▪️Chapter 7 - I Caught You

2.8K 338 37
                                    

Adakah yang kangen dengan work ini?Kalau boleh Yok diramaikan yok kolom komennya💕biar gak sepi kayak hngg—ya gitu deh.





____

"LO UDAH GILA YA JUN." Rose meninggikan suaranya membuat June yang diseberang sana kaget.

"Udah gila apanya sih kayak gue yang gak pernah ke rumah lo aja. Udah deh gue matiin ya. Dah." June mematikan sambungan teleponnya sepihak tanpa menunggu jawaban Rose.

"June. June. Halo? Halo Jun? Halo? Sial." Rose melempar ponselnya ke atas tempat tidur. Dia benar-benar panik sekarang. Bagaimana tidak June sedang menuju rumahnya yang dulu. Bisa gawat kalau June tahu semuanya sekarang.

Rose memikirkan cara bagaimana mencari alasan yang pas agar June tidak mengetahui semuanya. Sesaat kemudian ponsel Rose kembali berbunyi menampakkan nama June yang kembali menelponnya. Belum juga di angkat oleh June sudah nyerocos duluan.

"Halo Rose lo dimana sih anjir? Kok rumah lo kayaknya tutupan gitu. Gue di luar nih gak bisa masuk soalnya pagernya dikunci."

Rose memanfaatkan keadaan June yang masih belum masuk rumah untuk kembali berbohong.

"Y-ya elo sih gak dengerin gue dulu njir." Rose mencoba mencari alasan.

"Emang lo gak ada di rumah apa?"

"I-iya gue lagi di rumah saudara gue." Bohong Rose.

"Dimana? Gue samperin boleh?" June bersiap menghidupkan mobilnya di seberang sana. Namun suara Rose menghentikannya.

"JANGAN. Lo mau ngapain sih?"

"Ya gak ada kangen aja." Senyum June diseberang sana sembari membayangkan muka Rose.

"Sok penting aja sih lo. Besok juga bisa ketemu di kampus." Rose sedikit tenang ketika June tidak lagi ingin menemuinya.

"Iya besok aja deh. Yaudah deh. Malem Rose, salam ya buat saudara lo, gue titip jagain lo gitu sahabat gue yang paling ngeselin." Canda June diseberang sana. June tidak tahu saja bahwa Rose bukan di rumah saudaranya tapi di rumah suaminya.

"Apaan sih June. Udah nih gue tutup. Dah." Rose memutus telepon secara sepihak. Dalam hati dia merasa bersalah pada June. Bagaimanapun juga dia sudah berbohong pada sahabat lelakinya itu.

❤️❤️❤️

Jefry kembali memberhentikan mobilnya agak jauh dari fakultas Rose. Rose bersiap turun sebelum suara Jefry menghentikannya.

"Rose." Panggil Jefry dengan tatapan teduhnya. Membuat Rose menoleh seakan menunggu apa yang akan dikatakannya.

"Semoga dilancarkan ya urusan skripsinya," Ucap Jefry diakhiri dengan senyuman. Rose tidak menjawab dia justru hanya melengos dan menutup pintu mobil dengan keras.

"........sayang." Jefry meneruskan kalimatnya yang sesungguhnya belum selesai tadi, Saat Rose sudah melenggang pergi. Hanya satu kata namun Jefry masih tidak punya nyali untuk mengucapkannnya pada Rose langsung. Yang pasti dia tahu diri bahwa yang "sayang" disini adalah dirinya bukan Rose.

Sungguh dia benar-benar berharap akan ada hari dimana Rose dengan tulus membalas kalimat cintanya, memanggilnya dengan sebutan sayang, merangkul tangannya dan bergelayut manja padanya, dan hal-hal lain romantis yang semestinya suami-istri lakukan. Jefry sangat merindukan hari dimana itu  akan terjadi setelah hampir sebulan pernikahannya yang bahkan tidak ada perubahan. Rose masih tetap dingin pada Jefry.

Jefry melihat jam di tangannya. Masih ada setengah jam lagi sebelum bel masuk berbunyi. Jefry penasaran dengan gadis itu. Apa dia sudah masuk ke dalam fakultasnya atau tidak. Jadi dia memutuskan untuk lewat di depan fakultas Rose. Saat sudah di depan fakultas, Jefry sengaja memelankan mobilnya dan melihat bahwa gadis itu tengah bercanda dengan seorang lelaki. Roseanne tampak tertawa lepas dengan lelaki itu. Hal yang sangat—atau tidak pernah dilihatnya saat gadis itu bersamanya. Dia memicingkan matanya karena dia tidak bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu karena jarak yang cukup jauh.

Unplanned Wedding | JaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang