“MORNING ABANG!!” ujar cewek itu dengan centil nya.
Gue hanya bisa terdiam ditempat menyaksikan cewek itu berjalan setengah berlari kearah kak Radith, gue lalu menatap di suatu titik yang mana bergundal gandul. Lantas gue balik melihat ke diri gue sendiri. Minder.
“Oh! Cewek! Haii..” gue mengangkat kepala gue saat cewek itu melambaikan tangannya kepada gue.
Terjadi percakapan diantara mereka setelah itu, entah apa yang diomongin gue tidak terlalu mendengarkannya. Tapi beberapa detik kemudian cewek itu berjalan dengan bahagia nya menghampiri gue.
“Pacarnya bang Radith?” tebaknya langsung, tepat dihadapan gue. Dan saat itu juga gue mengerti bahwa si cewek bohay ini yang pasti bukan pacarnya kak Radith.
“Hehe, aku Diana, bukan pacarnya kak Radith, tapi baru calon.” Ucap gue, dengan pede nya mengulurkan tangan ke si cewek yang sekarang sudah duduk di samping gue.
“Halo Diana, Gita.” Cewek yang bernama Gita tersebut membalas uluran tangan gue, kami berjabat tangan dengan ramah.
“Kerja atau kuliah?” tanyanya.
“Mmmm, mmasih sekolah di SMK.” Jawab gue, canggung.
“Oalaaah!! SMK.. jurusan?”
“Tata Busana, kalo kak Gita?”
“Gue kuliah, ambil prodi pendidikan bahasa Inggris.”
“Waw, great!”
“Thanks, lo mau tau ga kenapa gue ambil bahasa Inggris?”
“Nggg, kenapa?”
“Karena dulu gue nonton Fifty shades di laptopnya bang Radith gaada subtitle, jadi gue pengen bisa bahasa Inggris.”
Waw, sungguh pengalaman yang sangat menarik untuk diceritakan ke gue. Gue hanya manggut-manggut menanggapinya.
“Oh iya, tadi lo bilang lo calon pacarnya? Haha, umur lo beda jauh lo gapapa dengan itu?” Tanya nya lagi.
“Beda tiga tahun doang kan? Mama Papa ku beda hampir sepuluh tahun, gamasalah.”
“Tiga tahun? Ppfffffttth, hahahahahh” alis gue mengkerut melihat kak Gita yang kegelian sendiri memegangi perutnya. Asli, sejujurnya gue merasa tidak ada yang lucu disitu.
“Ya, its oke kalo buat Mama Papa lo. Tapi Radith? Hahaha gue gapercaya dia nipu orang se polos elo, hahaha”
“Hah? Emangnya kenapa kak?” Tanya gue, heran.
“Asal lo tau, umur bang Radith sekarang, Oktober nanti ulang tahunnya yang ke dua puluh tujuh.”
Mata gue membulat “HAH?!”
“Kaget kan lo?”
“Really?”
Kak Gita hanya terkekeh.
“Ayok masuk, lantai nya pasti udah kering.”
Kemudian kak Gita berdiri, gue lalu mengikutinya dibelakangnya.
“Ughh..” Tiba di sofa ruang tivi kak Radith, kak Gita menghempaskan dirinya disana.
“Remot dimana ya?” gumamnya sendiri, lantas dia mencari-cari benda yang bernama remot tersebut, setelah sekitar lima belas detik akhirnya kak Gita menemukannya.
Setelah itu, kak Gita lanjut menonton tivi dan mengambil toples berisi makanan. Gue masih termenung meratapi nasib gue dengan kak Radith. Tak lama kemudian kak Radith keluar dari dapur dengan semangkuk indomie.
“Apaan tuch, bagi.” Kak Gita lalu bangkit dan merebut garpu yang dipegang kak Radith, namun kak Radith mengangkat mangkuk nya tinggi tinggi.
“Bagi gak!” todong kak Gita, melompat-lompat berusaha menggapai mangkuk tersebut.
“Diem ish.” Lalu kak Radith berhasil melawan kak Gita dan kemudian duduk disamping gue.
“Lo mau?”
“Ngg.. ngga om.” Ucap gue, mengingat umurnya beda jauh dari gue.
Kak Radith terdiam, tak lama kemudian kak Gita berhasil mengambil indomie nya kak Radith. Dia menjerit jerit kegirangan. Sedangkan kak Radith hanya bisa teriak “WOY!”
Pandangannya beralih menatap gue “Om?” tanyanya, mengintimidasi.
“Kak Radith, kata kak Gita Oktober ini kak Radith dua puluh tujuh tahun.”
Kak Radith melotot, dengan cepat menengok ke kak Gita yang sedang cengengesan bego sambil makan indomie.
“Gue masih dua dua ya anjing.” Umpat nya, melemparkan bantal sofa kepada kak Gita.
Kak gita hanya ketawa tawa sinting meski bantal sofa sudah mensleding kepalanya.
“Balikin indomie gue bangsat.” Detik selanjutnya mereka kembali bergelut memperebutkan semangkuk Indomie.

KAMU SEDANG MEMBACA
TEMENIN GUE MAKAN MALEM YOK!
Teen FictionKisah kegabutan gadis remaja yang minta di temenin makan malem