❝Memang benar semesta bekerja sama hingga semua berjalan semestinya❞ -When Sky Fall
'Happy Reading'
7 tahun sebelumnya..
Perkenalkan namaku Andrian Jovinda, terdengar seperti nama seorang lelaki. Tapi aku perempuan asli. Andrian diambil dari nama ayahku dan Vinda adalah nama ibuku. Meski begitu nama panggilanku adalah Jojo. Aku tidak tau menahu dari mana itu, tapi semua orang memanggilku Jojo dan itu terdengar sedikit nyeleneh.
Malam ini aku masih mematung didepan komputerku. Penjelasan dari ibu beberapa jam yang lalu seakan merobek hatiku. Sebuah fakta yang mengejutkan bahwa aku adalah anak angkat dari ibuku. Sebenarnya aku sudah tau sejak awal hanya saja ibuku tidak pernah bercerita dia mulai bercerita malam ini. Kejujuran hatinya membuatku terenyuh. Kami berpelukan dan saling meyakinkan satu sama lain. Tentu hatiku sakit tapi aku senang. Senang dipertemukan dengan seorang malaikat tanpa sayap seperti ibuku. Dia single parent berpisah dengan ayah sejak aku mulai SMP.
Berhenti membahas kisah hidupku yang terlihat seperti drama aku sedikit muak menceritakannya.
Hari ini masuk seperti biasa sekolah. Ah pagi ini kekasihku sudah menjemputku didepan rumah. Kevin yang tampan. Dia berpamitan dengan ibu dia anak yang sopan. Kami berpacaran sudah 4 bulan berlalu.
"Udah dari tadi ya?" tanyaku, yang kini masih menalikan tali sepatu.
"Baru kok,"
"Yaudah kalian berangkat sana, Ibu mau kedapur dulu" kemudian Ibu berlalu.
Kami maksutku aku dan Kevin menaiki motor vespa. Kevin memang pecinta Vespa dia anak yang cukup unik. Selera vasion dan humornya benar benar receh. Demi vespa, aku merasa sedang dibawah kendalinya. Sesekali aku merangkulkan tanganku keperutnya sebagai tanda berboncengan layaknya kekasih.
Kevin diam diam tersenyum, aku melihatnya dari kaca spion. "Yang, kamu tau gak apa bedanya kamu sama anjing?"
Kemudian aku menjengguk helmnya. "Woi! Pacarlu lu bedain dengan anjing? Ya beda lah yang gimana sih!" sebalku.Kemudian dia sambut dengan tawa, aku baru sadar bahwa Kevin memiliki tawa yang disukai para gadis. Ah, jangan. Dia hanya miliku seorang.
Sesampainya diparkiran aku tertegun. Sesosok orang yang begitu familiar berada didepan kami. Aku tidak menyangka biasanya dia bawa mobil dan hari ini untuk pertama kalinya aku melihat dia bawa motor.
"Oi? Bro tumben banget bawa motor" ujar Kevin, karena mereka teman sekelas. Kemudian lelaki itu mulai berbalik dan merapikan dasinya. Aku melihatnya dengan sedikit takut. Jujur dominasi dalam diri pria itu sangat kuat.
"Lagi pengen aja kok, Vin turnamen hari minggu kamu jadi ikut kan?" tanyanya dengan nada formal. Bayangkan saja sesama pria dia berbicara seformal itu bahasa aku kamu seperti orang kaku.
Sementara kekasihku hanya menatapnya dengan pandangan bodoh. Dia mengangguk kemudian beralih menatapku yang masih nangkring dimotor. "Yang, aku duluan ya sama Ian" ujarnya kubalas dengan seulas senyum. Kemudian menatap tajam dari belakang pria yang disebelah kekasihku itu.
Ian. Febrian Juna Zidan sang ketua Osis, ketua basket dan anak pejabat dikota Jakarta ini. Hidupnya maha sempurna tampan, kaya dan pintar. Sayang sekali dia sulit didekati. Dulu saat masih awal kelas 10 aku juga sempat menyukainya. Namun sikapnya yang dingin seperti kutub utara membuatku mundur halus percuma.
"Jo!!"
"Jojo!!"
Sudah kuduga itu suara mereka sahabatku. Yeri dan Cika. Mereka merangkulkan kedua tangannya kepundaku. Aku tersenyum curiga. "Ada apa nih woi?". Mereka saling melirik layaknya orang yang akan menculik.
"Nggak kok Jo, jangan curiga deh"
"Njir, wajah kalian tidak bisa dipercaya, apa dah? "
Kemudian mereka tertawa terbahak bahak. Aku tidak tau apa yang mereka maksut. Sampai mereka berbisik. "Tadi kamu lihat Ian bawa motor kan?". Bused, rasanya aku ingin menabok mereka berdua. Mereka hanya menanyakan hal setidak penting itu? Tapi tunggu, itu wajar karena dia seorang Ian.
"Hem, tadi dia didepan gue sama kevin" ujarku. Kemudian mereka terlihat antusias. Oke aku tau dan paham sebetapa banyaknya penggemar Ian termasuk kedua sahabatku ini.
Dikantin suasana benar benar ramai, istirahat ini kugunakan untuk makan karena entah sejak kapan perutku keroncongan. Mungkin aku mengidap syndrom kelaparan atau mungkin aku yang gila makan.
Sampai akhirnya kami bertiga duduk dibangku menyantap makanan. Namun tiba tiba perhatian semua orang teralih pada satu sosok.
Bruuaakhh!!
Disana kami semua terkejut seisi kantin menoleh kesumber suara. Mendadak suasana hening dan kaku. Si pembuat onar Yohan baru saja sengaja menyeret kursi yang akan diduduki oleh Cakra. Membuat anak itu terjatuh kami sangat ingin tertawa tapi kami tidak bisa. Karena bisa saja pembuat onar itu akan berulah lebih parah.
Cakra segera berdiri, menatap Yohan dengan tunduk. Dia hanya anak kelas 10 yang pendiam. Namun Yohan suka sekali mempermainkannya. Sampai akhirnya pahlawan datang. Dia adalah ketua osis Ian. Laki laki itu menghampiri kekacauan yang diperbuat oleh Yohan lalu menatapnya dengan nyalang.
Kami semua menatap kedua pria itu, bisa terlihat dengan jelas betapa menjengkelkannya wajah Yohan bersama gengnya sementara Ian menghela nafas dari raut wajahnya dia sangat ingin memberi pelajaran namun Ian tetaplah Ian dia pria kaku tanpa ekspresi alih alih membalas dia pergi dengan cara terhormat. Dengan menolong Cakra tentu saja. Perilakunya sangatlah berkelas.
Ketika Ian pergi, Yohan menatap semua orang "Ngapaen lo! Mau gua colok mata kalian hah?!" utasnya dengan lantang. Membuat kami semua tertekan. Sejujurnya jika diberi kekuatan supranatural akan kubumi hanguskan orang yang bernama Yohan. Dia seorang bajingan suka menindas dan pembuat kerusuhan.
Sepulang sekolah ini aku sedikit kesal. Karena Kevin ada perkumpulan dengan teman segrup Vespanya. Dia meminta maaf karena tidak bisa mengantarkanku pulang. Tapi tidak masalah aku memakluminya. Mungkin karena aku sangat mencintainya dan mempercayainya tentu saja.
Kevin bahkan mau mengantarkanku pulang dulu, tapi aku tidak mau karena dia sudah telat 30 menit dalam perkumpulannya. Tidak masalah aku mencoba baik baik saja. Karena kunci dari hubungan adalah kepercayaan dan saling memahami.
Malam ini suasana sangat dingin angin malam sangat tidak cocok untuk. Aku memutuskan untuk pergi sejenak ke minimarket dekat rumahku. Dengan menggunakan hoodie dan celana training panjang. Untuk sekedar membeli ramen dan susu. Percayalah dingin tidak bisa mengalahkan rasa laparku.
Sampai di gang dekat minimarket aku melihat seseorang diseberang jalan. Disana aku tidak salah lihat bukan? Ah tidak mungkin. Aku mencoba melebarkan mataku agar fokus. Sampai akhirnya dugaanku benar.
Disana ada sesuatu yang menarik. Aku terkejut dan kurasa jantungku ikut berdegup.
Ian sang ketua osis disekolah kami sedang bersama Mila. Perempuan dengan julukan ratu visual disekolah. Mereka sedang bersama dan kurasa mobil mereka sedang bermasalah oleh karena itu Ian dan Mila terlihat bingung. Kulihat Ian sedang menelfon seseorang sementara Mila juga terlihat melakukan hal yang sama.
Kurasa malam ini rasa laparku berubah menjadi penasaran. Tidak pernah kusangka jika seorang maha sempurna dengan sempurna lainnya akan sepadu itu. Aku hanya bergedek tak percaya. Mereka berdua membuatku seolah melihat raja bersama ratunya.
'When Sky Fall'
KAMU SEDANG MEMBACA
When Sky Fall
Teen Fiction❝Butuh beberapa lama untuk mengerti kamu, pada isi didalam ruang, pada spasi didalam jarak, dan pada rindu yang berserak❞