Pacaran Kok Terpaksa (3) END

117 6 42
                                    

"Maaf.... maaf karena beberapa hari ini aku sering ngerjain kamu, aku cuma ingin kamu selalu terhubung sama aku, dekat sama aku" kata kak Rayyan dengan wajah serius.

Masih dengan kebingungan ku, aku menjawab "apa sih maksud kakak?"

Kak Rayyan hanya diam sambil menunduk dan itu bikin aku tambah bingung plus takut juga. Sumpah aku berasa horor banget karena ini pertama kalinya aku ngadepin keadaan canggung mencekam penuh kebisuan kayak gini.

Berdiam cukup lama hingga akhirnya berucap "aku suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacarku?".

Kalimat yang datang bersamaan dengan bunyi pintu dikunci dari luar bikin aku kaget, bingung dan ketakutan.

Sungguh aku takut karena terkurung di perpustakaan bersama dengan orang yang baru menyatakan perasaannya sama aku, tapi bukan itu yang ada di fikiran ku. Yang ada di fikiran ku adalah bagaimana caranya aku bisa keluar dari perpustakaan sedangkan waktu sekolah sudah berakhir dan mungkin hanya ada sedikit orang di lingkungan sekolah ini.

"Jawab aku Risa, kamu mau gak pacaran sama aku?" Suara kak Rayyan membuyarkan fikiranku yang sedang ketakutan dan memikirkan cara keluar dari perpustakaan.

"Kak cari cara dulu buat keluar dari sini baru mikirin itu sambil santai!" jawab ku tegas pada kak Rayyan.

Kak Rayyan hanya diam sambil memandangiku yang sedang panik. Dia terlihat sangat santai, tak ada sedikit pun wajahnya menunjukkan rasa takut dan panik. Dia hanya diam sambil memandangi aku sembari menunggu jawabanku. Apa dia gak mikirin perasaan ku yang ketakutan? Bisik ku dalam hati Sungguh aku rasanya sangat ingin menangis tapi ku tahan karena gengsi.

Akhirnya air mata yang ku tahan karena gengsi mengalir juga, aku benar-benar ketakutan. Aku tidak mau terkurung sampai esok pagi sama orang yang selalu membuat ku jengkel dan aku merasa sedih juga karena mungkin gak akan ada orang yang sadar kalau aku terkurung di sini karena sangat jarang ada yang mencari keberadaan ku termasuk ke dua orang tua ku.

Aku menangis sambil berdiri di depan pintu yang tertutup tiba-tiba tersentak, terkejut karena tubuh ku di peluk, kepalaku disandarkan di dada bidangnya -- nyaman dan hangat fikir ku -- sambil mengusap lembut kepala ku sembari berkata "jangan takut ya... Jangan nangis lagi... Ada aku di sini, kamu gak perlu takut apapun".

"Kamu yang bikin aku terkurung di sini! Jadi dengan mudah kamu bilang jangan takut, kamu gak tau apa yang bikin aku menangis. Kalau cuma takut, aku gak bakalan nangis. Sekarang lebih baik kamu cari cara buat kita bisa keluar dari sini" -- Sambil berurai air mata ku bentak kak Rayan sembari melepaskan diri dari pelukannya--.

Dengan wajah santai dia berkata "kamu belum jawab pertanyaan sekaligus pernyataan ku Risa. Setelah kamu terima aku jadi pacar kamu maka aku akan mencari cara untuk kita keluar dari sini."

"Aku mohon kak jangan main-main sama keadaan ini". Ucapku sambil memelas

"Gak, aku gak lagi main-main Risa. Aku serius dengan kata-kata ku" ucapnya dengan wajah serius.

"Apa sih sebenarnya mau kamu?"

"Kamu tau apa yang aku mau"
"Kamu hanya perlu bilang IYA, hanya satu kata yang aku mau Risa". Ucap Kak Rayan dengan wajah tanpa ekspresi.

Aku bingung apakah dia beneran serius menyatakan perasaanya sama aku? tapi dengan wajah datar tanpa ekspresi itu membuat aku kurang yakin.
Hmmm... Aku harus jawab apa?

"Kalau aku jawab TIDAK?"

"Maka kita akan terkurung di sini sampai esok pagi". Jawab Kak Rayan dengan santainya.

"Tapi aku tidak menyukai mu kak"

"Kita hanya perlu saling kenal dan dekat maka kamu akan menyukai ku"

"Aku sudah mengenal mu dan aku tidak menyukai mu Kak"

"Kamu tidak mengenal ku, kamu hanya tau aku Risa... Kalau kamu ingin cepat keluar dari sini cepat katakan IYA".
"Tau kah kamu semakin lama kita di sini semakin berpotensi terjadi sesuatu yang tidak kamu inginkan tapi ku inginkan?" Ucapnya dengan wajah datar dan kata-kata yang menitimidasi membuatku takut.

Ku pejamkan mata untuk mengusir rasa takut ku, ku hirup udara banyak-banyak agar aku bisa lebih tenang. Ku coba mengamati sekeliling ruangan perpustakaan ini agar aku bisa lebih jernih dalam berfikir. Ku amati wajahnya, dia tergolong lelaki yang diminati banyak perempuan, tubuhnya altelis karena rajin berolah raga, pelukannya hangat dan nyaman, pembawaannya uuga tenang tapi dia selalu membuatku kesal.

Sampai akhirnya ku putuskan untuk menjawab.

"IYA, aku mau jadi pacar Kak Rayan" dengan sangat terpaksa agar aku bisa keluar dari sini bisik hati ku.

Kak Rayan langsung menubruk tubuh ku, memeluk ku dengan erat " Terima Kasih" ucapnya sambil tersenyum senang. Senyum yg berbeda dari biasanya yang ku lihat, dan aku makin menyadari ternyata dia benar-benar ganteng .

Dia lalu mengeluarkan handphone nya dari saku celana dan menghubungi seseorang "buka kan pintu" hanya kata itu yang dia ucapkan dan selang beberapa detik kemudian terdengar bunyi pintu terbuka.

Aku sungguh takjub, ternyata semua ini sudah dia renanakan dengan baik. Aku ingin marah tapi aku juga bahagia dan tanpa menunggu instruksi siapapun aku langsung keluar dari ruangan itu dengan perasaan campur aduk.

Aku marah karena semua ketakutan yang ku rasakan hampir satu jam itu ternyata sudah direncakan dan itu semua demi memaksa aku untuk menerima dia jadi pacarku. Aku bahagia karena bisa keluar dengan selamat tanpa kehilangan apapun malah dapat pacar hehehehe... Seseuatu yang selama ini belum pernah aku miliki, pacar pertama ku. Tapi aku juga sedih ternyata benar-benar tidak ada yang mencari ku apalagi menghawatirkan ku. Entah bagaimana nasib ku seandainya aku benar-benar terkuring di perpustakaan sampai esok pagi.

---------------------

Makasih ya buat yang sudah mau nyempetin baca cerita dari penulis baru kayak aku.

Demi bisa jadi penulis yang baik aku menerima saran dan kritik lo... Tapi jangan keterlaluan ya kata-katanya 🙂

Sampai jumpa lagi di cerita selanjutanya 😘

SyilaAldita
3-3-2020

The Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang