I'll Go

362 53 6
                                    

Setelah pengakuannya padamu hari itu. Masuda belum pernah lagi menampakkan batang hidungnya.

Sudah tak terhitung lagi seberapa banyak kamu mencoba menghubunginya. 

Nomornya aktif, hanya saja ia memang memilih untuk tidak menjawabmu.

Hingga hari yang kamu tunggu pun tiba. Sudah saatnya kamu kembali ke apartemen nyamanmu dan melakukan rutinitas seperti biasa. Bekerja misalnya.

Ya, sehari setelah kamu keluar dari rumah sakit. Kamu memutuskan untuk langsung kembali bekerja walaupun Rei dengan keras melarangmu dengan alasan kamu baru saja pulih.

Namun kamu juga punya alasan kuat untuk tidak mendengarkan larangan Rei; "aku sudah beristirahat di rumah sakit sepanjang hari. Dan kini saatnya aku kembali." Dan jujur, kamu juga tidak bisa membendung rasa penasaranmu akan Masuda yang mendadak menghilang bagai ditelan bumi.

"Ohayou.. (y/n). Bagaimana kabarmu?" sapa rekan kerjamu yang duduk tepat di sebelahmu.

"Baik.." jawabmu ramah kemudian perempuan itu mendekat padamu dan berbisik. "Apa kau tau? Aku mendengar kabar kalau Masuda akan dimutasi."

Kabar itu membuatmu tertegun. Mutasi? Dia akan dipindahkan? 

Tak perlu waktu yang lama, kamu langsung mencari sahabatmu itu di meja kerjanya namun ia tidak ada disana. Meskipun begitu, kamu tau pasti kemana Masuda pergi jika sekarang ia tidak mengisi kursinya. Rooftop kantor.

"MASSU!" kamu membuka pintu dengan nafas tak teratur dan melihat sosok Masuda sedang berdiri di pinggir dinding pembatas dengan segelas kopi di tangannya.

Sang pemilik nama sempat menoleh padamu dan setelah itu ia kembali menatap jalanan yang ramai kala itu.

Dengan emosi yang tak terbaca saat itu, kamu tanpa ragu berjalan mendekatinya.

"Kenapa kau menghilang? Kenapa kau tidak mengangkat telponku? Apa aku ada salah padamu?" rentetan pertanyaan keluar dari bibirmu namun Masuda masih enggan menjawab.

"Kau akan dipindahkan bukan? Kenapa kau tidak bilang padaku?"

Mendengar itu darimu, Masuda yang tadinya sibuk menyeruput kopinya langsung menoleh padamu.

"Da-- Darimana kau tau?"

"Darimana kutau itu tidak penting. Kenapa kau tidak bilang padaku?"

Masuda hanya menghela nafas dan keheningan tercipta. Entah butuh berapa lama baginya agar mampu menjelaskannya padamu.

"Tepat sebelum pertengkaranku dengan Rei. Bos mengajakku makan di sebuah restoran bersamanya dan saat itu ia memberitahuku bahwa aku akan dipindah tugaskan. Maafkan aku karena aku tidak bisa menolak walaupun aku mau--"

"-kau salah satu alasan kenapa aku mau menolaknya. Tapi, di dunia pekerjaan alasan seperti itu bukanlah hal yang bisa diterima." Masuda terkekeh miris setelah mengucapkan kalimat itu.

"Massu.."

"Di hari pertengkaranku dengan Rei, dia yang baru selesai dengan tour nya langsung datang menjengukmu. Percayalah, dia sangat khawatir. Tapi, kehadirannya saat itu justru membuatku balik membencinya karena yang kita tau dia sudah menyakitimu dengan kabar bahwa ia  kembali ke pelukan Anzu. Aku langsung menariknya keluar rumah sakit dan dari situ pertengkaran tak bisa terhindarkan. Maafkan aku."

Kamu diam, tak tau mau membalas apa sambil terus coba memproses setiap rentetan kalimat yang Masuda ucapkan.

"Massu, aku sudah memaafkanmu bahkan sebelum kau meminta maaf. Sebagai sahabatmu, itulah hal yang aku lakukan. Aku tak mau lagi kehilangan sahabat. Kau yang terbaik yang pernah kumiliki. Kau dan Rei punya bagian penting dalam hidupku."

"Aku mencintai Rei lebih dari apapun. Tapi aku juga menyayangimu sebagai sahabatku. Bahkan kau sudah seperti kakak bagiku. Datanglah ke apartemenku besok. Aku menunggumu." ujarmu menutup kalimatmu kemudian beranjak pergi dari sampingnya.

+++

Beberapa makanan tersaji di atas meja. Ruang keluargamu pun tampak lebih rapi dan tertata dari biasanya.

Kamu sedang merapikan kursi saat Rei masuk dengan membawakan se-bucket coklat untukmu.

"Arigatou, Rei." kamu menaruh bucket coklat itu di atas side-table kemudian mempersilahkan Rei untuk duduk salah satu sisi meja makan.

"Douitashimashite. Ngomong-ngomong, ada apa kau menyuruhku datang?" tanyanya sembari duduk.

"Lihatlah."

Dan tepat saat itu Masuda masuk ke ruangan yang sama dengan kalian dan matanya terpaku melihat keberadaan Rei.

"Aku punya alasan. Silahkan duduk." ujarmu sebelum keduanya bertanya padamu tentang keberadaan Rei atau Masuda disitu.

"Makanlah dulu sebelum dingin." kamu menyodorkan masing-masing makanan kesukaan Rei dan Masuda kepada keduanya.

"Oishii desu ka?" tanyamu penasaran namun tak ada balasan yang terdengar. "Hm? Oishii desu ka?"

Keduanya pun mengangguk membuatmu lega karena mereka menyukai masakanmu.

Usai makan, kamu mengajak keduanya ke ruang utama.

"Aku membeli film ini kemarin." kamu memasukkan DVD kedalam player dan duduk di tengah Masuda dan Rei.

Sama seperti saat makan, tidak ada komunikasi yang terjadi antara kalian bertiga. Keduanya masih bungkam; enggan mengeluarkan suaranya.

Dipertengahan film, kamu menjedanya kemudian melihat Rei dan Masuda secara bergantian.

"Rei, Massu.. Bisakah kalian berteman untukku?" 

Pertanyaanmu membuat keduanya nyaris tak percaya. Jadi, alasanmu mengundang keduanya hanya untuk itu.

"Rei, bisakah?" tanyamu namun pacarmu itu belum mau mengeluarkan sepatah katapun. "Massu?" kamu berbalik tanya pada Masuda dan sama seperti Rei ia juga tak mengucapkan apapun.

"Baiklah." kamu pun beranjak dari sofa itu dan pergi ke kamar.

+++

Hening..

"(y/n) sangat memperhatikan kita." Masuda memutuskan untuk angkat bicara duluan.

"Kau akan pindah?" tanya Rei datar.

"Hhh.. (y/n) memberitahumu?"

"Darimana aku tau itu tidak penting." jawab Rei membuat Masuda terkekeh.

"Kau dan (y/n) tidak ada bedanya." 

Dan setelah itu keheningan kembali menyelimuti ruangan.

"Maaf." ujar Rei. Kata sederhana yang keluar darinya membuat Masuda tertegun.

"Maaf karena 2 tahun aku tidak menerimamu sebagai sahabat (y/n). Maaf karena aku benar-benar membencimu selama itu."

Masuda menarik nafas pelan, "jujur, aku tak peduli. Tapi kuterima maafmu."

"Maaf lama, aku ketiduran." kamu keluar dari kamar kemudian kembali duduk di antara keduanya membuat salah tingkah karena kamu berhasil menjebak mereka dalam percakapan maaf-maafan.

Menyadari itu, kamu tertawa kecil. "Apa ada yang kulewatkan? Tadi aku sempat mendengar 'maaf' beberapa kali.." 

"TIDAK!" jawab keduanya kompak membuatmu kembali tertawa. 

"Heee?? Baiklah.. Apa kalian tidak penasaran dengan film ini?" kalian pun kembali melanjutkan film yang sempat dijeda sebentar dan yah, kamu berhasil membuat Rei dan Masuda berteman.

Between You and HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang