BAB 9

451 33 5
                                    

Semangkuk sup disodorkan ke atas meja oleh Dea, si petugas catering. "Bonus nih," katanya.

"Sisaan lo kasih." Nina berdecih namun tangannya tetap mengambil sup itu.

Dea cengengesan kemudian menatap Salwa yang sedang menyantap makan siangnya. "Sampai sekarang dr. Fara masih jadi trending topik loh."

Salwa meringis. "Padahal nggak ada apa-apa."

"Masa nggak ada apa-apa sampai di perhatikan gitu," ledek Dea.

"Kan! Gue bilang juga apa! Seno memang punya rasa ke lo." Nina berbisik yang langsung diangguki oleh Dea.

Suara kursi ditarik membuat ketiganya berjengit. Dipikirnya seseorang yang sedang dibicarakan. Untung saja hanya Dira. Mereka menghela napas lega.

"dr. Fara memang cocok dengan dr. Seno. Saya gemas sendiri kalau lihat kalian berdua.--" Dea sontak menghentikan ucapannya ketika mendengar dentingan sendok yang dilepas di atas piring oleh Dira. Suaranya cukup membuat beberapa orang memperhatikan mereka.

"Kerjaan lo udah selesai?" Dira menatap Dea.

"Ah iya, saya pamit kembali ke posisi." Dea cengengesan tak enak.

Suasana awkward menyelimuti ketiganya, bahkan ketika Dea sudah pergi. Sementara itu Dira kembali melanjuti makannya dengan acuh tak acuh.

"PMS lo?" Nina memecahkan keheningan.

Dira berdeham. "Jangan ganggu gue atau kita baku hantam!"

Nina memutar kedua bola matanya. Sedangkan Salwa tertawa pelan memperhatikan Dira yang memang terlihat dalam mood yang kurang bagus.

Sebuah notif mereka terima secara bersamaan. Detik pertama mereka hanya saling tatap lalu akhirnya bangkit sambil berlari. Saat tiba di ruang ICU, mereka bergegas mensterilkan diri.

Salwa langsung bertanya kepada perawat di sana sambil mengenakan sarung tangan.

"Bagaimana?"

"Pasien kehilangan banyak darah, Dok."

Salwa mengangguk. "Sediakan kantung darah sekarang! Kita harus segera melakukan operasi!"

Melihat di sisi kiri, ada Dira yang sama sibuknya menangani pasien. Kecelakaan proyek yang di sebabkan malfungsinya tower crane membuat beberapa pekerja mengalami cidera parah.

"dr. Fara!" teriakan seorang perawat perempuan membuat suasana makin tegang.

Salwa berlari menuju pasien yang kejang-kejang. Napasnya memburu dengan jas putih dipenuhi darah. Setelah dirinya menyuntikan cairan kepada pasien, kondisi sedikit membaik.

"RO sudah siap, Dok."

Salwa bersiap untuk melakukan operasi. Namun ketika memasuki ruangan, dirinya dibingungkan oleh kehadiran Dira. Nina di sebelah mesin anestesinya mengarahkan tatapan ke arah kaca besar di samping.

Di sana ada Seno dan seorang pria berjas hitam, yang Salwa sadari adalah tangan kanan Hanung.

"dr. Fara bisa keluar. dr. Dira yang akan memimpin operasi." Suara Seno terdengar dari speaker di sana. Setelahnya 2 orang itu pergi keluar diikuti oleh Salwa yang masih kebingungan.

Dengan kaos hijau khusus operasi dibalut dengan jas putihnya, Salwa memasuki ruangan Seno. Tiga cangkir teh yang masih mengepul tersedia di atas meja. Dua pria yang duduk berhadapan itu kini menatapnya.

"Silakan duduk, Fara." Suara Seno memecahkan keheningan.

Salwa duduk dengan pikiran yang masih berkecamuk.

I'm Done 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang