Rasa terkejut ku ketika pintu dibuka dengan kasar juga memberikan ku kesempatan untuk memandangi wajah yang sudah lama tak ku lihat dan meyakinkan diriku bahwa aku tidak salah mengenali orang. Dia mendekat padaku dan bertanya tanpa henti seperti berbicara tanpa bernafas membuat ku bingung untuk menjawab sekaligus merasa senang krena ada yang perduli dengan keadaan ku.
"Ka Ardi?"
"Iya ini aku dinda" jawabnya lembut sambil mengucapkan panggilannya untuk ku.
Jangan tanya aku kenapa dia memanggil ku berbeda dari yang lainnya tapi panggilan itu membuat diriku jadi semakin yakin bahwa dia memang orang yang dulu pernah ku sukai. Ku tekan kan ya KU SUKAI bukan KU CINTAI karena dia dulu salah satu pelatih Pramuka favorit kami waktu masih SMP.
"Aku baik-baik saja hanya tubuh ku terasa agak sakit" jawab ku jujur karena memang tubuh ku terasa kaku sulit di gerakkan.
"Itu wajar aja karena tidurnya kelamaan sih. Masa tidur sampai 2 hari, sampai takut loh aku karena kamu gak bangun-bangun". Ucapnya panjang lebar.
"Dinda maaf kalau aku lancang karena sudah menjadi wali kamu saat ini. Aku melakukan ini karena aku gak bisa menghubungi orang tua mu. HP kamu rusak pas tabrakan itu, aku ke rumah mu juga gak ada siapa-siapa. Padahal biasanya ada pembantu kan di rumah kamu? Tapi kemaren pas aku ke sana gak ada orang sama sekali" jelas ka Ardi dengan wajah bersalahnya.
"Gak apa-apa ka. Justru aku terima kasih karena kakak mau repot-repot ngurus aku. Em... Pembantu yang kerja dulu sudah berhenti sekarang belum ada penggantinya" kata ku menjelaskan.
"Ka boleh tau kenapa bisa ka Ardi yang jadi penjamin ku?"
"Aku kebetulan liat kamu di keluarkan dari ambulance di rumah sakit ini. Saat itu aku pas di depan IGD. Pas ku tanya petugas di rumah sakit tentang kamu mereka bilang kamu korban tabrak lari dan belum ada yang menghubungi wali kamu jadi ku putuskan untuk jadi wali kamu aja biar kamu cepat di tangani". Dia menjelaskan padaku yang membuat ku semakin heran sama dia. Karena dulu dia itu irit banget ngomongnya bikin yang ngajak ngomong pengen nabok. Laaah sekarang dia ngomongnya panjang banget gak putus-putus sampai aku yang denger jadi ngantuk, berasa di dongengin tau gak sih?.
"Ka bisa minta tolong sekali lagi gak sih?" Tanyaku dengan rasa tidak enak hati karena sudah terlalu banyak merepotkan dia.
"Apapun akan ku lakukan buat dinda ku" jawabnya dengan senyuman yang teramat manis sampai bikin menting. Kok sekarang dia tambah manis aja sih pas senyum, duh mikir apa lagi aku nih -sambil ngebayangin tepok jidat karena tanganku susah di gerakin. Muka ku gimana nih? Merah gak? Terkondisikan dengan baik gak sih? Kan malu kalau sampai dia liat aku gimana-gimana denger omongan dia hehehehe.
"Ka tolong datang grand mall temui Om Iwan, dia orang kepercayaan papa. Minta dia mengabari keadaan ku" pintaku yang di jawab dengan kernyitan di keningnya. Mungkin dia bingung kenapa harus ke grand mall? Ah... Aku lupa kalau dia tidak tau latar belakang keluarga ku.
"Kenapa harus ke grand mall, emang papa kamu kerja di sana?" Dengan wajah yang jelas sekali sedang kebingungan.
Ya elah ni orang kenapa kayak orang bego gini sih? Ya iyalah jawabannya pasti iya, kalau gak kan gak mungkin aku dia ke sana, masa gitu aja gak ngerti sih! Itu cuma gerutuan dalam kepalaku ya, gak mungkin aku ngomong gitu ke dia karena aku lagi susah buat ngomong, bibir ku sakit, lagian kan gak sopan banget kalau ngucapin itu sedangkan aku lagi minta tolong sama dia. " Iya ka, jadi aku minta tolong ya sama kakak, mau kan? Mau kan?" Sambil ngedip-ngedipin mata memelas dan manja hehehehe.
"Iya... Pasti kakak tolongin kok gak usah ngedip-ngedip gitu matanya, gak pantes kamu ngelakuinnya" katanya dingin.
"Kenapa gak pantes? Aku gak imut ya ngelakuinnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Short Story
Short Storyhanya sebuah kumpulan cerita pendek ringan. jika kamu mencari konflik yang berat maka kamu tidak akan menemukannya di sini