[1]

355 16 2
                                    

Pagi itu.

Mentari bersinar lebih terang dari biasanya. Duduk di atas langit yang berwarna kebiruan—mungkin ia sedang memperlihatkan keperkasaannya kepada seluruh dunia. Seorang gadis berkuncir empat yang memakai kaus kaki yang berbeda satu sama lain dengan tompel hitam palsu dipipi kirinya, terlihat berjalan dengan tenang menyusuri lapangan sekolah. Hari itu merupakan hari MPLS. Dimana murid-murid baru akan mulai menyesuaikan diri di sekolah barunya. Naik ke jenjang yang lebih tinggi yaitu tingkat SMA.

Gadis itu bernama Marcella Adisty. Ia biasa dipanggil dengan sebutan Acel. Gadis pemalu nan lugu yang terlihat sangat lucu ketika rambutnya diikat seperti itu. Ya, itu tuntutan dari sekolah agar dapat menjalani kegiatan MPLS selama dua hari kedepan.
     
“ Acel!” Keras suara seseorang yang meneriaki namanya.

Refleks Acel pun menoleh ke belakang, “Eh, Ayrin,” sahutnya.

“ Aku pengin sekelas sama kamu lagi, Cel! Bisa enggak, ya?” Tanya gadis berkacamata bulat itu.

“ Iya, aku juga pengin banget. Biar nanti kita bisa duduk sebangku lagi,” jawab Acel.

“ Kalau kita nggak sekelas lagi, kamu jangan lupain aku ya, Cel,”

“ Aku nggak mungkin lupain kamu, Rin. Lagian setiap istirahat ‘kan, kita pasti ketemu.”

“ Janji?” tanya Ayrin seraya mengaitkan jari kelingking miliknya pada jari kelingking milik Acel.

Acel pun tersenyum, “ Janji.”

Kegiatan MPLS pun dimulai. Kerap kali Acel dibuat kebingungan dengan perintah-perintah kakak kelasnya yang sama sekali tak ia mengerti. Disuruh membuat ini, membuat itu, dan lainnya yang membuat semua siswa kewalahan dalam menafsirkannya. Kali ini, tibalah saatnya para siswa akan bermain air. Untuk melatih kekompakan katanya.

Para siswa disuruh berbaris. Masing-masing barisan terdiri dari enam orang pemain. Orang yang berada di posisi paling depan, harus memberikan ember kecil berisi air kepada temannya yang berada di belakang dengan cara memberikannya lewat belakang. Begitu seterusnya sampai pemain yang berada di posisi paling belakang.

Permainan tersebut berlangsung dengan sangat seru. Siswa-siswi tertawa senang. Baju mereka semua basah kuyup terkena air. Bagaimana tidak? Para siswa berlomba-lomba untuk mengoper ember kepada temannya yang berada di posisi paling belakang. Mereka semua berantusias untuk menang. Sehingga air pun menjadi bertumpahan mengenai seluruh pakaian mereka. Bahkan, ada yang sudah habis duluan sebelum dioper kembali.

Betapa bahagianya Acel. Gadis SMA itu terus tertawa karena ulah teman-teman barunya. Ia tak menyadari bahwa sedari tadi ada seseorang yang diam-diam sedang memerhatikannya dari kejauhan. Seseorang itu tengah melihat dan menikmati tawa juga senyuman Acel yang tak pernah lepas dari bibirnya yang mungil.

Kegiatan MPLS pada hari pertama dinyatakan telah usai. Semua siswa diperbolehkan untuk pulang. Sebagian siswa ada yang sampai membersihkan diri di kamar mandi sekolah karena pakaiannya sangat kotor dan basah—termasuk Acel yang pakaiannya paling basah kuyup.

Salah SiapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang