“Kamu enggak mau ngasih aku panggilan sayang gitu?”
Joe yang baru saja mengunyah boba dari thaitea-nya langsung tersedak. Kaget.
“Kok malah keselek...” Jeff tertawa sambil menepuk-nepuk punggung sang gadis.
“Aku 'kan udah sering manggil Jimbol ke kakak, nah, itu panggilan sayangku.”
“JIMBOL KAYAK NAMA KUCING,” Protes Jeffrey.
“Kamu juga manggil aku Kithink, SAMA AJA ITU JUGA KAYAK KUCING!” Balas Joe tak mau kalah.
“Itu mah KAYAK MONYET.”
Joe menepuk pelan bibir Jeffrey, “HARSH BANGET! Kakak mau aku gebuk pakai binder?!”
“Aku mau panggilan sayang!”
“Aight, aku akan panggil kakak dengan sebutan...jelek.” Joe memamerkan senyum lebarnya.
“Mana bisa, enggak relate ke aku. Aku 'kan tampan rupawan nan mlehoy, ibarat Aphrodite versi cowok.”
“Kamu itu kok pede-nya tinggi banget kayak pohon rambutan?”
Jeff memicingkan matanya, “Pohon rambutan di rumah nenekku pendek tuh, kayak kamu.”
“RASIS! Mana akhlakmu?”
“Emang aku terlahir punya akhlak?” Jeff menunjuk dirinya sendiri, “Kan enggak.”
“Pantes. Enggak kaget sih kalau akhlak kakak 404 not found.” Joe mengacungkan dua jempolnya.
“Ayo kasih aku panggilan sayang! Masa kita kalah sama Cimoy Montok?”
Joe menautkan alisnya, “Emang... Cimoy punya pacar?”
“Tanya dirimu sendiri lah, kan kamu Cimoy—HEI SAKIT JOE.” Rengek Jeff setelah Joe berhasil menginjak sepatunya.
“Sehari aja nggak nyebelin bisa enggak? Dasar Koko Koko!” Sungut gadis itu.
“Eh? Lucu juga ya kalau aku dipanggil Koko?” Jeff menunjukkan cengirannya.
“Koko? Koko Jeffrrrr? Koko Jeff? Koko Jung? Koko.. Juo?”
“EH gemeeeees! Aku mau dipanggil Koko Juo sama Joe mulai dari sekarang!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearest, J
Historia CortaFebruary : Having someone who can handle all your moods is such a blessing. ©jeffradient, 2020