"Rasa ingin memiliki itu selalu ada, namun kalah dengan rasa sadar diri. Bahwa aku ini bukan siapanya__" Arya Vexelano Pradipta
***
'Hari ini gue ketemu sama cowok berandalan, namanya Dirga. Ganteng sih, tapi mukanya itu serem. Baru kenal aja udah colak colek dagu gue. Sebenernya gue kesel. Tapi gue juga takut buat marah ke dia. Semoga ini kali pertama dan terakhir gue ketemu dia.'
~Gabriella Annalisha Lubna-
21. Nov 2017."Dirga?" Sejenak Arya berfikir, apakah Dirga si biang onar itu? Tapi mana mungkin, mengapa mereka bisa saling mengenal.
Bagaimana jika Billa di sakiti atau bahkan jika Dirga berbuat kurang ajar pada Billa, oh tidak ini tidak bisa di biarkan.
Namun tunggu sebentar, Arya membaca buku harian Billa? Tidak! Bukan hanya membaca, namun Arya mengambilnya secara diam-diam. Tega sekali si cowok dingin ini, membiarkan Billa mencari bukunya yg nyatanya ada di tangan Arya.
Arya tidak sopan, membaca yg bukan haknya. Tapi maksud awal Arya, ia hanya ingin membacanya.
Tidak untuk di ambil secara diam-diam, mungkin besok ia akan mengembalikannya pada Billa. Atau 'malam ini? Lagi pula rumah mereka saling berdekatan' pikirnya.
Bagaimana ini? Apakah Arya harus mengembalikan buku Billa malam ini juga? Atau besok pagi di sekolah.
Bagaimana kalau Billa marah, karna Arya membaca dan mengambil buku Diary miliknya.
Bukan masalah besar, namun itu privasi orang lain. Ah bagaimana ini, Arya masih bertengkar dengan pikirannya.
"Gue balikin aja kali, lagi pula kan lebih cepet lebih baik. Kali aja kalo gue balikin sekarang, dia gak akan marah lama-lama ke gue" putusnya
Arya menyusuri setiap jengkal kakinya. Sampailah Arya di depan gerbang rumah besar milik keluarga Billa, ia membuka gerbang dan berjalan untuk mengetuk pintu.
Arya mengetuk pintu untuk yg ketiga kalinya, dan pintu terbuka
"Eh lo, masuk ya" sambut Billa, Arya masuk dan duduk di sofa yg letaknya di ruang keluarga.
"Kenapa?" tanya Billa, tumben sekali Arya ke sini.
Bukannya ia tidak pernah datang ke sini, hanya saja jika Arya ke sini ia hanya menjemput Ibunya.
Bukan untuk berkunjung, semenjak Arya dan Billa dewasa mereka semakin canggung dan jauh.
Arya yg semakin dewasa semakin dingin dan cuek, membuat Billa harus membuat sedikit jarak.
Mereka bukan anak kecil lagi, tidak ada lagi waktunya untuk bermain bersama, tidak ada lagi suara tangis Billa yg di ciptakan oleh Arya, tidak ada waktu untuk mereka tertawa bersama (lagi).
"Gue mau balikin buku Diary lo" ucap Arya santai dan agak sedikit dingin
"Pantes, gue cariin gak ada. Kurang ajar ya lo ngambil hak orang lain" omel Billa yg melirik sinis ke arah Arya
"Gue gak ngambil, gue nemu dan yaudah gue kepo, gue baca. Emang gue salah?" tanya Arya yg sengaja ingin membuat Billa marah
"Salah lah, lo idiot atau gimana. Hah?!" kini Billa bicara dengan nada yg sedikit lantang. Arya terdiam sejenak
"Gue minta maaf".
Kata itu, kata yg jarang sekali Arya ucapkan. "Udah, lo mending pulang sana" suruh Billa
"Lo ngusir gue?" Arya menaikan sebelah alis tebalnya
"IYA GUE NGUSIR LO!" jawab Billa lantang.
"Heii, ada Arya. Billa kok Arya gak dibuatin minum, tamu itu bagaikan raja. Sana bikin minum untuk Arya!" perintah Lina, ibu Billa
KAMU SEDANG MEMBACA
Gabriella - [Hiatus]
Teen FictionIni asal dari mula sebuah hubungan pertemanan. Entah takdir atau cobaan persahabatan. Mereka harus terjerumus di dalam perasaan yg membuat mereka bingung untuk jujur satu sama lain. Selama gue masih mencintai lo. Sekuat itu gue bakal tahan perih lu...