8. Masa sih?

3.4K 154 11
                                    

Happy reading..

Maaf typo

Biasakan sebelum baca yuk vote, dan nanti comment atau follow.

***

Setelah sholat subuh yang kali ini dilaksanakan berdua, hatiku seakan meleleh. Bagaimana tidak? Ternyata surat yang dibacakan bukan surat pendek yang sering aku lantunkan, dia melafalkan surat yang tidak terlalu aku tahu. Begitu merdu, lembut dan indah ditangkap oleh telingaku. Pria dengan baju koko putih dan sarung ini berbalik menghadapku setelah berdoa. Peci hitamnya ia lepas, membuat rambut-rambut bahas langsung menutup dahi. Terlihat seperti anak SMA kalau seperti ini.

Dia mengulurkan tangan kanan, aku tahu maksudnya. Pelan tanganku terulur menyambutnya, saat itu rasa berbeda aku rasakan, kasar tapi hangat. Sepertinya tangan halusku sudah terbiasa dengan telapak tangannya yang lebar. Wajahku mendekat dan menyematkan punggung tangan coklat itu sebuah kecupan.

Saat itu juga, aku merasa ada tangan lain yang mengelus kepala. Duh, tiba-tiba suasananya menjadi makin sesak. Belum sampai disitu saja, dia menarik tanganku ke arahnya. Lalu yang makin membuatku makin tak karuan lagi adalah bibirnya menyentuh jemariku, menciumnya dengan hikmat. Aku makin meleleh. Perasaan apa ini? Lelaki yang belum lama aku kenal sudah memperlakukanku seperti barang berharga.

"Nafas El."

Katanya, sambil menatapku. Apa dia bilang? Aku disuruh bernafas? Pantas saja sedari tadi aku merasa dadaku makin sesak.

Apa kalian tahu, belum pernah sama sekali dia mengucapkan sesuatu dengan tersenyum. Wajahnya selalu terpasang datar, lempeng tanpa ekspresi bahkan saat mengajakku bercinta. Ngomong-ngomong soal bercinta, malam tadi adalah hal baru bagiku. Menurut, aku mengikuti perintahnya untuk selalu mengatakan apa keinginan dan kemauanku. Aku baru menikmatinya malam ini, 100 persen. Ah aku malu mengakuinya.

Pipiku memanas ketika mengingat malam tadi. Segera bangkit, aku melepas mukena dan melipatnya. Dia pun melakukan hal yang sama. Tepat berdiri di hadapanku dengan jarak 2 langkah saja. Masku sudah melepas baju koko, hingga memperlihatkan dada dan perut yang berotot. Lagi-lagi aku dibuat sesak nafas menyaksikan pemandangan ini.

Aku malu, melihat ada bekas kissmark di lehernya. Apa itu hasil karya ku? Mamah, El sudah dewasa sekarang.

Masih belum habis aksinya yang membuatku menahan nafas lagi, kali ini sarungnya ia lepas juga.

"AA," jeritku tertahan sambil menutup mata dengan kedua tangan.

"Kenapa?"

"Ngga!" Aku segera mundur dan berjalan menjauhinya menuju dapur. Mencoba melarikan diri dari berbagai godaan. Pagi-pagi ngga mau main di ranjang, cape.

Ini hari Minggu, jadi kira-kira masak apa ya yang simple biar cepet. Aku melihat isi kulkas, memastikan persediaan bahan makanan.

"El, celana olahraga Mas dimana?"

Masku sudah berdiri di ambang pintu dengan celana yang begitu ketat. Shock lagi-lagi melanda. Itu tonjolan di antara pahanya, membuatku lagi-lagi salah fokus. Apa aku setiap hari harus melihat seperti ini?

"A-Ada di lemari kan?" Kataku tergagap.

Dia menggeleng pelan dengan wajah bingung, "kemarin kamu yang beresin". Itu pasti artinya aku disuruh mencari.

Menutup kembali kulkas, aku segera masuk ke kamar mengikutinya. Nampak dari belakang Masku terlihat sangat menggoda, makin stres aku pagi-pagi. Aku mengingat celana training panjang yang ada di lemari bagian bawah.

The Real Home Is You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang