9. Banjir cinta

2.9K 148 12
                                    

Jangan lupa vote, comment dan follow guys.

Happy reading.
Instagram : albian.bella
albianbella15

***

Masa sih? Reta ngga pernah bilang kalau Masku yang waktu itu menolong. Aku masih terus memikirkan kejadian itu sepanjang jalan, apa ada yang aku lewatkan?

Setelah Mas Edo membayar bill makan yang totalnya sejumlah gaji 2 bulan ku. Ya Allah boros banget ternyata kalo laki-laki. Sekali ngajak makan langsung berjuta-juta habis.

Kesel, karena suami aku yang lempeng ini mau-maunya diporotin, sampe mereka take home pula. Belum lagi kesel, karena Windi itu sinis banget kalau melirik-melirik aku. Itu mata antagonis pokoknya. Satu lagi, badan aku lengket, apek dan bau asem Mamah.

Baru setengah perjalanan, macet, air dimana-mana. Ini Jakarta apa rawa-rawa si? Kok banyak banget yang ngapung di atas. Aku masih menatap luar jendela, seperti biasa terlihat anak-anak yang asik main banjir. Ih gila itu air ada jutaan kuman, pipis hewan apa aja tuh jadi satu.

"Kamu marah?"

Eh tiba-tiba ada suara. Mobil berhenti di trafic light, lampu merah dan angka berjalan mundur masih di detik 23. Lama.

"Iya!!"

Pokoknya jujur itu lebih penting.

"Kenapa?"

"Mas boros, masa ngajak makan mereka langsung ngabisin gaji 2 bulan aku."

"Sekali-kali, lagian mereka juga ngasih sesuatu yang banyak tuh di belakang? Kamu total aja nanti kadonya, lebih dari gaji kamu apa ngga? Kalau kurang Mas tambahin."

Ih sombongnya, mentang-mentang lagi banyak uang kayaknya. Aku baru sadar, di jok belakang ada tumpukan kado yang sangat banyak juga besar-besar, sampai mobil ini penuh dengan kotak hadiah. Bener juga tadi kata Masku, nanti aku total deh.

"Masih marah?"

"Masih!"

Kali ini mobil sudah melaju dan menuju perumahan kami. Aman. Belum kena banjir.

"Apa lagi?"

"Waktu aku sadar dari pingsan, Reta ngga bilang apa-apa sama aku. Ko Mas ngga cerita si pernah nolongin aku?"

Sampai juga kita di garasi rumah dengan selamat, Alhamdulillah. Mas Edo membuka seat belt tapi masih duduk di kursi, lalu mematikan mesin.

"Ngga penting, Mas ikhlas nolongin kamu. Biar Allah aja yang tahu."

Ih ngelesin, pake bawa-bawa Allah lagi.

"Kan El belum bilang-"

"Sama-sama."

"Hmmm??'

"Kamu mau bilang terimakasih kan? Sama-sama. Udah. Masalah selesai. Turun!!"

Tuh kan pengin rasanya nyubit itu perutnya yang kotak-kotak. Biar lagi-lagi ngga nyebelin sama istri.

Aku ngga mau bantuin bawa kado, cape, pengin mandi. Tubuhku masih berdiri di samping pintu yang tertutup, lalu melangkah pelan ke bagasi mobil yang sudah terbuka. Ya Allah tolong Elsa, buat kado ini tiba-tiba ada di kamar tanpa perlu dipindah.

"Ngapain disini?"

"Ha?"

Aku melongo menatap pria tinggi yang ada di sampingku, di tangannya sudah ada 3 tumpuk kado yang besar hingga menyentuh dagu. Masku pura-pura polos deh, ya mau bantuin bawa lah.

The Real Home Is You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang