sempurna? (3)

21 2 0
                                    

Kedua tangannya tiba-tiba saja bertengger dengan lembut di perut ku lalu berkata "papa dan mama kamu belum bisa pulang sekarang karena urusannya tidak bisa ditinggalkan, mungkin dua hari lagi baru bisa datang" kemudian dia mengeratkan pelukannya tapi tetap lembut dan nyaman tidak menyakiti tubuhku yang sedang sakit atau memang aku sedang tidak merasakan sakit di tubuh ku karena hatiku kini terasa sangat sakit mendengar sesuatu yang di sampaikan ka Ardi. "Aku akan selalu ada di sini menjaga dan menemanimu, kamu tidak perlu menghawatirkan apapun" ucapnya lembut sambil menumpukan dagunya di bahu ku dan entah kenapa aku tidak protes sama sekali sama perlakuan dia padaku. Emangnya aku harusnya gak terima ya sama yang dia lakukan saat ini atau ini memang yang seharusnya dia lakukan sehingga aku tidak menolak pelukannya? Ah... Entahlah aku juga bingung.

♦️♦️♦️♦️♦️

Entah setan apa yang membuatku menikmati pelukan ka Ardi padaku padahal sebelumnya aku tidak melakukan hal seperti ini dengan siapapun termasuk kekasih ku. Eh! Apa aku sebelum ini melupakan Anam? Seketika aku tersadar kalau aku belum memberi kabar tentang keadaanku, pasti dia khawatir karena aku beberapa hari ini tidak mengabarinya, setidaknya itu yang pikirkan.

Perlahan ku lepaskan tangan ka Ardi yang memelukku. Mungkin karena merasakan pergerakan ku dia menolehkan wajahnya padaku dan menatapku lebih lekat dengan tatapan bertanya.

Ku arahkan wajahku padanya tanpa menatap matanya, entah kenapa aku tidak bisa menatapnya aku sendiri tidak tau padahal sebelumnya aku adalah orang yang percaya diri menatap wajah orang yang sedang berbicara padaku tapi itu semua tidak berlaku pada ka Ardi sejak pertama kali kami berbincang. Aku hanya bisa menatapnya saat dia sedang tidak memperhatikanku atau saat dia sedang sibuk melakukan sesuatu. "Ka bisakah kakak mengabari keadaan ku pada teman ku Mawar namanya ka? Dia bisa membantu ku meminta izin di sekolah" ucapku semakin merasa tak enak karena terus menerus merepotkan nya.

"Besok pagi kakak akan ke sekolah kamu menemui teman mu sekaligus mengantarkan surat keterangan dirawat kamu. Pesan apa yang ingin kamu sampaikan padanya? Biar nanti aku sampaikan". Katanya lembut dan kembali memelukku.

"Gak ada pesan khusus ka, bilang aja tentang keadaanku, aku hanya ingin mengabarinya karena selama ini dia adalah orang yang selalu menempel padaku hehehe... Dia pasti bingung gak bisa menghubungi aku".

"Kenapa gak kamu telepon aja sih? Jadikan kamu bisa cepat memberi kabar sama dia" kata ka Arsi sambil menyodorkan handphone nya.

"ku lupa nomernya ka, eh bukan lupa sih lebih tepatnya aku emang gak pernah menghapal nya, langsung ku simpan aja di hp dan gak ada niat juga buat ngapalin hehehe" ku jawab dengan wajah menyengir. "Eh ka ini jam berapa sih, kok aku lapar ya?"

Dia beranjak berdiri di sisiku sambil mengusap pucuk kepalaku berkata "dasar kamu nih bisa banget merusak suasana, ini sudah jam 9 malam, kamu sih tidurnya lama banget dari sore sampai malam gini baru bangun, aku tadi sampai takut loh...ku kira kamu koma lagi, aku sampai manggil perawat buat meriksa kamu" katanya dengan wajah khawatir yang dibuat-buat. "Tunggu ya kakak beliin sebentar, kamu kalau perlu apa-apa sebelum kakak datang nanti panggil perawat aja, jangan sok-sokan bisa sendiri ntar bikin rusuh lagi kayak tadi, oke sayang?" Katanya dengan wajah tengil dan diakhiri sambil mengedipkan genit sebelah matanya membuat ku tertawa tapi juga merasa aneh karena dipanggil sayang olehnya. Ada sesuatu yang kurasakan berbeda dengan hatiku tapi aku tidak tau itu apa. Bahagia dan sedih bercampur jadi satu karena satu kata yang diucapkannya. Bahagia karena merasa disayangi dan diperhatikan tapi sedih karena orang-orang yang ku inginkan ada disini menemaniku tapi tak satupun perduli denganku.

The Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang