Arti Kebahagiaan

2 0 0
                                    

⭐️ Pandanganku tentang kebahagiaan berubah dari waktu ke waktu.

Waktu aku berumur 5 tahun, aku merasa boneka adalah sesuatu yang aku paling inginkan. Kenapa? Keberadaan boneka membuatku merasa tidak sendiri. Boneka menjadi teman bermainku dirumah, yang tidak akan pernah berakhir pergi meninggalkanku sepi lagi seperti yang dilakukan anak-anak tetangga saat berdatang. Boneka adalah hal yang membuatku bahagia. Begitu mudah kebahagiaan itu didapatkan, atau lebih tepatnya dibeli.

Beranjak saatku masuk sd. Disaat ini, kebahagiaan berarti berlari di lapangan yang luas bersama teman-temanku sambil bermain. Bermain apa saja, mulai dari permainan sederhana layaknya bocah kampung yang kerap kali memiliki konsekuensi menahan perih selama di perjalanan pulang ke rumah karena lutut yang berdarah, sampai bermain di tengah hujan yang sebenarnya termasuk hal yang dilarang oleh orang tua. Entah mengapa saat itu aku merasa hukuman yang diberikan tidak sebanding dengan keseruan yang dialami ketika ku berlari-lari di atas aspal yang berkilauan karena tersiram air yang berhamburan tumpah dari langit sambil merasakan rambut tertiup ke belakang dengan lembut namun kuat. Bermain bersama teman membuatku senang. Hidupku masih bahagia saat itu.

Saatku remaja, sepertinya kesenangan bermain bersama teman tidak berubah, hanya saja mengalami peningkatan dan penambahan kebutuhan maupun keinginan lain yang dulunya tak pernah terlintas di pikiran. Rasanya semakin banyak hal yang aku butuhkan untuk mencapai kesenangan yang aku harapkan. Walaupun terkadang hal yang membuatku senang juga seringkali untuk mencapainya dibutuhkan usaha keras yang menguras energi, waktu, uang, bahkan terkadang merenggut kesenangan yang tadinya ada disana dan digantikan oleh tangisan dan tekanan batin yang berpegang rapuh pada satu harapan yang kecil. Di tahap ini aku sadar suatu kenyataan yang ironis menurutku, yaitu untuk memperoleh kesenangan dibutuhkan pengorbanan akan kesenangan itu sendiri. Aku juga sadar bahwa kebahagiaan bukanlah suatu hal yang pasti, ataupun suatu tujuan yang jelas. Kita tidak akan pernah bisa mencapai kebahagiaan itu, karena bahkan ketika kita sudah meraih yang sudah telah menjadi impian kita sejak dahulu sekalipun, kita masih menginginkan mencapai kebahagiaan melalui hal yang lain, bagaimanapun caranya. Manusia tidak pernah puas, bukankah benar begitu?

—karangan seorang yang sampai detik ini masih adalah seorang naif

Beautiful DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang