Sakit memang, terlalu sakit untuk di bilang 'sederhana'. Luka masa lalu itu lagi-lagi menganga, seolah mengingatkan saya bahwa ia tak benar-benar hilang, masih tertata rapih di pojok ruang paling gelap. Dan malam, lagi-lagi jadi pengingat luka yang sedang atau bahkan terus mati-matian saya ajak berdamai. Tapi sayangnya luka itu, ah atau lebih tepatnya sisi saya yang suram itu selalu menolak bendera putih yang susah payah 'saya' kibarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTULA
PoetryKalau kamu gak suka baca rentetan kata-kata panjang, coba baca ini yuk! Siapa tahu hatimu lega.