0.01 - Caramella Sesil

51.5K 2.6K 37
                                    

Caramella Sesil.

Orang-orang biasa memanggilnya ... Kara. Gadis cantik berusia 17 tahun dengan tinggi 168 cm. Kara itu manis, Kara itu murah senyum, Kara itu ceria. Kara itu ... Ah, dia gadis yang menarik.

Pagi ini Kara berdiri di depan pintu rumah Anin—sahabatnya. Keberadaan sepasang kekasih di ruang tamu bisa Kara saksikan dari posisinya karena pintu sudah terbuka sejak sebelum Kara datang.

"Kara...."

Suara tersebut sedikit mengejutkan Kara yang sebelumnya melamun.

Jino—kakak pertama Anin, memerhatikan raut wajah Kara yang menurutnya sedikit aneh. "Kenapa sih, Ra?" tanya Jino.

Kara berusaha menguasai diri. Gadis itu menyengir kecil sambil menggeleng. Kara berkata, "Tante ada? Aku mau nganter kue."

Jino mengangguk. "Ada noh di dapur. Masuk aja kali, pake nunggu disuruh masuk dulu, kayak di rumah siapa aja."

Jino mengantar Kara menemui mamanya. Ketika melewati ruang tamu, Jino sempat mengatakan sesuatu pada adik cowoknya.

"Ga ... Ega, asik amat pacarannya sampe ada Kara di depan pintu aja nggak lo suruh masuk."

Ega, dia kakak kedua Anin, hanya mendengus mendengar perkataan Jino. Sedangkan perempuan di samping Ega terkekeh pelan pada Jino. Dan Kara, gadis itu berusaha bersikap seramah mungkin dengan terus memperlihatkan senyumannya.

"Lo ke dapur sendiri, ya, Ra. Gue mau ke kamar," kata Jino, menggerakkan dagu ke arah dapur.

Kara mengangguk-angguk lalu berjalan ke dapur. Ketika sudah menemukan seseorang yang dia cari, Kara memanggil, "Hai, Tante."

Devi yang sedang mencuci jagung pun menoleh. "Oh, hai, anak manis," ucap wanita itu sambil tersenyum.

"Nih, Tante, pesanannya. Sesuai aplikasi, ya," ucap Kara dengan sedikit tawa.

Devi terkekeh kemudian bertanya, "Kurirnya pada ke mana, Ra? Kok kamu yang antar?"

"Kurirnya lagi pada ngirim juga, Tante. Daripada kelamaan nganterinnya, jadi Mamah nyuruh aku."

Mamah Kara punya toko kue. Tadi Devi memesan beberapa melalui chat, karena kurir di bakeri mamah Kara sedang sibuk semua, alhasil Kara berinisiatif mengantarkan pesanan Devi. Ups, Kara berbohong dengan bilang Mamah yang menyuruh.

"Owhh...." Devi mengangguk-angguk. Wanita itu berjalan mencari dompet tapi kunjung ditemui, seingatnya tadi ada di dekatnya karena dia belum lama beli sayur di tukang sayur keliling. "Ra, sorry, nanti Tante transfer aja, ya. Nanti Tante bilang ke mamah kamu, secepatnya kok Tante transfer."

"Ih, Tante. Santai, kayak sama orang lain aja."

Devi tersenyum dan mengusap lengan Kara. "Terima kasih, ya, Kara. Terima kasih juga sudah diantar kuenya."

"Sama-sama, Tante," balas Kara, tak lupa tersenyum sembari memandangi aktifitas Devi.

"Eh, duduk, Ra. Anin lagi nggak di rumah."

"Ke mana, Tante?" Kara mengernyit.

"Ke sekolah, English club. Ada kelas dadakan, katanya mau ada seleksi buat lomba."

Rasa Tanpa SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang