One

72 4 0
                                    

Di pagi yang cerah seorang siswi berpakaian putih abu-abu sedang menunggu pintu lift terbuka, karena jarak dari lantai dasar ke lantai tiga membutuhkan waktu yang sangat lama. Kenapa ada lift? Karena sekolah SMA Cakrawala itu terdiri dari enam tingkat banyak kan? Karena SMA Cakrawalan murid cowok sama cewek itu di pisah nggak satu kelas jadi sekolahnya pun tinggi.

Ting....
Pintu lift terbuka sempurna, dengan cepat dia memasuki lift tersebut tapi saat dia sudah masuk dan mau menutup pintunya eh malah ada yang nahan. Dengan tampang cool nya dia langsung masuk gitu aja, siswi itu segera menekan tombol angka yang akan menjadi tujuannya. Suasana di dalam lift sangat sepi karena yang ada didalamnya sedang berkutat dengan urusannya masing-masing. Tidak lama kemudian pintu lift terbuka dan dengan segera siswi itu keluar dan menuju kelasnya yaitu X-A. Sesampainya di kelas dia langsung nyelonong masuk tanpa memperdulikannya. Sampai-sampai ada sebuah penggaris melayang dan mengenai punggung siswi itu.

"Woy!!! kalo masuk kelas salam dulu bukan maen nyelonong aja, dasar oneng!" teriak salah satu temannya yang melempar penggaris tersebut. Yang diteriaki hanya menatap tajam si pelaku lalu berjalan menuju tempat duduknya berasal. Setelah itu dia berjalan menuju orang yang melempar penggaris tersebut.

"Bodo! Gue ini yang kagak salam." Ucapnya dengan ketus.

"Yeuh dibilangin bukannya gimana malah gimini." kata Silvia. Ya yang melayangkan pergaris itu adalah silvia sahabatnya.

"Diem lu!." Ucapnya sarkatis.

"Dasar oneng lo!." Ejek silvia.

"Heh! Nama gue Julfah bukan oneng. Lu kali....." ucapannya terpotong karena ucapan silvia.

"Gue apa?" Tantangnya.
Seketika Julfah mengambil ancang-ancang untuk berlari dan.....

"Lo KETEK MONYET. HAHAHA......" tawanya dan.....
1

2

Wussshhh......

"Lare..... ketek  monyet bentar lagi mo ngamuk. HAHAHAHA." Ucapnya seraya berlari sedangkan silvia menggeran kesal.

"Awas lu ye! Gue gorok lo!" geramnya.
Disisi lain Julfah sedang mencari keberadaan sang kakak karena uang sakunya tertinggal di rumah sebenarnya dia juga capek sih baru datang udah pergi lagi. Sesampainya di kelas XI-B dia segera mengetok pintu di karenakan tertutup.

Tok...tok...tok....

Dan terbukalah menampilkan kakak kelas berwajah ondel-ondel hampir saja dia menyemburkan tawanya karena kakak kelasnya itu.

"Ada apa? Oh kalo nggak ada apa-apa gue tutup." Ujarnya dengan akan menutup pintunya lagi.

"Eh.. eh... gu---gue mau ketemu sama bang Fakhri." ujarnya dengan nada sedikit gugup karena kakak kelas itu menatapnya dengan intens. Gila! Dia natepnya kek gitu berasa gue lagi di lesbiin sama ni orang. Batinnya.

"Mau apa emangnya?" Tanyanya.

"Mau minta..... ah adalah ck! Buruan panggilin." gerutu julfah.

"Ck! Nggak tau sopan santunnya ya lo jadi adek kelas." Sentak Melan---kakak kelas tadi----.

"Ada apaan nih?" Tanya seseorang dari belakang yang membuat julfah berbalik badan.

"Ini nih bang, temen abang gue nyari lo eh malah ketemu nih ondel-ondel." Ucapnya dengam menunjuk wajah Melan.

"What?! Ondel-ondel! Heh ini tuh make-up! Dasar cebol."

"Yeu sapa bilang itu arang! Hahaha."

"Stop!" Teriak Fakhri seseorang tadi. Teriakannya membuat dua cewe ini diam dan memamdangnya.

"Lo mau apa kesini?" Tanya Fakhri kepada Julfah, yang di tanya hanya cengengesan tak jelas, seraya menyodorkan tangannya.

"Bagi duit." Pintanya.

"Lah kan tadi udah di kasih."

"Eu..... anu..... gue lupa bawa."
Fakhri hanya menghela nafas dan mengeluarkan dompet coklatnya dan memberika selembar uang berwarna ungu.

"Lah bang segini mana cukup, beli bakso aja udah langsung abis tuh duit, tambahin dong!" Ujar julfah. Bukannya menambahkan Fakhri malah mengambilnya kembali.

"Lah... lah .... bang ngapa dibawa lagi sih!" Lanjutnnya.

"Nih! Gue kasih, iklas gue!" Ujarnya seraya menyodorkan dua lembar uang berwarna merah, yang langsung di rebut oleh Julfah.

"Aaaaa makasih bang. Bye abang ganteng, bye ondel-ondel, hahah.." ujarnya seraya berlari menuju kelas karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.

-------------
Damara sang ketua kelas tengah berdiri di depan kelas sambil memukul-mukul papan tulis menggunakan spidol.

"ATTENTION PLEASE!!!" Ucapnya dengan lantang membuat seisi kelas menjadi diam.

"Oke! Hari ini Mrs. Reni nggak masuk karena sakit." Lanjutnya. Seketika kelas menjadi riuh karena mendengar guru tersebut tidak hadir. Inilah namanya nikmat dunia terbebas dari rumus dan angka yang membuat kepala pusing delapan keliling. Karena kelas tidak kondusif lagi maka dia mengeluarkan jurus terakhirnya yang membuat semua menngeluh.

"Eits... bukan berarti nggak ada tugas. Kerjakan buku paket halaman 50-55 di kumpulkan sekarang!"

"Yah ini pasti lo yang minta kan!"

"Aish mana banyak banget lagi."

"Tau gini mending gue traveling aja."

Well, ini lah memang ada yang mengeluh, ada yang tidur tanpa memperdulikan tugas, ada yang live instaagram, ada yang nge gosiplah, liatin doi di balkon. Semua sibuk dengan tugasnya masing-masing tak peduli tugas matematika dari Mrs. Reni.

Selang beberapa jam bel istirahat berbunyi membuat seantero sekolah berhamburan keluar kelas sebelum gurunya keluar. Sableng memang.

"Oy Ran kantin yok!" ajak Natha

"Yok lah, eh tapi bentar tunggu dulu tuh tiga cunguk!"

"Oke!"

---------------

Oke gengs segini dulu sorry kalo absurd ceritanya. Don't forget vote☆ and comment.
See you next part :*

Faithfulness in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang