"Because a beautiful beginning,will not guarantee an end that will also be beautiful"
•••••
Namanya Raihana Septiana biasa dipanggil Hana. Gadis kecil berumur 5 tahun,yang memiliki ramput kecoklatan sebahu,hidung yang agak mancung,pipi tembem dan gingsul di sebelah kiri,membuat anak gadis itu terlihat sangat cantik. Beda halnya dengan kepribadian yang ia miliki.
Hana memiliki kepribadian yang dingin,layaknya seorang cowok pada umumnya,dia juga memiliki hobi bermain basket. Hana seperti itu mungkin saja karena dia hidup di lingkungan keluarga yang memiliki prestasi dalam bidang olah raga.
Mamanya – Ghisel – merupakan atlet bela diri sampai tahap internasional, begitu juga dengan papanya – Marchel – yang merupakan pemain pesepak bola yang handal,walaupun saat ini marchel sudah tidak bermain bola lagi,dan lebih mementingkan pekerjaannya.
Setiap pukul 16.00,Hana selalu melakukan aktivitasnya di halaman samping rumah,yaitu bermain bola basket,sepak bola dan bela diri. Jika ghisel sedang tidak sibuk,maka dia akan berlatih bersama dengan hana.
Ketika Hana akan melakukan aktivitasnya itu,dia melihat satu keluarga di depan gerbang sebuah rumah yang tak berpenghuni itu, rumah itu terletak tepat disebelah rumah Hana yang hanya dibataskan oleh pagar besi.
Hana melihat sepasang suami istri dan satu anak laki-laki yang kira-kira umurnya sama dengan Hana.
Hana yang sadar sedari tadi menatap mereka itu,melanjutkan aktivitasnya untuk bermain basket.
Disela-sela permainan Hana,dia sadar bahwa anak laki-laki tadi sedang memperhatikannya memantulkan dan memasukkan bola ke ring.
"Wah keren,kamu hebat". Teriakan dan tepuk tangannya membuat Hana terganggu,karena merasa terganggu Hana memilih untuk masuk kembali kedalam rumah tanpa memperdulikan anak laki-laki itu.
Keesokan harinya,tepat pada hari minggu pukul 07.00 Hana keluar dari rumahnya untuk bermain sepak bola,Hana menguasai banyak olahraga di usianya yang masih sangat kecil itu,bukan hanya olahraga,tapi di usianya yang sekarang dia sudah bisa membaca,menulis dan mengerjakan soal-soal perhitungan di tingkat sekolah dasar.
Hana yang sedang asik menendang-nendang bola,tiba-tiba seorang anak laki-laki datang menghampirinya dari seberang pagar pembatas.
"Aku boleh ikut main sama kamu nggak?". Tanya anak itu yang dihiraukan oleh Hana. "Nama aku Aldy,nama kamu siapa". Lanjutnya dengan menunjukkan senyum lebar miliknya.
Tanpa mengambil pusing,Hana hanya meliriknya dan memilih untuk tetap bermain,yang tanpa ia sadari Aldy tetap saja melihatnya dari pagar pembatas itu.
Karena merasa kesal,akhirnya Hana mendekat kearah Aldy dan membuka pintu kecil yang berada di pembatas pagar itu,dan itu menandakan bahwa Hana mempersilahkan Aldy untuk bermain bersama dengannya.
Hana masuk kedalam rumah,dan keluar dengan membawa bola basket yang kemarin ia pakai untuk bermain.
"Nih ambil". Hana memberikan bola basket miliknya kepada aldy dan aldy menerimanya dengan senyum bahagia.
"Buat aku?terus kamu gimana?". Tanya heran aldy yang memperlihatkan keimutan pada dirinya,tanpa Hana sadar dia tersenyum kepada Aldy yang membuat Aldy sontak berteriak.
"Kamu senyum ke aku?cantiknya". Puji Aldy yang membuat pipi putih tembem milik Hana memerah. "Main yuk". Ajak Aldy yang langsung di iyakan oleh Hana.
Dari dalam rumah,Ghisel melihat Hana tersenyum bahagia untuk yang pertama kalinya,Hana memang bahagia selama ini,tapi dia tidak pernah terlihat sebahagia ini,soalnya dia tidak pernah memiliki teman untuk diajak bermain. Sama halnya dengan – Monica – mama Aldy,yang melihat dari seberang sana tawa bahagia Aldy yang sudah beberapa bulan belakangan ini hanya diam termenung tanpa banyak bicara.
Kondisi keluarga Aldy memang tidak sedang stabil,apalagi dengan kepergian ayah kandungnya – Axel – yang membuat dirinya semakin terpukul di usianya yang masih sangat kecil ini,mungkin menurut kalian diumur 5 tahun masih terlalu kecil untuk memahami hal-hal seperti itu,tapi lain halnya dengan kedua anak kecil saat ini. Kepintaran meraka sudah dilatih sejak dini.
Sejak pagi itu,Hana berteman baik dengan Aldy. Tapi pada suatu pagi ketika Hana sedang menunggu Aldy di halaman samping rumahnya itu,aldy tak kunjung keluar dari rumah, rumahnya pun terlihat sangat sepi dan pada saat itu juga Hana marah kepada Aldy yang pergi begitu saja tanpa pamit kepada Hana.
Hana yang akan kembali bermain basket itu sadar,bahwa bola kesayangan miliknya terakhir kali dipegang oleh Aldy. Dan pada saat itu juga Hana jarang bermain basket dan lebih memilih berlatih bela diri, itupun jika mamanya sedang tidak sibuk.
Disela-sela latihan,Ghisel bertanya sesuatu kepada Hana yang membuat emosi Hana naik.
"Aldy kemana? Kok akhir-akhir ini mama jarang liat kamu main bareng dia". Tanya Ghisel yang duduk di atas tanah yang penuh dengan rumput hijau itu.
Hana yang mendengar perkataan itu memilih untuk diam dan terus melakukan latihannya.
Gadis berumur 5 tahun itu,tak kenal lelah ketika sedang berlatih dengan sungguh-sungguh ditambah dengan mood nya yang sedang nggak karuan itu.
Dia berlatih sendirian hingga adzan magrib terdengar. Ketika Hana akan masuk tiba-tiba Aldy datang menghampirinya.
"Maaf". Satu kata yang aldy ucapkan itu membuat Hana berhenti melangkahkan kakinya. "Aku harus pergi. Tapi aku janji,aku akan kembali dengan membawakan bola basket kesayangan milik kamu". Lanjutnya dengan mengankat jari kelingking miliknya. Hana yang masih marah tetap membalikkan badannya dan menanggapi jari kelingking itu.
Janji kelingking selesai,dan aldy berlari menuju ke rumahnya yang ternyata didepan sana sudah terdapat mobil yang sebelumnya Hana lihat ketika aldy tiba dirumah itu pertama kali.
Aldy masuk kedalam mobil,dan mobil itu melaju dengan cepat,yang membuat Hana hanya bisa terdiam memandangi laju perginya mobil itu.
Tbc...
*RCB*
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Time✓
Teen FictionSemuanya tentang waktu,jika saja kamu tau lebih awal,semua tidak akan seperti ini.