|6|Gardenia🌺

82 5 0
                                    

"Kenapa nangis di sini?" Tanya Nando sambil berjongkok kemudian mengusap rambut panjang Denia yang sedang menunduk di atas lipatan tangan. "Pacar aku gak boleh nangis kayak gini."

Denia mendongak. Wajahnya yang basah karena air mata langsung dihapus dengan kedua telapak tangannya. "Nando..."

"Kenapa?" Tanyanya sembari memunculkan sebuah senyuman. Melihat Denia hanya terdiam, Nando langsung mengulurkan tangannya untuk membantu Denia berdiri. "Jangan dengerin kata mereka. Mereka iri karena kamu terlalu sempurna." Ucapnya sambil merangkul cewek yang berstatus sebagai pacarnya.

"Nando, mau kemana?" Tanya Denia sambil menghentikan langkah kakinya.

"Ke kantin, pasti kamu belum makan 'kan?"

Denia mengedarkan pandangannya, menatap orang-orang yang berada di koridor. Mereka tengah menatapnya dengan tatapan sinis. Setelah itu, Denia mendongakan wajahnya, menatap wajah Nando yang lebih tinggi. "Jangan, nanti kamu malu."

"Enggak, mereka gak bakal berani apa-apa. Kamu tenang aja, aku ada di sini buat kamu." Ucapnya sembari menggiring Denia sampai ke kantin.

Di dekat pintu kantin, Nando mengambil sebuah nampan lalu diberikan pada Denia. Sesuai peraturan di SMA Naiza, bahwa setiap orang yang akan belanja di kantin harus menggunakan nampan yang sudah disediakan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi sampah plastik.

Nando berjalan terlebih dahulu, disusul oleh Denia yang berjalan di belakangnya sambil membawa nampan. Ketika sampai di salah satu stand, Nando langsung menyimpan 4 porsi kentang goreng di atas nampan Denia.

"Kok empat?" Tanya Denia bingung.

"Oh, sekalian, buat mereka juga." Ucap Nando sambil menunjuk meja yang sudah diisi oleh teman-temannya.

Di sisi lain, Dafa, Latif, dan Ferdi sedang menahan tawanya mati-matian sambil menonton tingkah Nando yang sedang menjelajahi stand di kantin, bersama Denia tentunya.

"Dih, cewek bodoh! Mau-maunya dimanfaatin." Ucap Latif sambil berdecih.

"Si Nandonya yang jago, Bro. Main dramanya bagus banget. Tinggal disentuh dikit, Denia langsung percaya." Ujar Ferdi yang langsung diiringi dengan kekehan, sementara Latif hanya tersenyum miring. Tertawa keras? Oh sungguh bukan tipikal seorang Latif Fahreza.

"Liat, noh! Si Denia sampai keberatan karena Nando beli makanannya banyak banget." Daffa menunjuk-nunjuk heboh.

"Liat aja, bakal ada yang lebih rame dari pada ini." Sahut Latif sambil bersidekap.

Di kantin ini, bukan hanya kawan-kawan Nando saja yang memperhatikan Denia. Melainkan seluruh warga yang ada di kantin, termasuk Iris dan Seli yang baru saja datang untuk membeli air.

"Gak punya otak, emang!" Decak Iris sambil melirik Denia. Sedangkan Seli hanya melihatnya sebentar kemudian berjalan untuk memberikan uang pada penjaga stand.

"Biarinlah, maunya dia emang gitu. Gak usah ikut campur lagi. Gue bete." Balas Seli sambil mengedik. Setelah itu, Iris dan Seli langsung keluar dari kantin. Mereka malas melihat Denia. Meskipun masih ada rasa peduli yang menyempil di hatinya, tapi mereka memilih untuk mengabaikannya.

Setelah selesai memburu makanan, Nando langsung mengajak Denia untuk bergabung di meja kawan-kawannya. Setiap meja hanya diisi oleh 4 kursi, ketika Nando duduk, Denia malah tidak kebagian tempat.

"Coba lo nyari kursi lain, terus bawa ke sini." Ucap Ferdi memerintah pada Denia.

"Biar aku aja yang nyari." Ucap Nando sambil bangkit, tapi Denia mencegahnya. Denia bilang, ia bisa mencarinya sendiri.

Miserable Gardenia [Revisi Dulu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang