Pintu terbuka dan tatapannya jatuh pada ibunya yang tengah menatap dia dalam balut tanya. Ah, bukan hal biasa di jam sepagi ini ibunya menemukan dia sudah bangun. Juga bukan hal biasa dia sudah rapi. Dia bahkan telah mandi.
"Del, sudah bangun?"
"Ya, Mom." Adelia tersenyum.
Christina masuk ke kamar putrinya dan duduk di pinggir ranjang. Adelia tengah sibuk mengeringkan rambutnya di kursi dan dia berhenti karena ibunya yang datang.
"Kamu mau pergi sayang?" tanya Christina. Tampak sedikit menebak anaknya.
"Tidak, Mom. Aku hanya sulit tidur jadi aku bangun dan mandi."
Christina mengangguk saja. Tampak tidak beranjak dari tempat duduknya. Masih memperhatikan Adelia yang sudah akan menyalakan pengering rambut. Tapi tatapan ibunya membuat Adelia tidak jadi menyalakan alat pengering itu.
"Kenapa, Mom?"
Christiana menggaruk kepalanya, tidak gatal sepertinya. "Ini tentang pekerjaan, Mommy. Kamu tahu kan Mommy tidak bisa menolak jika ada tugas ke luar kota."
"Ya, Mom. Mommy sudah mengatakannya. Jadi kenapa?"
"Jadi minggu depan, Mommy akan pergi."
Tatapan Adelia tampak menilai. "Berapa lama, Mom?"
"Hanya tiga hari tapi Mommy tahu di sini kamu masih asing jadi Mommy takut kalau..."
"Tidak apa-apa, Mom. Aku tidak apa di sini. Kan ada kakek Steven juga ada Regina. Walau kami tidak akrab tapi mereka akan ada untuk aku. Juga ada Edward."
Christina mengangguk. Pengertian putrinya memang tampak seperti tiada batasnya. Adelia tidak pernah mengeluh, bahkan saat Christina memintanya meninggalkan dunia yang sangat dia cintai. Christina sangat merasa bersalah untuk itu, tapi keadaan tidak memungkinkan dia untuk merubah keputusan mereka. Adelia tidak pernah membantahnya. Sekarang juga begitu.
"Mom, jangan berwajah seperti itu. Adel benar tidak apa di rumah. Hanya tiga hari kan, Adel akan baik-baik saja."
Christina tersenyum dan mengangguk. Dia bangun dan mendekat pada putrinya. Lalu memegang wajahnya dan mencium pucuk kepalanya.
"Kalau begitu, Mommy bisa tenang."
Adelia memberikan tatapan setuju.
"Mommy akan melanjutkan menyiapkan sarapan untukmu. Setelah itu Mommy akan pergi kerja. Kamu baik-baik di rumah."
"Siap, Mom."
Christina meninggalkan Adelia dengan perasaan puas.
Gadis itu segera melanjutkan apa yang tertunda. Menyiapkan dirinya dengan perasaan tidak sabar untuk bertemu dengan J. Rasanya dia siap berlari ke hutan tapi dia tidak bisa bergerak dengan terburu-buru juga. Dia tidak mau ibunya curiga dengan apa yang dia lakukan.
Setelah segalanya siap dan matahari telah sepenuhnya menampakkan diri, Adelia keluar dari kamarnya. Ibunya hanya menyiapkan sarapan untuknya dan meninggalkan Adelia ke kantor baru tempat ibunya bekerja. Cukup jauh dari rumah tapi gajinya lumayan besar jadi Adelia tahu kalau ibunya berkorban cukup banyak untuk mereka. Membuat Adelia tidak memiliki celah untuk memberikan ibunya beban tambahan.
Adelia menyiapkan ransel dan memasukkan beberapa jenis makanan ke sana. Termasuk sarapannya sendiri yang berupa roti bakar yang sudah diberikan selai. Dia memasukkan makanan itu juga dua botol minuman. Memenuhi ranselnya lalu dengan hati meletup penuh bahagia Adelia menyongsong langkahnya untuk keluar rumah.
Dia menghela nafasnya dengan lebih lega saat sudah keluar rumah dan merasakan dinginnya dini hari. Lalu langkahnya tercipta, dia dengan perasaan bahagia berjalan santai ke arah belakang rumahnya di mana hutan itu ada di depan mata. Tidak ada rasa takut di dirinya. Juga tidak ada perasaan lainnya. Hanya bahagia.
Langkahnya sempat terhenti saat dia menemukan Edward sedang mengurus ternaknya yang ada di belakang rumah. Untung saja Adelia bisa menghindar dan sembunyi. Edward tidak melihatnya dan dia dengan selamat bisa menginjakkan kakinya di hutan.
Adelia berjalan dengan lurus dan terus lurus. Beberapa kali senandung kecil tercipta di bibirnya. Dia dengan segera menemukan tempat terakhir Edward dan kakeknya berburu. Senyum membingkai wajahnya. Lalu dia berjalan ke arah kiri. Menemukan jalanan yang tidak memiliki rumput. Dia terus berjalan. Matanya menghadap ke depan.
Tiba-tiba langkahnya berhenti tatkala matanya menangkap satu sosok jangkung yang berdiri di jarak pandangnya. Adelia melotot tidak percaya saat dia mendekat dan mengenali sosok itu. Segera gadis itu memacu langkahnya. Dia berlari.
"J, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Adelia saat dia sudah ada di depan sosok jangkung itu.
J tersenyum terlihat sangat bahagia yang malah membuat Adelia meringis karenanya. Tidak pernah ada orang yang sangat bahagia akan hadirnya. J adalah orang pertama dan dia cukup terharu dengan itu.
"Aku menunggumu, Del. Aku takut kalau kau tidak datang."
Adelia terhenyak. Dia mendugakan hal yang sangat mengerikan. Jadi tangannya terangkat untuk memastikan dan memegang tangan J membuat dia sadar kalau dugaannya tepat. Pria itu semalaman berada di sini menunggunya.
"J! Kenapa kau lakukan ini? Kau harusnya kembali ke gua itu dan menunggu aku di sana," Adelia menaikkan oktaf suaranya. Dia hanya terlalu kaget dengan apa yang disebutkan J. Ini hal tergila yang pernah dilakukan pria untuknya.
"Apa aku salah?" J tampak merasa bersalah. Dia menunduk dengan dalam.
Adelia menghela nafasnya. Dia tidak bisa membuat J seperti ini. Pria ini tidak salah pada Adelia tapi dia salah pada dirinya sendiri. Dia menyiksa diri.
"Maafkan aku," ujar J lagi.
"Tidak, J. Kau tidak salah padaku. Tidak, kau tidak salah sama sekali. Ayo kita ke gua itu. Kita hangatkan tubuhmu."
J segera tersenyum dengan anggukan antusias. Adelia hanya menggeleng saja melihat kelakuannya. Tapi tidak ayal tangan Adelia melingkar di lengan pria itu. Mereka berjalan dengan tubuh saling pepet. Adelia berniat menghangatkan tubuh J dengan tubuhnya. Tanpa mempedulikan alasan lainnya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/215195974-288-k648336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Robotic Obsession ✓ TAMAT
Bilim KurguCerita lengkap ada di playstore. Cari dengan kata kunci ENNIYY atau langsung ketik judulnya *** Adelia Clark pindah ke kota baru yang terletak di pinggiran hutan. Menjauh dari hiruk pikuk kota London membuat Adelia merasa berada di neraka dunia. Tap...