Happy Weekend.
Maaf. Emang orangnya suka males kalo suruh nulis, pdhl bnyk ide. cielah sok ide.
kalo ada typo, maaf.
dahlah,
selamat membaca cerita MANJUSHA.
— MANJUSHA —
Bisa-bisanya ya kamu punya wajah ngajak pacaran banget. Curang ah, aku baru pertama kali lihat wajah kamu, masa udah langsung suka.
—MANJUSHA—
"Kemaren pulang jam berapa lo, Sha?" Pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan Adhisti membuat Manjusha menoleh sekilas ke arah sepupunya itu. Kini mereka sedang jalan berdampingan di lorong koridor gedung kelas 10. Baru saja tiba di sekolah dan hendak menuju kelas.
"Jam sembilan malem deh keknya," Jawab Manjusha sambil memerhatikan ke arah depan.
"Ngapain aja anjrit?" Tanya Adhisti penasaran.
"Ke Danau, habis itu gua diajak ke rumahnya. Ngga kerasa, tiba-tiba udah malem aja."
"Terus bokap lu?"
"Gua sampe rumah bokap udah gaada." ujar Manjusha yang disalah artikan oleh Adhisti.
"Innalillahi," Jawaban Adhisti membuat Manjusha refleks menabok lengan sepupunya itu. "Sakit anjir!" umpat Adhisti.
"Ya habis kalo ngomong ngasal bet." sahut Manjusha membela diri.
"Untung om lagi keluar kota..., eh iya kan keluar kota?" Tanya Adhisti memastikan. Dan Manjusha mengangguk membenarkan pernyataannya, "Oh iya Sha, mohon sorry bet ya gua kaga jadi ke rumah lo semalem."
"nenek sakit, jadi gua harus banget ikut bokap jenguk." yang dimaksud nenek oleh Adhisti itu, ibu dari Papah Adhisti. Kalau ibu dari mamah Adhisti ya sudah pasti nenek Manjusha juga.
"Nyantai aja si buset, lagian gua gapapa." jawab Manjusha.
Adhisti seketika ingat sesuatu, "Eh tapi itu si Sharga gercep juga ya. Baru kenal aja udah dibawa ke rumah. Anjir, anjir," Umpat Adhisti.
"Dih? main doang jir." bela Manjusha
"Iya, mainnya ngenalin ke orang tua,"
"Ga jelas lu, orang main doang."
"Umusu?" Tanya Adhisti dengan tampang yang menurut Manjusha menyebalkan.
Tak mau ambil pusing, Manjusha menjawab, "Dahlah," ujarnya sebelum masuk kelas. Dibalas nyinyiran oleh Adhisti.
- - -
"Bacot bat sih lu pada?!" ujar Sharga kesal. Bagaimana tidak? ia hanya menceritakan bahwa semalam pergi dengan Manjusha dan mengajak gadis itu ke rumahnya saja, sahabatnya sudah heboh meledeknya tidak jelas. Apalagi Pilar, cowok satu itu yang menanyakan alasan mengapa semalam ia tidak kumpul di tempat biasa dengan yang lain.
Saat ini mereka sedang berkumpul di WARTENG-Warung Ateng. Warung yang menjadi basecamp tempat biasa mereka nongkrong. Warung ini disebut Warung Ateng karena memang yang mempunyai warung bernama Mang Ateng. Awalnya sih hanya Sharga dan teman-temannya saja yang menyebut dengan sebutan Warteng. Semakin lama yang lain ikut-ikutan menyebut dengan sebutan itu juga. Supaya mudah, katanya.
"Ya habis, anjir anjir anjir!" umpat Gama tak habis pikir. "Lo jarang-jarang kek gini anjing," lanjutnya.
Nathan mengangguk membenarkan pernyataan yang baru saja dilontarkan Gama. "Yoik. Sebelum-sebelumnya juga lo cuek aja kalo ada cewe yang gatel ke lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
MANJUSHA
Teen FictionMungkin ini kisah yang klise. Bukan mengisahkan tentang hubungan yang sempurna. Cerita ini dibuat hanya untuk mengenang masa-masa yang terlewatkan begitu saja. Dimana masa itu, Ketika Drisana Manjusha bertemu dengan Sharga Abimanyu. Mungkin sebagian...