0.07 - Merasa Bodoh

18.9K 1.5K 27
                                    

Kara tertawa menyaksikan Ghea yang tengah ribut dengan beberapa teman kelas mereka mengenai uang kas. Perangainya tampak sewot dan tak sabaran.

"Iya, iya! Nih, gue bayar." Arkan si ketua kelas menyerahkan uang dua ribu pada Ghea.

Ghea langsung mendelik. "Heh, lo kata lagi bayar toilet cuma dikasih dua ribu!? Tunggakan kas lo satu bulan!"

Mereka yang berada di kelas termasuk Kara tidak bisa untuk tidak tertawa. Ghea sebagai bendahara kelas kalau sudah mengurusi hal mengenai tunggakan kas, langsung turn on tak bisa santai.

Lagian Arkan juga cari perkara. Masa dia sebagai ketua kelas malah menunggak bayar kas. Contoh yang salah.

Meski berisik, setidaknya keributan tersebut mampu membuat Kara melupakan perihal 'lo kayak adik gue' yang membandel itu.

"Ra, kantin, yuk!" Ghea sudah berada di depan Kara. Kara tak sadar karena dia sempat melamun.

Kara mengangguk. Lalu keduanya berjalan menghampiri Anin yang kini sedang menonton video di handphone.

Kara menepuk pelan pipi Anin. "Kantin, kuy!"

"Mager."

Mendengar tanggapan Anin, Kara dan Ghea merotasi bola mata malas.

Kara berkata, "Lo kapan sih nggak mager? Kedip aja lo mager."

Dua gadis itu segera pergi sebelum Anin jadi melempari mereka dengan buku.








*****







"Ghe."

"Apaan?"

"Ghea."

"Apa, Ra?"

"Ghe."

"Iya, ada apa, Romli?"

"Ghea." Sekali lagi Kara memanggil.

"Hm."

"Ghe, lo kok nggak respon gu—"

"APA SIH, HAH?!"

Kara refleks mundur ketika Ghea memajukan tubuh padanya. Beberapa orang di kantin jadi memandang mereka lantaran suara keras Ghea tadi.

"Gue bingung deh, Ghe," ucap Kara dengan tatapan sendu.

"Iya, gue juga bingung," balas Ghea, memakan kebabnya dengan santai.

Kara mengernyit. "Lo bingung kenapa?"

"Gue bingung, kenapa lo celup-celupin HP lo ke kuah bakso?"

Seketika Kara menunduk. Lah, bodoh! Segera ia mengelap ponsel pintarnya dengan tisu. Cewek itu mendengus, merutuk diri sendiri.

"Gue ngerasa jadi cewek bodoh," celetuk Kara.

Ghea memandang Kara. "Nggak ada orang yang bodoh. Setiap orang pasti punya kemampuan dan kelebihan di bidangnya masing-masing. Kalo lo bodoh, nggak mungkin lo bisa deket sama gue," racau Ghea yang sebenarnya juga tak tahu dengan apa yang diucapkannya.

Apalagi Kara, dia bingung dan sedikit tidak nyambung dengan ucapan Ghea. "Kenapa emangnya?"

"Karna gue nggak mau deket sama orang bodoh."

Kara langsung mencibir Ghea yang kini tengah tertawa.

"Canda, elah! Oke, serius. Ini maksud lo bodoh dalam artian apa nih?" tanya Ghea.

Kara diam sejenak. Menimbang-nimbang ucapan yang akan dilontarkan.

"Perasaan gue."

Ghea mengangguk-angguk mendengarnya. Ia berkata, "Lo cerita dulu, baru gue tanggepin."

Rasa Tanpa SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang