BAB 6

1K 65 2
                                    

[Sudah direvisi. Beberapa ada yang aku ubah.]

Salwa Faradita. Yap, dirinya adalah Salwa. Atau Fara, begitu teman-temannya memanggil. Semenjak mengetahui dirinya, nama Fara terasa sangat janggal ketika didengar. Entahlah. Dia ingin kembali ke kehidupannya yang dulu. Memperbaikinya dengan akhir yang bahagia. Nyatanya itu tak akan pernah terwujud. Mencegah hal yang begitu membekas itu terjadi ulang.

"Fa--"

Dan tentu saja Salwa tidak bisa mengubah semuanya. Termasuk nama panggilannya.

Nina datang memberikannya sebuah dokumen. "Jadwal keberangkatan."

"Minggu depan?" Salwa mengernyit membacanya.

"Gue rasa masalah ini udah beneran serius."

Salwa kembali membaca dokumen yang diberikan Nina. "Dira...?"

Nina menggeleng. "Nggak ada namanya."

"Gue nggak akan ikut." Suara Dira tiba-tiba terdengar.

"Terlalu beresiko ada di sana di samping virus itu yang belum ada obatnya." Dira melanjuti.

Nina melongo. "Waw, apa pantes lo ngomong gitu sebagai seorang dokter, Ra?"

Dira mengangkat bahu tak acuh. Salwa yang melihat itu hanya bisa bungkam sambil terus mengamatinya. Dira jelas berbeda.

"Ke seminar?" Dira menatapnya.

"Kamu ikut--"

"Nggak bisa. Gue ada operasi."

"Hari ini jadwal lo operasi udah selesai kan?" Nina mengernyit.

"Operasi dadakan," kata Dira. "Take care, gue balik ke dalam ya."

Setelah Dira meninggalkan mereka, Nina langsung heboh menatap layar ponselnya.

"Pasien VIP!"

Salwa menatap ponsel yang di sodorkan Nina. Ada sebuah jadwal baru yang muncul di ruang aplikasi khusus dokter rumah sakit itu.

"What the hell! Sumpah, apa maksud Seno?!" Nina menggeram.

"Udah ah, ayo berangkat."

"Dia percayain pasien VIP ke Dira?!"

Salwa menghela napas. "Kamu mau tetap di sini?"

Nina berdecak sambil melangkah. Gadis itu menunjuk-nunjuk rumah sakit sambil terus mengoceh. "Nggak benar nih."

Sejujurnya Salwa sendiri terkejut mengetahui fakta itu. Bukan. Bukan dirinya meragukan kemampuan Dira. Namun semua kasus yang Dira tangani, hampir tidak berjalan dengan sukses. Semua orang bergunjing mengenai sahabatnya. Mereka merasa tidak adil karena Dira diperlakukan spesial. Bahkan kali ini memimpin sendiri operasi seorang pasien VIP.

"Lo pikir kenapa Dira--"

"Nina." Salwa memperingati.

"Oke-oke. Tapi, bukankah ini nggak adil?"

"Fokus ke depan."

Nina mencibir. "Tapi serius deh--"

"Nin, awas!" Salwa berkata panik.

Mobil yang dikemudi Nina berhenti mendadak sampai bunyi decitan ban terdengar. Seorang pria berdiri di depan dengan sebelah tangan menutup bahu yang berlumuran darah.

"Lo mau apa?"

Salwa mengambil kotak P3 di kursi belakang. "Melakukan sesuatu yang seharusnya dokter lakukan."

Salwa berjalan cepat menuju pria yang saat ini sudah tergeletak di aspal. Kondisi jalanan cukup lenggang. Bahkan ia sendiri tidak akan menyangka akan ada seseorang yang tiba-tiba melintas di jalan khusus mobil ini.

I'm Done 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang