Keesokan harinya, kamu memilih untuk tetap bekerja walaupun suasana hatimu sangat tidak mendukung.
Seperti ada badai dalam dirimu. Orang-orang di kantor sadar ada yang salah padamu dan memilih untuk mengurangi komunikasi denganmu yang hampir tidak pernah seperti itu. Tetapi, Masuda tidak seperti orang lain itu. Justru laki-laki itu tetap bersikap seperti biasa padamu.
Langit cerah sudah berganti menjadi malam. Cahaya matahari sudah tergantikan oleh terangnya rembulan dan kamu masih fokus menatap layar komputermu.
Masuda yang hendak pulang mendapati dirimu masih di ruang kerja sendirian---pun mendatangimu.
"(y/n), ayo pulang." ajaknya namun kamu menggeleng. "Pulanglah duluan. Aku mau tinggal disini sebentar." tuturmu tanpa ekspresi sembari mengetik.
Masuda pun duduk di kursi sebelahmu. "Apa kau berencana untuk begadang?" tebaknya tepat sasaran namun kamu hanya diam memilih untuk tidak menanggapinya.
"Kau ingat apa yang terjadi padamu ketika kau memutuskan untuk begadang beberapa tahun yang lalu?" kamu menghela nafas mendengar Masuda kemudian melihat ke arahnya.
"Kejadian itu sudah lama sekali. Sebaiknya kau pulang, Massu. Jangan khawatirkan aku." jawabmu sambil menyeruput kopimu yang kesekian gelas supaya kamu tetap terbangun hingga pekerjaanmu selesai.
Sahabatmu itu kembali membuang nafas berat, "kau itu tidak boleh terlalu banyak minum kafein." ujarnya namun kamu memilih diam dan terus meneguk kopimu.
"Kau keras kepala." kritik Masuda.
"Biarlah." balasmu tak mau kalah.
"Apa dia alasanmu bersikap seperti ini? Kau menakuti rekan kerjamu." Masuda kembali membaca isi pikiranmu namun kamu juga terlalu malas untuk membahas Rei.
"Terserah kau mau menjawabku atau tidak. Silahkan lanjutkan pekerjaanmu dan aku akan menunggumu hingga selesai. TIDAK ADA PENOLAKAN." tegas Masuda---menjadikan tas kerjanya sebagai bantal kemudian tidur.
"Keras kepala." gumammu sambil terus melanjutkan pekerjaanmu.
Masuda benar. Kamu tidak bisa terlalu larut dalam bekerja hingga lupa waktu dan juga.. Kafein. Tapi, sekarang kamu tidak punya pilihan selain bekerja untuk mengalihkan pikiranmu dari Rei dan kabar yang kamu dengar.
Kamu melihat waktu di sudut layar laptopmu.
2:15 A.M
Kamu bernafas lega karena pekerjaanmu sudah selesai kemudian melihat ke orang disampingmu yang tertidur pulas di atas meja.
"Massu, bangunlah." kamu sedikit mengguncang tubuh Masuda membuatnya terbangun.
"Kau sudah selesai?" tanyanya seraya menguap.
"Ya, mari pulang." ajakmu seraya merapikan barang-barangmu kemudian pergi bersamannya.
Kalian jalan bersampingan di jalanan yang sepi, angin malam ikut melengkapi keheningan malam itu. Sebenarnya, kamu tidak sanggup lagi melangkah karena sakit yang kamu rasakan sedari keluar dari kantor namun kamu tak ingin merepotkan Masuda jika kamu tiba-tiba terjatuh atau apapun itu.
"Bilang jika kau tidak kuat berjalan." ujar Masuda memecah keheningan.
"Aku tidak selemah itu." jawabmu.
Hebat, kamu kuat berjalan sambil terus menahan sakit di seperempat perjalananmu.
Namun tiba-tiba penglihatanmu buram, keseimbanganmu juga sudah tidak terjaga dan kamu pun terjatuh.
"(y/n)!" itulah kata terakhir yang kamu dengar dari Masuda sebelum akhirnya tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Him
Fanfiction[charaxseiyuuxreader] Ketidaksukaan Rei pada sahabatmu; Masuda Toshiki semakin hari semakin tak terbendung. Padahal sudah 2 tahun kau berpacaran dengannya. Sikap manis Rei ketika bersamamu seketika berubah saat Masuda ada di sekitar kalian. Masalah...