❝Ketidakpaduan antara hujan dan pelangi seringkali membuatku salah arti..❞ -When Sky Fall
'Happy Reading'
Jam sudah menunjukan delapan malam. Aku dan Jeje masih terdiam dihalte. Kami bertemu.. Dia meminta maaf padaku perihal kejadian malam itu. Namun, aku mengatakan dia tidak perlu meminta maaf karena itu kesalahan dari Kevin. Lelaki yang tidak bertanggung jawab.
"Kenapa kamu nggak berangkat sih?" tanyaku padanya dia memalingkan wajahnya kepadaku. "Kamu rindu?" sergahnya. Aku ingin kesal tapi tidak bisa, jawaban dari pertanyaanku sangat aneh.
"Kamu kenapa tadi nggak berangkat?" tanyaku. Kemudian dia terlihat kaku.
"Aku takut.."
"Takut? Takut kenapa?"
"Aku takut ketika langit runtuh melenyapkan mentari menurutku itu tidak padu..."
"Hah??" tolong jangan membuat peribahasa atau syair seperti itu. Aku tidak bisa memahaminya. Namun aku dapat melihat dari gesturnya. Dia terlihat berbeda kalimat yang baru diutarakannya seakan mengandung arti. Aku merasa ada sesuatu yang dia alihkan dari kalimatnya.
"Sudah nggak apa apa, besok aku sudah berangkat. Apa kamu baik baik saja disekolah tadi?"
Pertanyaanya cukup berbobot tapi aku tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi pada diriku. Aku tidak mau jadi beban pikirannya. Cukup hanya aku saja dia jangan.
"Em baik kok, Je.. Kenapa kamu bisa pindah si? Maksutku kenapa kamu pindah?" tanyaku. Laki laki itu kaku pertanyaanku seolah sesuatu yang serius.
"Karena sesuatu..." jawabnya.
"Sesuatu? Sesuatu apa?" aku sangat penasaran.
"Sesuatu.. Tapi aku tidak bisa menceritakannya.." kulihat gestur dan gerakan paniknya kembali lagi.
"Kenapa?"
"Aku takut kamu menjauh..."
"Hah??" sekali lagi bocah ini membuatku berfikir. Kenapa dia mengatakan hal seperti itu? Kalimat 'menjauh' sangat menjadi ambigu. Kenapa aku menjauh? Apa yang alasan kepindahannya sampai membuatku menjauh? Tolong jangan membuat beban pikiranku.
"Kenapa sih Je? Cerita aja kita kan teman.. Teman itu saling berbagi"
"Tapi aku bukan temanmu.."
"Maksut kamu?!"
"Aku ingin kamu menjadi...."
...
"Sahabatku" ketusnya di akhir kalimat. Aku lega. Dia memang benar benar anak yang suka memberi kejutan.
"Oh? Sudah terang?"
"Mau aku antar pulang?" suaranya begitu rendah.
Dia membawa sepedanya, memboncengkanku yang kini tersenyum diam diam dibelakangnya. Aku juga tidak tau kenapa aku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Sky Fall
Teen Fiction❝Butuh beberapa lama untuk mengerti kamu, pada isi didalam ruang, pada spasi didalam jarak, dan pada rindu yang berserak❞