Chapter 10

9.6K 639 23
                                    

Adelia keluar dari gua. Sudah sore dan tidak terasa sama sekali dia dengan mudahnya menghabiskan waktu dengan begitu cepat. Bersama dengan J membuat dia waktu terasa berjalan begitu cepat, dia sampai heran. Apalagi yang mereka lakukan hanya duduk berdua dengan musik yang mereka dengarkan. J cukup pintar malah bisa dikatakan sangat pintar. Dia bisa menjelaskan segala hal pada Adelia yang bahkan Adelia sendiri tidak pernah memikirkannya. J malah seperti saudara google. Gadis itu sampai beberapa kali harus menahan kekagumannya pada sosok J. 

"Baiklah, aku akan pergi sekarang." 

Adelia sudah bergerak dan akan berjalan meninggalkan J di guanya. Pria itu memiliki segalanya di sana. Adelia juga sudah menyiapkan bekal untuk dia makan hingga besok  jadi gadis itu bisa pergi tanpa khawatir lagi. Seperti kemarin.

Dan lebih dari itu adalah fakta kalau J ternyata tidak mengidap sindrom peterpan jadi Adelia lebih merasa baik-baik saja meninggalkannya. Walau tidak dapat dipungkiri kalau Adelia tetap tidak begitu senang meninggalkannya. Tentu saja dengan alasan yang sangat berbeda. 

Langkah Adelia tertahan, tangan J telah menahan tangannya. Membuat dia menatap pria itu dengan tanda tanya di matanya.

"Kau akan kembali besok kan?" tanya J. Penuh dengan prasangka kalau gadis itu malah akan meninggalkan dia untuk selamanya kali ini. 

Adelia tentu saja meletup dengan penuh bahagia mendengar tanya itu. J seakan sangat takut kalau Adelia akan pergi untuk waktu yang lama dan tidak kembali. Lalu pria itu tidak suka dengan pikirannya sendiri. Membuat Adelia merasa begitu berharga di depan J. Itu adalah hal yang menyenangkan untuk dirasakan.

"Jawab, Delia," desak J dengan tidak sabaran.

"Ya, aku akan kembali. Tapi besok aku harus mulai ke kampus jadi mungkin aku tidak akan bisa datang pagi. Aku akan datang lebih sore dan itu pun kita hanya bisa bersama dua jam saja. Karena ibuku pasti akan pulang. Kupikir aku akan mengubah beberapa jadwal mata kuliahku."

J kali ini memegang kedua tangan Adelia. Dia tampak sedih dengan penuturan Adelia dan gadis itu merasa bersalah untuk kejujurannya tapi J harus tahu. Dia tidak mau J berharap dan membuat pria itu menunggunya untuk waktu yang lama. 

"Aku pasti akan membawa makanan lagi untukmu," hibur Adelia. 

J menggeleng. "Tidak. Jangan membawanya lagi."

Adelia merasa kalau J marah padanya. Apa penolakan ini adalah caranya mengatakan kalau dia marah. Tapi dia juga berada di posisi yang sulit. Bagaimana bisa dia...

"Aku tidak memakannya, Delia. Percuma kau bawa. Aku malah hanya akan menonton makanan itu jadi lebih baik bawa dirimu saja. Jangan bawa yang lain. Aku lebih memerlukan dirimu dari pada yang lain. Hanya dirimu."

Adelia menelan ludahnya. Mata biru itu memancarkan pandangan yang dipenuhi dengan luka. Seolah hanya dengan melijat Adelia, J merasakan lukanya. Seakan cinta yang seharusnya membahagiakan dia malah menjadikan dia tersiksa. Kenapa J harus seperti ini? Kenapa pria ini harus membuatnya kehilangan setengah akal sehatnya? 

Dua mantan kekasih gadis itu dulu juga mengatakan cinta padanya. Bahkan mereka kerap mengorasikan perasaan mereka. Juga saat Adelia putus dengan mantannya yang pertama dan memiliki kekasih baru, mereka sempat bertengkar. Dua pria itu memperebutkan cintanya. Di mana mantan kekasihnya belum siap melihat dia menjalin hubungan dengan yang baru. Tapi kekasihnya tetap bersikeras mempertahankannya dan mengatakan kalau dia akan menjadikan Aelia satu-satunya di hatinya. Walau harus bertarung untuk mendapatkan Adelia, pemuda itu rela. 

Bukankah mereka melakukan semua itu atas dasar cinta? Sama seperti yang dikoarkan J, segalanya hanyalah cinta. Namun kenapa berbeda?

Seolah ada dimensi yang membuat J terasa lebih nyata. Seakan cinta J tidak hanya terkatakan dari bibir saja. Seluruh tubuh pria itu mengoarkan kata-kata cinta dan itu membuat Adelia tidak memiliki keyakinan penuh tentang bisakah dia menerima cinta sehebat ini? Bahkan di saat pertemuan itu baru terjadi hanya dalam rentan waktu dua hari? Ini gila. 

"Delia, jawab aku?"

Gadis itu mengerjap dan dia mendongak. Kejutannya tidak sampai di sana karena J belum sepenuhnya ingin melepaskan dia. Kedua tangan pria itu berada di wajahnya, membingkai pipinya dan mengelus wajahnya dengan ibu jarinya. 

"Katakan apa yang kau rasakan, Delia? Apa aku bisa mengambil tempat di sisimu? Di hatimu? Bisakah aku menjadi satu-satunya nama dalam degup jantungmu?"

Adelia menelan ludahnya dengan susah payah. Dia berusaha bersikap penuh akal sehat saat hatinya meminta dia menggila. Gadis itu melepaskan tangan J dari wajahnya. Dia melangkah mundur untuk menjaga jarak dari pria di hadapannya. Dia harus menjauh dari J dan memikirkan baik-baik bagaimana sesungguhnya perasaannya. Jika dia terus sedekat ini maka dia tidak akan bisa mencari kewarasannya. 

"Aku harus pulang, J. Mom akan khawatir jika dia menemukan aku tidak ada di rumah."

Gadis itu melangkah segera. Bebalik dengan ransel besarnya yang telah ada di punggung. Dia meninggalkan J dengan perasaan tidak menentu. Apa sebenarnya yang dia rasakan? Tidak cukupkah dengan cinta pada pandangan pertama? Kini dunianya berguncang dan seolah hatinya terus meneriakkan sebuah kepasrahan untuk memasrahkan dirinya pada dia yang harusnya masih terasa asing untuknya. 

Hipnotis apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu? Seolah J adalah hutan dan pria itu telah membuatnya tersesat. 

***

J mengepalkan tangannya, pria itu melihat keraguan pada diri Adelia dan dia tidak suka keraguan itu ada. Kenapa Adelia harus ragu saat dia menyerahkan seluruh hatinya pada gadis itu. Bagaimana bisa Adelia bersikap seperti ini? Bukankah hatinya dirancang untuk mencintai gadis yang mencintainya? Bukankah jika hatinya tergerak, itu berarti hati Adelia yang menggerakkannya? Tapi kenapa gadis itu begitu?

Merasa tidak puas dengan jawaban Adelia, akhirnya J memutuskan berjalan mengikutinya dalam diam. Dia adalah robot dan menjadi bayang-bayang dia bisa karena dia dibuat dengan sesempurna mungkin. Pemiliknya tidak menginginkan ada cacat cela dalam dirinya jadi Omar membuat dia menjadi yang terbaik. 

Omar, Omar. Apa kabar pria tua itu? Dia jatuh cinta pada asistennya dan J tentu saja mengetahuinya. Sayang sekali karena Leana malah mencintainya. J terus berpikir, apa dibernarkan seorang ibu mencintai putranya? Dia harus bertanya pada Adelia tentang hal ini nanti. Nanti saat mereka bertemu kembali karena sekarang dia hanya ingin terus melihat Adelia dari kejauhan dan mencari tahu aktivitas gadisnya.

Adelia berjalan dengan aneh. Seolah ada seribu tanda tanya tidak terjawab di kepalanya yang membuat J merasa harus menghampirinya dan meminta Adelia fokus. Dia sudah akan melakukannya tapi dia ingat untuk apa dia ada di sini. Dia sedang menjadi bayangan Adelia. Dia tidak bisa gegabah dan membuat gadis itu tahu. 

J akhirnya kembali dengan jarak amannya. 

Harusnya Adelia sadar di mana dia berada. Ini hutan dan terlalu banyak hewan berbahaya di tempat ini. Jika sedikit saja salah maka nyawa gadis itu yang akan dalam bahaya. Walau J tidak mungkin membiarkan Adelia terluka. Dia akan melindungi Adelia, itulah prioritas hidupnya. 

Dia hanya tinggal menunggu Adelia mengakui perasaan yang dimilikinya dan segalanya akan baik-baik saja.

Langkah J terhenti. Dia bersembunyi di balik dekat pohon dan mencoba mengaktifkan mode transfaran di tubuhnya. Tidak akan ada yang melihatnya tapi apa yang dilihatnya membuat wajah itu tidak tampak baik-baik saja. Adelia di depannya berkhianat. Siapa pria sialan itu? J tidak akan membuat pria itu senang dengan apa yang dia lakukan pada gadis miliknya. 

***

Robotic Obsession ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang