0.03 - Beda Jurusan

22.6K 1.8K 50
                                    

Kara menghela napas. Sedikit malas dengan suasana yang dia rasa saat ini. Berada satu mobil dengan Ega, Anin, dan kekasih Ega.

Mimpi apa Kara semalam?

Kara menyesal telah menelepon Anin dan meminta sahabatnya itu untuk menjemputnya lalu berangkat sekolah bersama.

Anin mau datang dan menjemput Kara. Tapi gadis itu tidak sendiri. Kara sangat tidak masalah dengan adanya Ega, senang malah. Tapi cewek yang duduk di samping Ega itu, jelas masalah.

Kara tidak pernah ingin menjadikan pacar Ega sebagai saingan, memandang cewek itu dengan kesal atau tidak suka. Kara tidak ingin. Seperti perkataan Kara sebelumnya, dia tidak berharap lebih dengan perasaannya pada Ega. Kara tidak ingin merusak hubungan Ega dan pacarnya. Namun entah mengapa, secara naluri Kara merespons kurang suka atas keberadaan pacar pemuda itu.

"Tumben pagi gini Bang Ega udah sama pacarnya?" bisik Kara pada Anin.

"Tiala semalem nginep."

Untung saja Kara tak refleks mengumpat kasar.

Menginap? Cewek menginap di rumah pacarnya? Ah, mungkin wajar untuk orang awal dewasa seperti Ega dan Tiala. Kara berusaha tenang. Toh Ega tidak di rumah sendirian.

Anin berkata lagi tanpa ditanya, "Hega tidur di rumah Bang Jey."

Kara hanya mengernyit. Mengapa seperti itu? Bukankah seharusnya Ega senang karena ada pacarnya di rumah? Mengapa harus sampai menumpang tidur di rumah tetangga depan?

Mobil berhenti di depan gerbang utama sekolah. Ega menengok ke belakang. Namun ternyata Anin dan Kara sudah keluar.

Cowok itu menurunkan kaca mobil. Mengulurkan tangan pada adiknya. Anin mencium tangan Ega, kemudian diikuti Kara.

Setelahnya Kara dan Anin mulai berjalan beriringan menuju kelas mereka.

"Gue perhatiin kok kayaknya lo kalo sama Kak Tiala kurang suka gitu sih, Nin?" kata Kara setelah mempertimbangkan pertanyaannya.

Anin menoleh dan dia bergumam. Yang selanjutnya berkata, "Nggak suka."

"Hah? Nggak suka apa?"

"Hega pacaran sama cewek itu," sahut Anin tenang.

Kara sampai terdiam. Anin to the point sekali. Tapi jujur sih Kara senang mendengarnya.

Eh.

'Kenapa gue seneng, weh? Nggak boleh gitu, Ra.'

Tatapan aneh Anin tertuju pada Kara yang tengah memukuli kepala sambil komat kamit tidak jelas. Namun Anin melengos tak peduli.

Kara berdeham menguasai diri. "Kok nggak suka? Kenapa gitu?" tanya Kara.

Anin mengembuskan napas berat. Tidak banyak responsnya, Anin hanya menggeleng tanpa kata.

Kara berdecak tak puas.




*****




"Hai, Caramella Sesil, calon pacarku!"

Kara yang sedang berlari kecil hampir saja terpeleset. Dia berhenti, menoleh pada seorang murid cowok yang tadi memanggilnya.

"Kenapa lari-lari?" tanya Keno. Cowok tersebut terus melangkah lambat membuat Kara ikut dan berjalan di sebelah Keno.

"Mau ke kantin, nyusul temen-temen," jawab Kara kalem.

"Kenapa harus lari?"

Kara jadi memutar bola mata malas. "Kaki kaki gue, terserah dong mau jalan apa lari!" Tak tahan terus kalem, Kara mendadak sewot.

Keno tertawa kecil sampai memperlihatkan lesung pipitnya. "Jalan pelan-pelan aja, cantik. Kalo lari nanti takut kesandung badak terus jatuh...."

"Emang di sini ada badak?" Kara mengerutkan kening serius.

"Lho, emang lo nggak tau?" sahut Keno sengaja memasang tampang serius juga.

Kara menggeleng. "Beneran ada badak?"

"Nggak."

Hampir tangan Kara melayang pada kepala cowok itu. Namun Kara bisa menahannya. Lagi, Keno tertawa manis.

"Ra, pulang sekolah nonton, yuk!"

Kara mengembungkan pipi sembari berpikir. "Nggak, ah. Lagi males," katanya cuek.

Keno mengangguk-angguk, "Oke, lain waktu."

Akhirnya Kara memutuskan berjalan lebih dulu karena cowok itu lambat sekali jalannya. Tetapi ucapan Keno setelahnya membuat Kara sontak menoleh dan berhenti.

"Padahal kalo jadi nonton gue mau nembak lo."

Kara sempat tersentak. Bukan karena niat Keno yang mau menembaknya, melainkan karena kejujuran cowok itu.

"Dan karna kita nggak nonton, jadi........……?"

"Jadi nembaknya nanti aja kalo udah jadi nonton," sahut Keno santai.

Stupid.

Kara tertawa hambar dengan raut datar. Ini cowok di depannya kenapa sih?

"Maaf, Ken, gue nggak bisa jadi pacar lo," ucap Kara. Tak perlu dia menunggu Keno menembak dirinya.

Seketika Keno melebarkan mata. "Kenapa nggak bisa? Gue cowok, lo cewek. Gue jomblo, lo juga jomblo. Gue suka sama lo. Harusnya bisa dong. Iya kan? Iyalah. Kenapa nggak bisa, Ra?"

'Ya karna gue nggak suka sama lo, kenop pintu!'

"Hehe … hati kita beda jurusan," balas Kara.

Keno tampak menghela napas kecewa. Tetapi kemudian ia tersenyum begitu saja dan bisa menerima penolakan Kara.

"Oh, ya...." Kara menahan langkah Keno. "Lo harus tau, gue nggak jomblo."

Terkejut, Keno mendelik refleks. Pasalnya, selama ini tak pernah ia dengar pengakuan Kara bahwa dia punya pacar. Desas desus berita Kara berpacaran dengan si ini dan si itu sih sering, namun itu hanya kabar burung yang dibuat oleh cowok-cowok halu yang ingin jadi pacar Kara tapi tidak bisa.

"Siapa pacar lo? Ganteng kayak gue nggak? Pinter kayak gue nggak? Tinggi kayak gue nggak? Famous kayak gue nggak?" serbu Keno.

'Ini cowok mulutnya lemes banget, njir.'

Kara mengangguk-angguk saja lalu berkata, "Ganteng, lebih ganteng dari lo. Pinter, lebih pinter dari lo. Tinggi juga. Famous seluruh dunia. Pokoknya istimewa lah."

"Siapa namanya?" Keno sudah kelewat kepo sampai rautnya terlihat geregetan.















"Kim Taehyung."

Kara pergi sambil tertawa setelahnya.

"Anjir," umpat Keno.

Selanjutnya, pemuda itu berjalan dengan kening berkerut. "Eh, Kim Teyung yang mana dah?"

Keno berpikir sejenak.

"Ohhh...." Keno berbicara sendiri di sepanjang jalannya. "Gue pernah tuh lihat di laptop Tika. Kim Teyung yang jadi Goblin di drama Hotel Del Luna. Iya enggak sih? Iya itu."

3G untuk Keno. Gemesin, Ganteng, Gemblung.










Bersambung....











**









Hi, guissss ^^

Kara kembali setelah revisi. Tinggalin komen yang banyak-banyak, yukk!! Nanti aku update banyak-banyak jugaaaa wkwkwkw....

Tingkyuu 💓






Rasa Tanpa SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang