, mengingat ngingat bentuk wajah nya dan sepertinya gue telah menemukan orangnya. Pandangan gue tertuju pada seseorang dengan hoodie hitam, celana hitam panjang, berkulit putih dengan kalung hitam di lehernya, dan dia cukup tinggi dilihat dari duduknya saja. Untuk memastikan orang itu adalah dia yang gue cari, gue pun menelponnya. Hanya butuh beberapa detik telepon gue tersambung kepada orang yang sedari tadi gue tatap dengan penuh keraguan.

"Halo?" terdengar suara dari seberang telepon.

"Halo kak, iya ini aku udah disini."

Oh no!! dia nengok kesini... gue harus gimana dong

Akhirnya gue samperin dia, dengan berlagak seolah baru tau kalo itu dia. Ya walaupun pada kenyataannya memang seperti itu sih.
"Hai kak" sapa gue,

Dia melihat, bukan, dia meneliti gue dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Hai," ucapnya.
"Hmmm, hehe, lama ya kak." Kata gue, sambil cengar cengir gak karuan. Gue gatau, rasanya seluruh badan ini mati rasa saat duduk di hadapan kak Radith. Nervous boy, udah kayak mau sidang skripsi, padahal gua pun gatau itu rasanya gimana, tapi kalo di umpamakan ya seperti itu lah kurang lebih.

Dia mengganti posisi duduknya lalu mengoyang goyangkan kaki nya seolah sedang berpikir keras, lebaynya lagi dia liat jam tangannya dengan gaya sok keren."Mmm, baru lima belas jam, santai aja." Katanya. Gue melotot. Lebay banget.

"Perasaan kita janjian baru dua jam yang lalu deh,hehe, aku pikir rumah kakak jauh dari sini makannya aku agak telat sedikit, hehe." Ya ampun sokap banget lo Diana. Tolong, gue berada di situasi awkward saat ini, gue sumpah cringe banget sih, ampun deh.

"Ya, gue juga tadi ada urusan tempatnya ga jauh dari sini dan, ya lo ngajak makan malem, kebetulan gue juga lagi ada dideket sini."

Gue menghembuskan napas sambil tetap memamerkan gigi kapak gue, "Oh gitu, jadi udah pesen apa aja tadi?"

"Kenapa nanya gitu?" waduh, kenapa jawabannya gini nih.

"A, aku juga mau pesen"

"Tapi kata kata lo kayak yang mau bayarin gua." Katanya, sambil naekin sebelah alisnya.

"Ah? Gak gitu, eh, maksudnya gimana sih?"

"Jadi tadi udah pesen apa aja? Itu sama aja kayak, tadi apa aja yang dipesen? Biar gue yang bayar."

"hahaha" gue ketawa aja, padahal gue juga gatau maksud dia apaan "itu mah maunya kakak. Udah ah, aku mau pesen dulu aja."

Kemudian gue mengangkat tangan dan memanggil salah satu pelayan disitu "Mbak.."

Ga lama dari situ si mbak yang gue panggil tadi nyamperin "Iya kak?" ucap si pelayan dengan nada yang lembut sekali.

"Aku pesen ini, sama minumnya cokelat panas, tambahan air mineral, snacknya yang ini aja deh, mmm," lalu gue beralih menatap ke kak Radith. "kak, mau makan apa?"

Dengan santainya dia bilang "Sama in aja." Bener bener tipe cowok yang ga mau ribet.

"Yakin mau disamain nih, kak Radith?" kata gue, berusaha meyakinkan dia sekali lagi.

"Iya, udah lama juga gue ga minum cokelat panas."

"Oke, jadi ini dua sama minumnya juga dua." Ucap gue, ke si mbak tadi.

Setelah apa yang tadi gue omongin di ulang lagi sama si mbak, gue pun dengan segera meng iya kan dan tak lama kemudian si mbak udah pergi dari hadapan kami berdua.

Sambil menunggu pesanan datang, gue hanya menatap kak Radith dengan cengiran khas gue, lalu ketika dia melihat gue, gue buang muka dan perlahan tersenyum, lalu melihatnya lagi dan itu terjadi berulang kali sampai akhirnya pesanan dateng.

Dia makan seperti biasanya orang normal makan, sedangkan gue tiba tiba mendadak kaku dan jadi jaim banget kayak bukan gue yang rongot dengan makanan apapun itu saat berada di depan temen temen gue.

What the hell?! Ada apa dengan respon tubuh gue?

Hening, ga ada pembicaraan apapun. Entah ga ada yang berani memulai, atau emang sama sama canggung. Perut gue yang dari tadi keroncongan, hanya dengan beberapa suap aja berasa udah makan segentong alias kenyang banget borrrr padahal baru makan tiga suap doang. Ngunyah nya juga jadi lama banget udah kayak nungguin Badak Sumatera lahiran! Lebih parahnya lagi gue tiba tiba keilangan napsu makan gue. Dan dia menyadari itu karena dari tadi gue hanya memainkan sendok dan garpu yang gue pegang.

"Makannya di abisin." Kata kak Radith.

Gue menggelengkan kepala, "Udah kenyang."

Kemudian kak Radith meletakkan sendok dan garpunya secara menyilang dengan posisi telungkup ke atas piringnya yang sudah bersih tanpa sisa makanan diatasnya.

"Kalo udah kenyang ayo pulang."

"Hah?"

"Kok hah?"

"Langsung pulang?" oh please, gue semata mata minta ditemenin untuk makan malem gak cuma buat ini, tolong peka dong kakak Radith.

"Lalu? Apa lo masi kangen sama gue Dina?"

Idih najis, cepet cepet gue ralat "Diana!"

"Ya Diana, terus apa yang lo mau abis ini?" apa yang gue mau? Gue mau elo lah! Gue masih mau berlama lama disini sama elo kenapa sih.

"Kak Radith kenapa sih buru buru banget, haha"

"Dinner with stranger man like me until nine PM, dan lo bilang itu buru buru? Lo ga takut sama gue?"

"Kecuali kak Radith begal."

"Huh? Haha, lawak lo." Kak Radith terkekeh. Dan mengambil ponsel di atas meja.

"Tenang aja, kakak takut aku di omelin kalo pulang malem like, other girl seusiaku?"

"Like the other good girl." Ralatnya, ponsel yang tadi di ambil, dia putar putar seperti bermain fidget spinner dengan pandangan yang sayu saat dia kembali menatap gue.

"Well, ya, maybe. Eh aku ini good girl loh, cuma bedanya aku ga ada orang tua aja jadi terserah aku mau pulang jam berapa aja"

"Gua rasa lo juga gaada otak." Speechless. Gue memejamkan mata sejenak, terus gue liat dia lagi.

"Iya emang iya, ajak kakak untuk temenin aku makan malem aja udah cukup buat ngejelasin kalo aku emang gaada otak." Entah mengapa mata ini langsung panas, common please jangan nangis.

Kak Radith lalu melengos saat melihat mata gue yang memerah dan berpaling dari tatapannya, gue berusaha menahan air mata sebelum akhirnya kak Radith berdiri dengan gentle nya dan menarik tangan gue, mengajak gue untuk berdiri juga.

"Ayo ikut gue."

TEMENIN GUE MAKAN MALEM YOK! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang