❝Usai sudah semua berlalu biar hujan menghapus jejakmu..❞ -When Sky Fall
'Happy Reading'
Dua minggu lagi sekolah kami mengadakan studi tour ke Yogyakarta. Aku cukup senang karena Ibu sudah pasti mengijinkan. Seumur umur aku belum pernah ke Jogja sama sekali makanya aku sangat senang terlebih, kota Jogja konon katanya sebuah cinta akan kau dapatkan saat tiba disana.
Meskipun ini adalah akhir dari kelas11, aku sudah merencanakan matang matang bahwa aku ingin melanjutkan studiku di universitas di Jogja. Sebuah universitas ternama aku sangat memimpikannya. Meskipun perihal itu akan Jauh dari Ibu tapi dia sudah mengijinkanku dan mendukung segala keputusanku.
Hari ini pelajaran seni musik. Sekelas pergi keruangan musik yang diajar oleh pak Yunis. Dia adalah guru musik terbaik menurutku dari caranya memainkan musik semuanya dia bisa. Dia memang ahlinya.
Dimulai dari pak Yunis yang menjelaskan tentang piano, bagaimana cara memainkannya dan memperkenalkan setiap note nya. Kemudian dia memberi pertanyaan pada kami.
"Disini ada yang sudah bisa piano?"
Kami semua menghadap ke Mila. Hanya dia yang bisa. Kemudian anak itu maju dan mulai memperlihatkan keahliannya. Sudah kuduga Mila memang maha sempurna pantas saja Ian menjadi kekasihnya.
Lagu yang dia mainkan dipiano adalah lagu lama dari film terkenal tahun 2006 'My Heart'. Suara dari piano yang mengalun membuat kami bernostalgia tentang film itu. Sebuah film legenda yang menceritakan tentang bagaimana terjebak dalam hubungan pertemanan, cinta yang baru datang dan sebuah pengorbanan. Sebuah ironi, film itu berakhir dengan air mata.
Prokkk!
Prokk!
Suara tepukan bagi Mila, dia hanya tersenyum. Bahkan Yohan kurasa sudah tidak waras dia meneriaki Mila dengan keras. Oke kurasa Yohan juga menyukai Mila. Memangnya siapa yang tidak menyukai Mila? Dia pasti pria gila. Karena jujur jika aku adalah seorang pria maka aku akan rela jatuh hanya karena ingin mendapatkannya.
"Yang lain bisa?" kami semua tertawa memangnya siapa yang bisa main piano? Cara menekanpun saja tak paham.
Aku melirik kearah Jeje, dia terlihat sangat aneh. Lalu aku memberinya isyarat untuk tenang dan kurasa setelah melihatku tersenyum, dia mulai berhenti dari kegugupannya. Aku tidak tau mengapa dia gugup.
"Pak.." kami semua tekejut ketika Jeje mengajukan diri untuk maju. Aku masih memandangnya tidak menyangka. Begitu juga dengan semua orang. Bahkan kurasa Yohan melihatnya dengan tatapan remeh. Tidak, bukan hanya Yohan tapi hampir semua orang.
"Kamu bisa Je?" ujar pak Yunis.
Hening. Mendadak suasana sangat hening, semua mata tertuju padanya. Kemudian dia mulai memainkannya..
KAMU SEDANG MEMBACA
When Sky Fall
Teen Fiction❝Butuh beberapa lama untuk mengerti kamu, pada isi didalam ruang, pada spasi didalam jarak, dan pada rindu yang berserak❞