"Awal yang baru,
entah baik atau buruk."
—Drisana Manjusha—MANJUSHA—
Gadis yang tengah terlelap di ranjang big Size nya itu mulai menggeliat, mencoba membuka matanya secara perlahan. Setelah berhasil membuka mata dan mengumpulkan kesadarannya, ia mengubah posisinya menjadi duduk. Dilihatnya jam digital di atas nakas yang berada di samping ranjangnya telah menunjukkan pukul 04.30 am, segera ia bangkit dari tidurnya lalu melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil wudhu. Setelahnya, gadis itu melakukan kegiatan yang menjadi kewajiban semua muslim sepertinya.
Langkah gadis itu membawanya ke arah balkon setelah sebelumnya membereskan kamar terlebih dahulu, ia membuka pintu kaca yang menghubungkan antara balkon dengan kamarnya, lalu duduk di kursi kayu yang memang berada di balkon itu.
Suara kicauan burung-burung yang bersautan menyapa indera pendengarnya. Telapak tangannya bergerak mengusap lengannya sendiri guna menghangatkan dari dinginnya udara pagi ini. Meski begitu ia sangat menyukai udara pagi yang belum tercemar oleh polusi.
Semilir angin menerpa wajah putih cantik serta surai hitam panjangnya yang bagian bawahnya bergelombang. Membuat rambutnya melambai-lambai. Gadis itu memejamkan matanya lalu ia menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan serta kembali membuka matanya. Menikmati kesejukan udara yang ia rasakan.
Kegiatan ini sudah menjadi kebiasaannya di pagi hari. Selain itu, ia berada di balkon ini untuk menunggu kedatangan sang surya yang muncul dari tempat persinggahannya. Menurutnya, melihat sunrise seperti ini dapat menenangkan hati dan juga pikirannya.
Tok tok tok
"Non Manjusha?." Suara seseorang berlogat sunda terdengar setelah adanya ketokan pintu di kamar gadis yang bernama Manjusha ini.
"Masuk bi, Manjusha di balkon"
"Jangan melamun terus non, nggak baik." Ujar wanita paruh baya yang kini berada di samping Manjusha seraya tangannya mengelus lembut rambut Manjusha.
Manjusha menengok ke arah samping lalu tersenyum manis. "Nggak kok bi, lagi liat sunrise." Ujar Manjusha setelah itu kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Ke arah Mentari yang kini malu-malu mulai menampakkan dirinya di balik pepohonan yang rindang.
Melihat Manjusha yang tersenyum manis, membuat wanita di sampingnya ikut tersenyum. "Non sudah mandi?,"
"Belum nih bi Arimbi, nanti aja deh."
"Loh kok nanti non. Mandi gih, sekarang. Non kan harus sekolah." Ujar bi Arimbi mengingatkan."Kalau sudah beres, ke bawah ya non. Bi Arimbi sudah buat sarapan buat non Manjusha." Lanjutnya.
"Iya bi," Jawab Manjusha seraya tersenyum.
"Kalo gitu bibi ke bawah dulu ya non," ujar bi Arimbi seraya mengusap puncak kepala Manjusha penuh kasih sayang, setelahnya bi Arimbi beranjak keluar kamar Manjusha.
"Oke bi Arimbi," Manjusha menghela nafas pelan setelah bi Arimbi keluar dari kamarnya. Selalu saja bi Arimbi yang memperhatikannya.
Manjusha segera bangkit dari duduknya lalu masuk kedalam kamar dan menutup pintu balkon. Manjusha berjalan ke kamar mandi dan segera melakukan ritual mandinya, setelah itu ia langsung mengenakan seragam sekolahnya.
Manjusha menatap pantulan dirinya di cermin, lalu Manjusha tersenyum memperhatikan seragamnya yang kini telah berseragam putih abu-abu. Manjusha telah berumur 15 tahun, beberapa bulan yang lalu. Dan hari ini adalah hari pertama sekolahnya memulai pelajaran setelah sebelumnya Manjusha harus mengikuti MOS tiga hari berturut-turut yang memang diadakan di setiap SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANJUSHA
Teen FictionMungkin ini kisah yang klise. Bukan mengisahkan tentang hubungan yang sempurna. Cerita ini dibuat hanya untuk mengenang masa-masa yang terlewatkan begitu saja. Dimana masa itu, Ketika Drisana Manjusha bertemu dengan Sharga Abimanyu. Mungkin sebagian...