Setelah menyelesaikan makan malamnya, Adelia bergegas meninggalkan ibunya ke kamar. Ibunya berpikir kalau Adelia sengaja segera masuk ke kamarnya karena besok libur musim panas telah berakhir. Tapi tidak sama sekali, dia bahkan tidak peduli lagi dengan kampusnya. Dia hanya ingin melamunkan segala hal yang bersangkutan dengan si pria hutan. Juga menelaah seperti apa sebenarnya hatinya.
Adelia berakhir berbaring di ranjangnya dengan memeluk guling dan membiarkan lampunya menyala terang. Dia mencoba memejamkan mata dan wajah J menjadi bayangan mata tertutupnya. Itu tidak mengganggunya tapi hatinyalah yang mengganggu dia.
Rasa rindunya yang akan mengebu dan pertemuan yang dia inginkan terjadi secepatnya. Dia membuat dirinya sendiri frustasi. Jadi dia membuka matanya dan lebih memilih menatap dinding tepat di bawah jendelanya. Merasakan degup jantungnya yang beraturan sembari menekan kepalanya ke bantal. Dia harus bertanya pada dirinya apa yang harus dia lakukan sebelum mengambil langkah lain di keputusannya.
J mencintainya dan kini dia sangat tahu kalau semua itu adalah kejujuran. Pria itu memberikan dia seluruh hatinya dengan mudah tapi dia tahu kalau J tidak mempermainkannya. Lantas latar belakang pria itu seperti apa? Siapa ibunya dan ayahnya? Di mana asalnya? Apa J akan kembali dengan ibunya dan pergi ke mana saja ibunya pergi, lalu dia akan ditinggalkan tanpa bisa dia mencegahnya? Itu akan menjadi perpisahan yang menyakitkan. Dia sangat sadar dengan hal itu.
Tapi itu tidak membuat perasaannya pada pria itu surut atau bahkan sedikit saja berkurang. Dia jadi mengingat apa yang dikatakan J tentang cintanya. Adelia adalah orang yang memulai semuanya. Jika Adelia tidak mencintainya maka J juga tidak akan jatuh cinta pada Adelia. Segalanya memang tidak masuk akal tapi kalau dipikirkan lagi, saat Adelia menekan dada J, dia seakan memohon agar pria itu jatuh cinta padanya. Hati kecilnya merintih untuk hal itu.
Tahu kalau percuma dia berbaring, Adelia akhirnya menendang selimutnya dan bangun dari ranjang. Dia berdiri di jendela dengan rambut kusutnya. Mencoba menahan kesal karena rasanya kepalanya akan pecah hanya karena satu pria yang mencintainya. Untung saja hanya satu.
Adelia melingkarkan tangan di seputaran tubuhnya dan menatap melewati jendelanya. Dia mengerut saat melihat satu bayangan yang berada di bawah pohon. Sosok jangkung itu. Mata Adelia melebar dan mencoba mengucek matanya untuk mencari tahu kalau matanya tidak menipunya.
"Del, Mom bisa minta..."
Adelia segera berbalik dengan wajah pucat pada ibunya yang baru saja membuka pintu. Jantunganya berkejaran dan Adelia bersumpah kalau dia berkeringat dingin sekarang.
"Del, kamu tidak apa-apa?"
Adelia segera mencari bayangan yang tadi dilihatnya. Tidak ada. Benar-benar tidak ada. Satu tangannya sampai menempel di dinding kaca hanya untuk memastikan penglihatannya yang mana yang benar. Tapi tidak ada. Tidak ada tanda-tanda keberadaan J di mana-mana. Apa dia salah?
Satu sentuhan di bahunya menyentaknya. Dia lupa kalau ibunya ada di kamar.
"Kenapa sayang? Apa yang kau lihat?" Christian ikut menatap ke luar. Mencari tahu apa yang membuat putrinya begitu terkejut. "Tidak ada apa-apa," gumam wanita itu.
Adelia menggeleng. Sepertinya dia memang salah melihat bayangan sebagai sosok J. Apa mungkin penglihatannya menipu dia hanya karena hatinya yang begitu merindukan pria itu? Sangat hebat jika benar begitu. Pria itu akan membuat dia jatuh gila. Perpisahan yang sebentar saja sanggup mengais rasa rindu Adelia.
"Kupikir aku melihat sesuatu diluar, tapi rupanya hanya bayangan ranting pohon," elak Adelia.
Christina menatap putrinya dan tersenyum dengan lembut. "Kau pikir hantu?"
"Mom!" seruan gadis itu cukup keras. "Jangan menyebutnya malam-malam begini, Mom tidak pernah dengar orang bilang kalau dia disebut malam-malam maka akan datang. Mom mau anakmu ini jantungan."
Christian hanya mengibaskan tangannya dengan lelucon di sana, yang tentu saja tidak akan membuat Adelia merasa lucu dengan lelucon itu. Segala hal tentang hantu tidak pernah terdengar lucu bagi Adelia. Dia benci bahkan sekedar mendengarnya saja. Tapi tentu saja ibunya tidak akan pernah mengerti berada di posisinya.
"Apa yang ingin Mom katakan tadi?"
Adelia menutup kaca jendelanya dan mulai memandang ibunya dengan menunggu. Jelas ibunya tadi akan berkata sesuatu tapi keterkejutan Adelia menahannya.
"Mom hanya mau minta pinjam salah satu majalahmu. Mom ingin membaca sesuatu di kamar dan kau tahu, di kamar tidak ada apa-apa."
Adelia mengerut. "Bukannya mommy tidak suka majalah. Bahkan Mommy selalu berkata kalau majalah hanya bacaan yang membosankan."
"Berikan saja pada Mom dan jangan banyak tanya."
Gadis itu hanya mencibir. Lalu dia menyebarangi kamarnya untuk mengambilkan majalah yang dia punya. Kira-kira banyaknya ada sepuluh. Dia memberikan semuanya pada ibunya dan tidak mendengar protes pada wanita itu. Tampaknya ibunya memang menginginkan semuanya dan dengan senang hati dia bersyukur sebab Adelia mengerti dirinya.
Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Christian berjalan keluar kamar Adelia. Menutup pintunya saat dia telah mengucapkan selamat tidur untuk Adelia.
Setelah kepergian ibunya, Adelia segera kembali ke jendela dan menyingkap tirai jendela yang tadi ditariknya menutup kaca. kembali melihat di bawah pohon untuk memastikan dia tidak salah dengan apa yang dia lihat. Dia masih sangat yakin kalau apa yang dilihatnya pertama itu adalah yang paling benar.
Tapi keyakinannya terpatahkan saat dia kembali tidak menemukan apapun di sana. Tidak ada tanda dan jejak apapun yang mengindikasikan kalau pernah ada seseorang di sana. Nihil.
Kini gadis itu sadar kalau rasa rindunya yang membuat sosok J ada di sana. Dia benar-benar jatuh cinta pada sosok itu rupanya. Apa yang harus dia lakukan sekarang?
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Robotic Obsession ✓ TAMAT
Bilim KurguCerita lengkap ada di playstore. Cari dengan kata kunci ENNIYY atau langsung ketik judulnya *** Adelia Clark pindah ke kota baru yang terletak di pinggiran hutan. Menjauh dari hiruk pikuk kota London membuat Adelia merasa berada di neraka dunia. Tap...