4. Menyatakan Perasaannya?

167 17 0
                                    

Haii guys jangan lupa vote & komen

Aku yakin kalian semua tau bagaimana caranya menghargai karya orang lain 😊

Kalo ada yang kurang dari ceritanya atau typo gpp komen ajaa, ntar aku perbaiki kok🤗

Happy reading 💞


Author POV

Senja telah berlalu, sinar mentari sudah terbenam, kini telah tergantikan oleh cahaya bulan yang melemah karena tertutup awan.

Pinky yang tengah sibuk dengan penampilan nya itu, tidak menyadari di luar petir sudah bergemuruh tanda akan turun hujan.

Setelah selesai dengan kegiatanya gadis manis itu segera keluar menuju rumah Obil.

Dress selutut berwarna peach, rambutnya yang tertata, dan polesan make up yang sangat tipis, mampu membuat gadis itu terlihat imut sekaligus manis, dalam waktu yang bersamaan.

Sesuai janjinya siang tadi, ia akan pergi kerumah Obil malam ini, ntah apa yang ingin Obil bicarakan kepadanya.

Yang pasti saat ini perasaan gadis manis itu sedang bahagia, sebab yang ada di pikirannya saat ini adalah bayangan Obil yang sedang menyatakan perasaannya.

Tiba-tiba petir kembali bergemuruh, Pinky yang menyadari itu langsung memepercepat langkah kakinya.

Yaa karena kediaman keluarga Adebaran hanya berjarak 10 meter dari kediaman keluarga Jeon.

Akhirnya gadis itu sampai di depan gerbang rumah Obil. Pinky segera menekan bel yang terpampang jelas ada di sebelahnya.

Security rumah itu langsung membukakan gerbang dan menyuruh nya masuk.

Setelah masuk ke rumah bak istana itu, bi Nani langsung menyapanya dengan ramah dan mengisyaratkan Pinky untuk segera masuk ke kamar Obil.

Yaaa maklumlah jika kediaman keluarga Adebaran seperti istana, karena komplek di perumahan Kencana, termasuk komplek perumahan elit.

Yaa wajar saja bi Nani langsung menyapa Pinky dengan ramah, karena Pinky sering sekali berkunjung ke rumah Obil begitupun sebaliknya. Wajar saja seperti itu toh Obil juga sahabat nya.

Di depan kamar Obil

Tok tok tok..

Tak ada jawaban...

Tok tok tok tok....

Tetap tidak ada jawaban...

"Obil woy Bill.... bukain dong pintunya ini gue Pinky...Bill? Lo gak bunuh diri kan di dalem? Bill gu- ," belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya, Obil sudah lebih dulu membukakan pintu kamarnya.

"Sabar napa tadi gue lagi ganti ba- ," Obil menggantungkan kalimatnya karena melihat Pinky yang berpakaian rapih kerumahnya, padahal biasanya jika ke rumah Obil ia hanya memakai jelana pendek di atas lutut dan kaos santai nya.

"Busettt rapih bener tuh baju hahahaha," lanjut Obil dengan tawa khasnya.

"Yeee suka-suka guee dong, baju-baju guee," balas Pinky gak nyantai.

"Weess saantuy hehehe, yaudah sini duduk sebelah gue...mau ada yang gue omongin," perintah Obil yang segera mendapat anggukan dari Pinky.

Tanpa basa basi Obil segera memberitahu isi hatinya yang selama ini ia pendam.

"Nih yaah.....sebenernya gue tuh udah lama pengen ngomong ini ke lo, tapi slalu ada aja halanganya," ujar Obil menggantungkan kalimatnya.

"Ihhh jangan berbelit belit deh.. langsung intinya aja..mau ngomong apaan sihh?" tanya gadis manis itu penasaran.

"Ahahha iyaa deh, oke jadi gini sebenernya....gue suk- ."

CEKLEK...

Tiba-tiba bi Nani datang dengan membawa beberapa camilan.

"Nih...makan dulu camilannya, jangan serius-serius den ngomongnya hehehe."

"Ahh bibi ganggu aja niii...." timpal Obil dengan nada bercanda.

Mendengar Obil berbicara seperti itu, membuat pipi gadis yang ada di hadapannya ini bersemu merah.

Gadis manis itu tak menyangka hari ini akan tiba, hari dimana Obil menyatakan perasaan suka terhadap dirinya.

"Oyyyy ngelamunin apaan lo?" tanya Obil yang berniat mengagetkan Pinky.

"Ehh emm anu....itu... eh gak usah mengalihkan pembicaraan, lanjutin aja omongan lo."

Tanpa sadar tadi Pinky melamun membayangkan kejadian yang belum tentu terjadi.

"Okeyy okee sebenernya.......................ciaahh nungguin yah bwahahahaha."

"Ihhhh Obill seriuss jangan buang-buang waktu gue deh..gue belum ngerjain pr Bahasa Inggris," bohong Pinky yang sebenarnya tak sabar mendengar kata-kata itu muncul dari mulut Obil.

"Oke okkee kali ini gue serius...sebenernya.....gue suka sama.............. Garren temen lo itu, udah lama gue merhatiin dia diem-diem, niatnya besok gue mau nembak dia di tengah lapangan. Sebagai sahabat gue yang baik dan tidak sombong..lo mau kan bantuin gue?"

Bagaikan tersambar petir, hati gadis yang ada di hadapannya ini langsung hancur berkeping-keping seperti kaca yang pecah menjadi serpihan-serpihan kecil, ini berbeda jauh dari ekspetasinya.

Ia tak menyangka pria yang dicintainya sejak lama ternyata menyukai sahabatnya, bahkan pria yang ia cintai ingin menyatakan perasaannya kepada sahabatnya sendiri, tepat di depan matanya.

Tanpa izin air bening itu keluar dari pelupuk mata gadis yang tengah kacau perasaannya saat ini.

"Ehh Pink...lo kenapa nangis?" tanya Obil khawatir.

"Hiks hiks hiks..eemm ini gue nangis bahagia, Iyya nangis bahagia ko hiks, gue cuma gak nyangka aja, sahabat gue ini bisa suka sama cewe hehe, oke gue mau ko bantuin lo," jawab Pinky dengan fake smile nya.

"Oke deh kalo gitu selamat yah lo udah nemuin cewe yang selama ini lo cari...hiks, g- gue ikut bahagia ko, oh iya gue b- balik duluan yah mau ngerjain pr Bahasa Inggris," bohong Pinky yang langsung melenggang pergi dari hadapan Obil.

Obil terdiam membeku ia berusaha mencerna keadaan saat ini. Ia bingung sekaligus lega.

Lega karena sudah menyampaikan perasaan sukanya kepada Garren, karena hanya Pinky lah tempat ia curhat.

Tetapi ia juga bingung melihat respon Pinky yang seperti tadi.

Obil berpikir sahabatnya itu tidak bahagia jika dirinya menyukai Garren. Tetapi Obil segera menyangkal semua pikiran jelek itu.

Karena Obil pikir Pinky tidak mungkin menaruh perasaan kepadanya.

Toh Pinky juga hanya berstatus sebagai sahabat nya. Lagi pula Obil tidak mau jika persahabatan mereka rusak karena cinta.

Tanpa ia sadari, sejak tadi ia melamun dan Pinky sudah tidak ada di hadapannya lagi.

Setelah kesadarannya pulih pria tampan itu bergegas menyusul Pinky.

Namun hasilnya nihil sahabatnya itu sudah tidak ada di kawasan rumahnya.

Obil tidak tinggal diam, dengan rasa khwatirnya, dengan cepat ia menggabil handphonenya dan segera menghubungi Pinky, baik melalui via chat maupun telpon.

Tetapi hasilnya tetap nihil, nomor Pinky tidak dapat dihubungi.






Maaf yah part ini ceritanya pendek

Apakah Pinky akan memebenci Garren, ataukah ia akan tetap mempertahankan cinta dalam diamnya?

Penasaran?ceritanya ngegantung?
Makanya jangan ketinggalan di chapter 5

Jangan lupa di vote & komen yah guys

Jangan lupa juga follow akun Instagram aku @pink_erlita dan @pinky.art18

Dan jangan lupa juga check akun wp tmn aku yang collab buat cerita ini😘
Nasazama6

E.G.OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang