“Have you ever met someone so amazing, and you wish you could pause the time so it doesn't end?”
Ujarnya, malam itu.
Dengan daun telinga yang terlihat merah, cukup menunjukkan bahwa pria itu gugup dan menahan malu.
Seorang puan di hadapannya, hanya terdiam dengan ekspresi bingung. Ia menunggu, barangkali sang pria belum usai mengungkapkan kata-kata dari bibirnya.
Namun keadaan menjadi hening,
“Ka—”
Bibir sang gadis kembali mengatup, pria berlesung pipi itu mulai menarik nafas panjang dan menatap manik matanya.
“Yang saya maksud itu kamu. Ya, kamu.”
Pria tersebut menggembungkan pipi, namun tatapan matanya tetap terlihat tajam. Memberi kesan serius namun menggemaskan.
“Jadi pacar saya, ya?” Pintanya, dengan satu tarikan nafas.
Kaki gadis itu melemas, jantungnya berdebar cepat, dan tangannya sedikit gemetar kala sang pria mulai mendekatkan jarak seraya meraih kedua tangannya.
“Kakak—serius?”
“Mumpung tanggal bagus.” Pria itu tersenyum kecil, membuat gadis di hadapannya turut menarik garis bibirnya.
Jika difilosofikan,
Sang Tuan adalah fisika termegah yang pernah Puan selami;
Lebih agung dari kucing Schrödinger, prisma Newton, maupun relativitas Einstein,Pemikiran tersulit yang tak terjamah oleh Socrates dan Aristoteles,
Seni tinggi yang tak pernah dilihat dan dirasa oleh Shakespeare, van Gogh, ataupun Mozart.Sosoknya, merupakan sumber dari segala yang menggerakkan rotasi dunia Sang Puan.
Dan tanggal 2 Februari, menjadi tanggal resmi mereka tuk menjadi sepasang insan.
Dearest, J.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearest, J
Short StoryFebruary : Having someone who can handle all your moods is such a blessing. ©jeffradient, 2020