Healing

380 45 6
                                    

Aku sempet lihat beberapa hal tadi di timeline twitter jadi kepikiran cerita ini,

Tolong jangan ambil serius yah?

Aku murni kepikiran sama Seokjin yang dari kemaren ngerasa insecure mulu sama dance ability-nya..

100% murni karangan oke?

Aku kasih tahu begini diawal soalnya takut malah bikin kalian tambah salah paham :(

Yaudah deh!

.

Happy Reading!

.

Kerja keras selama 7 tahun debut dan 2 tahun masa training nyatanya tidak bisa membuat Seokjin langsung bisa merasa hebat dengan kemampuan dance-nya, lantas tidak serta merta membuat Sungdeuk ssaem dan koreografer yang lain merasa puas. Tatapan sinis mengintimidasi dari para koreografer sudah menjadi santapan utama menjelang comeback, koreografi baru berarti penderitaan baru. Akan sangat bagus jika dia bisa mempelajarinya secepat member dance line, syukur-syukur setidaknya bisa seperti Yoongi atau Namjoon yang walau kelihatannya biasa saja, mereka tetap saja lumayan cepat tanggap.

Seokjin meringkuk dilantai ruang latihan dengan wajah murung. Lagi-lagi akan pulang paling terlambat karena tidak juga menyelesaikan beberapa gerakan.

Sangat memalukan.

Padahal dia sudah meminta diajari sehari lebih awal.

Padahal dia juga sudah bekerja keras.

Kemampuannya yang biasa saja tidak akan bisa membuatnya menyaingi yang lain, tapi dia juga menolak putus asa.

Bagaimana dengan banyak mimpinya yang dia korbankan karena ini?

Bagaimana dengan usaha yang lain?

Mereka sudah berjuang sampai disini, Seokjin tidak berhak untuk menyerah begitu saja. Meskipun, semua latihan melelahkan ini harus dijalani olehnya berhari-hari.

"Seokjin-ah?"

Kepala Sungdeuk ssaem menyembul dari balik pintu, tersenyum kecil kearahnya, "Ayo makan dulu!" serunya sambil membawa sekantung plastik yang dia yakini sebagai makanan.

"Sudah jam sembilan lho, ssaem. Apa boleh aku makan beginian?" tanya Seokjin meringis.

Sebenarnya bukan apa-apa sih, toh hanya ayam goreng tepung dengan saus kesukaan Seokjin dan adik-adiknya yang lain. Hanya saja ini sudah lewat jam makan malamnya, dia sedikit takut dengan dokter gizi yang perusahaan sewakan untuk mereka baru-baru ini. Katanya dia harus menjaga pola makannya agar teratur demi menjaga tubuh mereka biar tetap fit sampai akhir karena koreografi comeback kali ini lebih menyiksa dari sebelumnya.

"Santai saja, hanya sekali kan?" gurunya itu sudah memakan duluan jatah ayam miliknya, melirik kearah Seokjin yang jelas-jelas tergiur tapi ragu untuk memakannya.

"Tidak apa, Seokjin-ah. Jangan terlalu khawatir begitu! Besok akan kutanyakan kepada dokter kalian jika tidak percaya." Sungdeuk Ssaem tertawa agak kencang, lucu melihat Seokjin yang begitu khawatir.

Keduanya makan dalam diam, Seokjin yang tenggelam dalam pikirannya, dan Sungdeuk Ssaem yang mengamati murid pantang menyerah yang dia kenal cukup akrab didepannya. Tidak terlalu ingin bertanya macam-macam, dia cukup paham beberapa hal bernama privasi tidak perlu dilewati.

"Masih ingin latihan sampai jam berapa?"

Seokjin mendongakkan kepala agak terkejut, "Eh? Jam 12 saja, Ssaem. Besok pagi ada jadwal rekaman."

"Oh.. Oke-oke.."

Sungdeuk Ssaem menyelesaikan makanannya terlebih dahulu, dia kembali melihat Seokjin yang masih bergelung dengan pikirannya sendiri, menatap khawatir anak itu, lantas menepuk bahunya pelan.

"Jangan terlalu bepikiran macam-macam, Seokjin-ah."

Seokjin hanya bisa menanggapi dengan senyum kecil.

"Iya,"

**

Mereka selesai jam 12 lebih, Seokjin masih duduk diatas lantai dengan napas agak tersengal saat mengucapkan selamat jalan kepada gurunya yang sudah pulang duluan. Pria itu mengamati langit-langit, tanpa sengaja tubuhnya langsung ambruk terlentang.

Lelah sekali.

Seokjin menutup kedua mata dengan sebelah lengan sambil mengatur napas, menunggu adrenalinnya tenang. Bibirnya melengkung turun kebawah dengan muram. Pikirannya kembali diselimuti dengan perkembangan menarinya hari ini.

"Sudah tidak apa-apa kok, coba kita lihat besok lagi bagaimana dengan yang lain, ya?"

Sudah tidak apa-apa?

Apa kemampuannya hanya sampai pada taraf sudah tidak apa-apa?

Sejelek itukah?

Pria itu lalu menghela napasnya, mau bagaimana lagi bukan?

Kaki panjangnya melangkah menuju kamar mandi di samping ruang latihan, mencoba mendinginkan pikirannya yang tersumbat, menyegarkan tubuhnya yang lengket berkeringat. Ya, agar dia bisa langsung pulang istirahat setelah ini.

Langkah gontai Seokjin berhenti di koridor lantai dua gedung agensi tersebut saat dia dengar dering suara panggilan telepon disakunya. Senyumnya terbit begitu lebar saat tahu siapa yang menghubunginya.

"Sojungie?"

"E-eh halo oppa?"

Seokjin terkekeh mendengar suara perempuan diseberang sana. Pria itu tersenyum begitu lebar, seolah sudah mendapatkan obat anti depresan miliknya dalan sekejap. Suaranya, hanya berbekal suaranya saja dan Seokjin akan sembuh, akan lupa dengan semua kata-kata buruk yang dia pikirkan seharian ini. Sumber kekuatannya.

Sojung, kekasihnya mungkin tidak tahu, tapi bagi Seokjin, perempuan kesayangannya itu sudah menyelamatkan dirinya sekali lagi dari hari buruk yang dia punya. Jadi Seokjin bergegas untuk datang kepadanya, untuk pulang.

.

Endingnya pasti ngerti lah ya 👀

Bakalan ku edit besok, jadi kalo sempet baca seadanya dulu ya 👌

UNEXPECTED (Oneshot Series) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang