01. Nasib

123 50 53
                                    

Dio Fahreza. Muka juteknya tidak pernah hilang dari sana. Tidak, dia bukan orang yang cuek. Hanya saja raut wajahnya tidak mendukung untuk dianggap orang yang perhatian.

Kalau kau bertanya dia orang atau batu, aku jawab. Batu!

Pakaiannya sangat rapi. Mulai dari dasi yang selalu dipasang secara pas. Kemeja putih tidak pernah dikeluarkan dari celana abu-abu.

Meskipun tampilannya seperti itu, anehnya dia sama sekali tidak terlihat seperti anak culun.

Sekali lagi dia bukan orang yang cuek, apalagi badboy. Sama sekali bukan.

Tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak bisa dibilang pendek, 173cm.

Meskipun badannya tergolong kecil jika dibandingkan dengan laki-laki seumurannya. Nyatanya semua orang segan padanya. Kenapa??

Memang bukan badboy

Dia hanya...


Galak.

****

"Heh! Kurang ajar!" Daisy tiba-tiba muncul dari pintu kelas. Mendobraknya hingga keluar bunyi yang cukup keras. Kemudian berteriak seperti ibu-ibu yang baru saja kemalingan.

"Apaan sih, anjir?!" Seorang laki-laki yang tengah bersantai mendengarkan musik dari ponsel lewat sumpalan headphone terkejut. Sampai-sampai hampir terlonjak dari tempatnya.

Daisy tidak menggubris. Ia berjalan dengan cepat menuju bangku nomor dua dari depan. Di sana, teman-temannya tengah asyik menonton film.

"Woy!" Efna hendak protes saat seseorang menekan tombol pause di laptopnya. Namun niat itu ia urungkan, saat melihat wajah kesal yang Daisy tunjukkan. Ia dan Seva tersenyum cengengesan.

"Kenapa gue ditinggalin?!" Daisy menuntut penjelasan.

"Santai aja dong, tadi Seva kebelet bab" celetuk Efna yang langsung mendapat jitakan dari Seva.

"Nggak, nggak! Ngarang aja lo mah" kini Seva yang jadi kesal. "Itu tadi, Efna main narik aja pas lo lagi asik liatin cogan" lanjutnya kemudian kembali memfokuskan matanya ke arah laptop yang sedang memutar film Harry Potter.

"Punya temen gini banget" sedih Daisy.

"Maaf anda siapa?" Serempak, tidak hanya Efna dan Seva. Hampir semua temannya yang berada disana menanyakan hal itu.

Daisy merajuk. Pergi ke bangkunya sendiri dengan wajah ditekuk. Ia sukses dibuat jengkel oleh teman-temannya.

Mungkin ini sebuah wujud balas dendam, karena biasanya mereka yang selalu jengkel dengan ulah Daisy.

"Kenapa sih Day?" Itu Nada yang bertanya. Gadis berkacamata yang sejak tadi duduk terdiam, sibuk dengan pekerjaannya menulis sesuatu--entah apa--ia penasaran dengan apa yang membuat Daisy kesal.

"Gue maluuu" Daisy menutup wajahnya. Mengingat hal yang baru saja terjadi, beberapa menit yang lalu.

"HAH?!" semua menoleh terkejut saat Nada berteriak.

"Apaan?!"

"Daisy! Daisy katanya dia tadi malu!!" Hebohnya saat menjelaskan pada yang lain.

"Day! Lo gapapa?" Kini Efna beranjak dari tempat. Dengan panik memeriksa dahi temannya dengan punggung tangan.

"Day, maafin gue kalo gue banyak salah ya..." Seva menjabat tangan Daisy dengan wajah yang sedih.

SHAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang