I Hate being Confused

337 40 0
                                    

"Aku akan membawanya ke acara itu malam ini."

"Bagaimana jika ia menolak?"

"Tenang saja, dia tidak akan melakukannya."

"Hhh.. Jadi, kau benar-benar akan meninggalkan agensi itu demi dia?"

"Entahlah."

Tuuuuuutt---

"Semoga keputusan yang ia ambil benar."

+++

Hari ini, Rei memintamu untuk datang ke rumahnya setelah makan siang. 

Baru saja sampai, laki-laki yang terlihat sudah rapi dengan gaya kasual itu langsung mengajakmu pergi dengan mobil pribadinya.

Ia bilang, ia ingin membawamu night-date.

"Kau mengajakku night-date di siang hari. Apa yang  sebenarnya terlintas di kepalamu?"

"Sebenarnya, ini sudah jam 5 tuan putri. Kau terlambat 3 jam." balas Rei.

"Ah.. Benarkah? Aku tidak menyadarinya. Lagipula, aku sudah benar. Kau bilang datang setelah makan siang dan kau tau sendiri kalau waktu makan siangku jam 3." ujarmu tak mau merasa bersalah begitu saja karena membuatnya menunggu selama itu.

Sudah 1 jam terlewatkan namun Rei belum juga memberhentikan kendaraannya.

"Sebenarnya, kau mau membawaku kemana?" tanyamu yang sudah tidak sabar lagi.

"Sa---"

"Daritadi hanya menyuruhku sabar. Sabar juga ada batasnya. Lagipula kau tau kalau aku orang yang bosanan." potongmu namun Rei yang fokus menyetir hanya diam.

"Kenapa kau di--"

Mobil itu pun terhenti kemudian si supir menatap--meraih dagumu dan tersenyum. "Kita sampai." ujarnya singkat dan keluar lebih dulu, membukakan pintu untukmu.

Matamu menyipit pada Rei setelah keluar. "Kau--"

"Selamat malam Tuan.. Kami sudah menyiapkan baju yang anda pesan." ujar seorang perempuan yang baru keluar dari toko melihat kedatangan kalian. 

Kamu langsung menatap Rei mendengar kalimat itu. Jelas kamu bingung dan kamu tidak suka di buat kebingungan.

"Ya, bawa dia berganti." 

"Hah?" 

"Silahkan nona.." dengan sopan perempuan itu mengarahkanmu ke ruang ganti.

"AKU. AKAN. MEMBUNUHNYA." ujarmu berulang sambil memakai baju yang dipesan oleh Rei.

Setelah selesai, kamu berdiri di depan cermin. Dress bewarna merah telah membaluti tubuhmu. Tanpa berlama-lama lagi kamu langsung keluar dari ruangan sempit itu.

"Kau sangat cantik.." puji Rei yang duduk di kursi depan changing room. "Ngomong-ngomong kata-kata yang kau ulangi itu.."

"Kenapa?" potongmu.

"Sangat imut." lanjutnya sambil tersenyum. 

Jujur, jarang sekali Rei berbicara setenang itu padamu sehingga membuatmu berpikir kalau ada sesuatu malam ini. 

"Permisi.. Make-up artist nya sudah menunggu." 

Kamu kembali dibuat tertegun ketika mendengar itu namun 

"Aku juga akan berganti. Bawalah dia." pelayan toko itu menurut dan bersegera membawamu untuk di make-up.

"Apakah laki-laki yang bersamamu itu Sakuma Rei? Artis yang katanya balikan dengan Anzu itu bukan?" tanya Theresa, make-up artist yang tengah memberimu bedak.

Kamu mengangguk.

"Kau temannya?" 

"Bukan." jawabmu singkat.

"Adiknya?"

"Aku pacarnya." jawabmu--langsung mendiamkan Theresa.

"A, ah.. Jadi, dia punya 2 pacar?" tanyanya tidak yakin.

Kamu langsung tertawa, "tidak mungkin. Aku sepupunya." ungkapmu sedikit berbohong.

"Ah.. Sudah kuduga. Lagipula, Rei-san sudah punya Anzu kan? Aku mendukung mereka. Ah, bisakah kau sampaikan salamku pada Rei-san? Aku fans undead. Haha." balas Theresa sambil melukis bibirmu.

"Baiklah."

Sebenarnya ada keinginan untuk memberitahukan yang sebenarnya namun kamu memilih untuk diam. Jangan sampai ribut karena perkara gosip sampah itu.

+++

"Rei, kenapa ramai begini? Apa benar ini tempatnya? Kalau disini, nanti akan ketahuan." tanyamu khawatir ketika Rei mulai melambatkan kendaraannya. 

"Aku akan menunggumu di belakang." ujar Rei singkat kemudian turun meninggalkanmu dan orang yang akan mengantarmu ke 'belakang' nanti masuk.

Tak ada percakapan tercipta hingga akhirnya sampai.

"Silahkan. Anda sudah diberi akses khusus." ujar laki-laki itu dan kau pun turun.

Emosi karena Rei yang memunculkan banyak teka-teki. Penjaga pintu belakang yang kekar dan botak pun kau lewati begitu saja. Namun ia tak membiarkanmu melawatinya semudah itu.

"Id card." ucapnya tegas namun tak menggentarkan dirimu.

"Hah? Ia tidak memberiku apapun. Ia hanya memintaku untuk kesini." 

"Kalau begitu, kau disini saja." jawabnya membuatmu geram.

"KA--U!"

"(y/n)!" pintu itu terbuka tepat sebelum kau menampol orang berbadan kekar itu, "Biarkan dia masuk." titah Rei pada pak botak itu membuatmu dapat bernafas lega.

Ia meraih tanganmu, "maaf, wartawan sedikit menghambatku tadi."

"1000 tahun pun aku sanggup menunggumu. Tapi tidak dengan teka teki." balasmu lebih tenang. "Aku tidak suka dibuat kebingungan seperti ini." tambahmu.

Ketika kalian melewati sebuah lorong yang sepi, ia menarikmu kesana.

"H- Hei! Kau mau a---" ia menaruh telunjuknya di bibirmu.

 "Maaf mendadak tapi.. Aku akan akhiri ini."

"Ma, maksudmu?"

Between You and HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang